Notification

×

Iklan

Iklan

Mahmoud Issa, Legenda Hidup dari Balik Penjara Israel

Senin | Oktober 13, 2025 WIB | 0 Views
Mahmoud Issa, Legenda Hidup dari Balik Penjara Israel

Fikroh.com - Yerusalem — Di sebuah sel batu yang sempit di penjara Israel, di mana waktu berjalan lambat dan langit hanya tampak sejengkal di atas jeruji besi, nama Mahmoud Issa masih bergema di antara para tahanan. Ia bukan sekadar narapidana politik. Bagi sebagian warga Palestina, ia adalah simbol keteguhan — seorang lelaki yang hidupnya berhenti di satu tempat, namun pikirannya tak pernah berhenti bergerak.

Mahmoud Issa telah menghabiskan 28 tahun berturut-turut di penjara Israel. Tahun ini, ia resmi memasuki tahun ke-29 masa penahanannya — sebuah rentang waktu yang melampaui usia dewasa sebagian besar warga Palestina yang kini berjuang di lapangan. Ia ditangkap sebelum Perjanjian Oslo ditandatangani, dan hingga kini, dunia luar belum pernah melihatnya kembali bebas.

Pria berusia 54 tahun itu dijatuhi tiga hukuman seumur hidup ditambah 46 tahun tambahan, hukuman yang pada dasarnya berarti ia akan meninggal di balik jeruji — kecuali keajaiban politik atau pertukaran tahanan terjadi. Namun bagi Mahmoud Issa, penjara bukan akhir. Ia menjadikannya panggung sunyi tempat keyakinan diuji, dan tekad diperbarui setiap hari.
 

Dari Anata ke Al-Quds: Awal Sebuah Perjalanan


Mahmoud Issa lahir pada 21 Mei 1968 di Anata, sebuah kota kecil di timur laut Yerusalem. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, di tengah masa-masa penuh ketegangan politik dan militer yang mewarnai setiap langkah generasi muda Palestina.

Sejak awal, Issa dikenal sebagai anak yang tenang namun cerdas. Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Al-Quds, mengambil jurusan Hukum dan Teologi Islam, bidang yang kelak menjadi fondasi cara berpikirnya — perpaduan antara nalar hukum dan kesadaran spiritual.

Di kampus itulah, pada akhir 1980-an, ia mulai aktif dalam kegiatan mahasiswa dan jaringan bawah tanah yang kelak menjadi bagian dari gerakan Hamas. Saat itu, Intifada Pertama tengah berkobar. Ribuan pemuda Palestina turun ke jalan melawan pendudukan Israel dengan batu, selebaran, dan doa yang nyaring di masjid-masjid. Mahmoud Issa adalah salah satu di antara mereka — muda, idealis, dan yakin bahwa perlawanan adalah bentuk tertinggi cinta tanah air.
 

Pendiri Unit Khusus 101


Pada awal 1990-an, ketika sebagian aktivis Palestina memilih jalur politik, Issa mengambil jalan berbeda. Ia menjadi salah satu anggota pendiri sayap militer Hamas di wilayah Yerusalem, dan turut membentuk Unit Khusus 101, sebuah sel militer kecil yang dikenal disiplin, rapi, dan berani.

Unit itu bertujuan melakukan operasi terbatas terhadap pasukan Israel — bukan untuk balas dendam, tetapi untuk menciptakan keseimbangan tekanan dan membuka peluang pertukaran tahanan. Salah satu operasi yang paling dikenal publik adalah penangkapan Sersan Staf Israel Nissim Toledano pada 13 Desember 1992.

Menurut laporan Al Mayadeen, operasi itu dirancang untuk menukar tawanan dengan pembebasan Sheikh Ahmad Yassin, pendiri Hamas yang saat itu dipenjara di Israel. Namun, ketika pihak Israel menolak tuntutan tersebut, Toledano tewas.

Israel menanggapinya dengan kemarahan besar. Knesset menggelar sidang darurat, dan pasukan keamanan melancarkan penangkapan massal terhadap aktivis perlawanan. Di tengah gelombang besar itu, Mahmoud Issa ditangkap.

Tiga Hukuman Seumur Hidup dan 46 Tahun Tambahan


Sejak saat itu, hidup Issa berhenti di satu titik: penjara Israel.
Ia dijatuhi tiga hukuman seumur hidup ditambah 46 tahun — sebuah vonis yang hampir mustahil diselesaikan oleh satu manusia.

Namun, bukan lamanya hukuman yang paling menguji ketahanan Issa, melainkan kesepian. Ia menjalani 13 tahun di sel isolasi, dengan 11 tahun di antaranya berturut-turut. Bayangkan hidup tanpa wajah-wajah manusia, tanpa percakapan, tanpa sinar matahari penuh. Dalam laporan Al Mayadeen, disebutkan bahwa keluarga Issa bahkan tidak diizinkan mengunjunginya selama bertahun-tahun.

Baru pada tahun 2012, setelah aksi mogok makan massal oleh para tahanan Palestina, isolasinya dihentikan. Ia dipindahkan ke sel umum, dan untuk pertama kalinya dalam satu dekade, kembali melihat wajah sesama manusia.
 

Simbol Keteguhan di Balik Jeruji


Di dalam penjara, Mahmoud Issa bukan tahanan biasa. Ia menjadi figur panutan bagi generasi muda Palestina yang dipenjara setelahnya. Dengan latar belakang hukum dan agama yang kuat, ia kerap memberikan ceramah, diskusi tafsir, dan pelajaran ideologis bagi sesama tahanan.

Rekan-rekannya menyebut Issa sebagai “ulama di balik jeruji,” karena sikapnya yang tenang dan tutur katanya yang lembut, bahkan terhadap penjaga penjara. Baginya, penahanan bukan alasan untuk berhenti berpikir. Ia menulis, membaca, dan menghafal Al-Qur’an berulang kali.

Bagi sebagian orang Palestina, nama Mahmoud Issa kini bukan hanya identitas seorang pejuang, tetapi metafora tentang keteguhan. Ia menjadi simbol bahwa perlawanan tidak selalu dilakukan dengan senjata; kadang ia hadir dalam bentuk kesabaran panjang yang tak terlihat publik.
 

Dari Penjara ke Kesadaran Kolektif


Selama hampir tiga dekade penahanannya, politik Palestina berubah drastis. Dunia menyaksikan lahir dan runtuhnya berbagai kesepakatan damai, perpecahan internal, serta agresi militer berulang di Gaza. Namun nama Mahmoud Issa tetap muncul dalam setiap peringatan tahanan Palestina, setiap aksi solidaritas, dan setiap khutbah Jumat yang menyerukan kebebasan bagi para tawanan.

Ia menjadi “ingatan hidup” dari perjuangan panjang Palestina — bahwa ada generasi yang berkorban bukan di medan perang, tetapi di dalam tembok dingin penjara, menjaga kesetiaan mereka pada cita-cita kemerdekaan.

Bagi rakyat Palestina, Mahmoud Issa adalah bukti bahwa perlawanan sejati tidak lahir dari kebencian, melainkan dari keyakinan akan hak untuk hidup bebas.
 

Lebih dari Sekadar Nama


Kini, di usia 54 tahun, Mahmoud Issa masih berada di balik jeruji, jauh dari tanah kelahirannya di Anata. Rambutnya mungkin telah memutih, dan tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Namun, di banyak dinding kamp pengungsi, di poster-poster peringatan Hari Tahanan, dan di sekolah-sekolah yang menanamkan semangat kebebasan kepada anak-anak Palestina, namanya masih ditulis dengan huruf tebal.

Karena bagi rakyat Palestina, kebebasan tidak hanya berarti keluar dari penjara, tapi tetap teguh mempertahankan prinsip meski seluruh dunia memintanya menyerah.

Dan selama Mahmoud Issa masih hidup di balik jeruji, kisahnya akan terus mengalir — bukan sebagai kisah kesedihan, tetapi sebagai saksi bahwa semangat perlawanan dapat bertahan lebih lama daripada usia manusia itu sendiri.
×
Berita Terbaru Update