Abstrak
Artikel ini membahas kemunculan dan perkembangan aliran Salafi Madkhali, sebuah varian salafi yang lahir di Arab Saudi pada awal 1990-an dan kemudian menyebar ke sejumlah negara Arab dan Islam. Berbeda dengan arus salafi lain yang cenderung menghindari legitimasi penuh terhadap otoritas politik, Madkhalisme justru menjadikan ketaatan mutlak kepada penguasa (wali al-amr) dan penolakan terhadap oposisi politik sebagai dua fondasi utamanya. Dengan dukungan struktural dari negara, aliran ini bertransformasi menjadi instrumen ideologis yang berfungsi membendung pengaruh gerakan Islam politik. Kajian ini memanfaatkan pendekatan historis-sosiologis dan mengacu pada sumber primer serta kajian akademis kontemporer untuk menelusuri akar sejarah, ideologi, dan inkonsistensi gerakan ini dalam konteks sosial-politik dunia Arab.
Kata Kunci: Salafi, Madkhali, Jāmiyyah, ketaatan, politik Islam, Arab Saudi
Pendahuluan
Sejak akhir abad ke-20, wacana salafisme mengalami fragmentasi yang cukup tajam. Salah satu varian yang menonjol adalah aliran Salafi Madkhali, yang diidentifikasi melalui kedekatannya dengan otoritas politik Saudi dan sikap kerasnya terhadap gerakan Islam oposisi. Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari konteks geopolitik kawasan Teluk pasca-Perang Teluk II (1990–1991), di mana kehadiran militer asing di Jazirah Arab memicu polemik fikih dan politik di kalangan ulama serta aktivis Islam (Lacroix, 2011).
Aliran ini sering kali disebut dengan istilah al-Madākhilah atau al-Jāmiyyah, merujuk kepada dua tokoh utamanya: Rabi‘ bin Hādī al-Madkhalī (lahir 1932) dan Muhammad Amān al-Jāmī (1931–1996). Keduanya memiliki peran sentral dalam meletakkan kerangka doktrin yang menekankan loyalisme terhadap negara dan delegitimasi terhadap gerakan Islam politik.
Kajian Pustaka
Kajian mengenai Madkhalisme masih relatif terbatas dalam literatur akademik. Stéphane Lacroix dalam Awakening Islam (2011) menempatkannya sebagai salah satu arus dalam spektrum salafisme Saudi yang berfungsi sebagai “penyeimbang ideologis” terhadap gerakan Ṣaḥwah Islāmiyyah. Madawi al-Rasheed (2007) menyoroti peran negara dalam mendukung arus keagamaan yang menjamin stabilitas politik. Sementara itu, sejumlah penelitian kontemporer menilai bahwa Madkhalisme merupakan fenomena keagamaan-politik hybrid, yang tidak semata lahir dari dinamika internal salafi, melainkan juga dari kepentingan politik negara (Meijer, 2009).
Asal-Usul dan Konteks Historis
Aliran Madkhali lahir dalam situasi penuh ketegangan ketika pasukan Irak di bawah Saddam Hussein menginvasi Kuwait tahun 1990. Pemerintah Saudi kemudian memutuskan untuk meminta bantuan militer Amerika Serikat dan sekutunya. Keputusan ini menuai kritik keras dari kalangan Islamis, terutama jaringan Ikhwanul Muslimin dan ulama Ṣaḥwah.
Sebagai respons, Rabi‘ al-Madkhalī menyusun argumentasi syar‘i yang melegitimasi keterlibatan militer asing dalam bukunya Ṣadd ‘Udwan al-Mulḥidīn wa Ḥukm al-Isti‘ānah bi Ghayr al-Muslimīn. Dukungan kerajaan Saudi terhadap gagasan tersebut membuka ruang bagi berkembangnya aliran Madkhali di institusi pendidikan dan masjid, sekaligus menyingkirkan pengaruh ulama yang dianggap oposisi.
Orientasi Ideologis
-
Prinsip Ketaatan Mutlak
Pusat doktrin Madkhali adalah prinsip ṭā‘ah li-wālī al-amr, yaitu ketaatan mutlak kepada penguasa. Menurut Rabi‘ al-Madkhalī, penguasa yang berkuasa dengan kekuatan (al-mutaġallib) tetap wajib ditaati, demi mencegah pertumpahan darah. Prinsip ini diperluas hingga mencakup pejabat, menteri, dan mufti negara. Dengan demikian, setiap bentuk kritik terhadap pemerintah atau lembaga keagamaan resmi dianggap sebagai bentuk khurūj (pemberontakan) yang memicu fitnah. -
Penolakan terhadap Oposisi dan Takfir Bid‘ah
Selain prinsip ketaatan, doktrin lain yang menonjol adalah penolakan total terhadap oposisi politik. Madkhali menilai bahwa gerakan Islam politik, khususnya Ikhwanul Muslimin, telah merusak prinsip dasar Islam dan membawa bid‘ah dalam agama. Atas dasar ini, mereka aktif menyusun laporan kepada aparat keamanan Saudi untuk menekan gerakan oposisi.
Inkonsistensi Praktis
Meski konsisten menekankan ketaatan mutlak, Madkhali menunjukkan inkonsistensi ketika menghadapi pemerintahan yang lahir dari demokrasi tetapi tidak bersinergi dengan kepentingan Saudi. Hal ini terlihat jelas di Mesir, ketika mereka mendukung kudeta militer ‘Abd al-Fattāḥ as-Sīsī (2013), di Libya dengan mendukung Khalīfah Ḥaftar, serta di Yaman dengan berpihak kepada aliansi militer UEA melawan pemerintahan resmi ‘Abd Rabbih Manṣūr Hādī.
Peran dalam Institusi Resmi
Keberadaan Madkhali semakin mengakar melalui jalur pendidikan resmi. Universitas Islam Madinah menjadi pusat penting, di mana tokoh-tokoh Madkhali dan Jami diberi ruang mengajar. Dengan dukungan kerajaan, mereka mendapatkan privilese dalam bidang dakwah, fatwa, dan pengajaran, bahkan mengisi posisi yang ditinggalkan ulama-ulama oposisi.
Kesimpulan
Aliran Salafi Madkhali dapat dipandang sebagai fenomena religio-politik yang memadukan manhaj salafi dengan kepentingan negara. Dengan menekankan ketaatan mutlak kepada penguasa dan menolak oposisi, aliran ini berfungsi sebagai instrumen ideologis negara untuk menjaga stabilitas politik domestik. Namun, inkonsistensinya dalam menyikapi pemerintahan non-Saudi yang lahir dari demokrasi menunjukkan bahwa doktrin mereka lebih bersifat politis daripada teologis.
Referensi
- Lacroix, S. (2011). Awakening Islam: The Politics of Religious Dissent in Contemporary Saudi Arabia. Harvard University Press.
- Al-Rasheed, M. (2007). Contest and Control in Saudi Arabia. Cambridge University Press.
- Meijer, R. (2009). Global Salafism: Islam’s New Religious Movement. Columbia University Press.
- Al-Madkhali, R. (1991). Ṣadd ‘Udwan al-Mulḥidīn wa Ḥukm al-Isti‘ānah bi Ghayr al-Muslimīn. Riyadh: Dār al-‘Āṣimah.