Fikroh.com - Dalam sejarah Islam, nama Hamzah bin Abdul Muththalib tidak pernah terpisahkan dari keberanian, keteguhan iman, dan pengorbanan di jalan Allah ﷻ. Beliau adalah paman Nabi Muhammad ﷺ sekaligus salah satu sahabat yang paling dicintai Rasulullah. Peranannya dalam mempertahankan dakwah Islam sejak masa-masa awal hingga syahidnya dalam Perang Uhud menjadikan Hamzah sebagai figur agung yang mendapat gelar “Sayyidusy Syuhada” atau pemimpin para syuhada.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ المُطَّلِبِ، ورجلٌ قام إلى إمامٍ جَائِرٍ فأمرَهُ ونَهاهُ ، فَقَتَلهُ
“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muththalib, dan seorang laki-laki yang berdiri tegak di hadapan penguasa zalim, lalu ia beramar ma’ruf nahi munkar, hingga penguasa itu membunuhnya.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam Al-Majruhin (I/186), Al-Hakim (4884), Ad-Daylamiy dalam Al-Firdaus (3472), dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahihut Targhib (2308).
Dari hadis tersebut, jelaslah kedudukan Hamzah radhiyallahu ‘anhu sebagai simbol keberanian dan pengorbanan, bukan hanya bagi umat Islam di masanya, tetapi juga menjadi teladan sepanjang sejarah.
Hamzah bin Abdul Muththalib: Singa Allah dan Rasul-Nya
Hamzah lahir sekitar tahun 568 M, lebih tua dua tahun dari Nabi Muhammad ﷺ. Sejak muda, ia dikenal sebagai sosok pemberani, kuat, serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Keberaniannya menjadikan Hamzah disegani oleh kaum Quraisy, bahkan sebelum masuk Islam.
Masuk Islamnya Hamzah adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah dakwah. Ketika mendengar Abu Jahal menghina Nabi ﷺ di dekat Ka‘bah, Hamzah yang kala itu baru pulang berburu langsung mendatangi Abu Jahal, memukul kepalanya dengan busur, dan menyatakan keislamannya dengan lantang. Sejak saat itu, kaum Quraisy tidak lagi berani semena-mena kepada Rasulullah ﷺ, karena keberadaan Hamzah yang disegani.
Gelarnya sebagai “Asadullah wa Asadu Rasulih” (Singa Allah dan Singa Rasul-Nya) menjadi bukti nyata bahwa keberanian Hamzah bukan hanya dalam urusan dunia, tetapi juga dalam menjaga agama Allah.
Peran Hamzah dalam Perang Badar
Ketika kaum Muslimin menghadapi Perang Badar, Hamzah tampil sebagai salah satu panglima utama. Dalam duel satu lawan satu, ia berhasil menumbangkan para jagoan Quraisy dengan penuh keberanian. Kekuatan fisiknya, dipadukan dengan keyakinan imannya, menjadikan dirinya sebagai sosok yang ditakuti lawan.
Perang Badar adalah titik awal kemenangan Islam, dan kontribusi Hamzah dalam peperangan tersebut sangat menentukan. Keberanian Hamzah mengajarkan kepada umat Islam bahwa kemenangan bukan semata karena jumlah atau kekuatan senjata, melainkan karena pertolongan Allah kepada orang-orang yang beriman dan berjuang di jalan-Nya.
Syahidnya Hamzah dalam Perang Uhud
Puncak pengorbanan Hamzah terjadi pada Perang Uhud tahun 3 H. Beliau berperang dengan gagah berani melawan pasukan Quraisy. Namun, atas perintah Hindun binti Utbah, Wahsyi — seorang budak Habsyi yang mahir melempar tombak — berhasil membunuh Hamzah dengan tombak dari kejauhan.
Setelah wafat, tubuh Hamzah diperlakukan dengan kejam. Hindun memotong telinganya, merobek dadanya, bahkan berusaha memakan hatinya. Ketika Rasulullah ﷺ melihat kondisi jasad Hamzah, beliau menangis pilu. Tidak ada sahabat yang syahid membuat Rasulullah begitu berduka, selain Hamzah.
Namun, justru dari tragedi itu, Allah ﷻ mengangkat derajat Hamzah sebagai Sayyidusy Syuhada, pemimpin para syuhada, karena ia telah mengorbankan nyawa, kehormatan, dan seluruh hidupnya demi Islam.
Makna Gelar “Pemimpin Para Syuhada”
Sebutan Sayyidusy Syuhada bukan hanya gelar kehormatan, tetapi sebuah pengakuan ilahiah atas kedudukan mulia Hamzah. Gelar ini bermakna:
- Kedudukan istimewa di sisi Allah ﷻ
- Hamzah memperoleh derajat tertinggi di antara para syuhada, sejajar dengan mereka yang gugur menegakkan kebenaran di hadapan penguasa zalim.
- Sumber teladan perjuangan
- Generasi setelahnya dapat meneladani keberanian Hamzah dalam menegakkan amar ma‘ruf nahi munkar, meski harus menghadapi risiko besar.
- Simbol pengorbanan total
Syahidnya Hamzah menunjukkan bahwa puncak cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketika seorang mukmin rela mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya.
Pelajaran dari Kehidupan Hamzah bin Abdul Muththalib
Kisah hidup Hamzah menyimpan pelajaran berharga yang relevan sepanjang masa:
- Keberanian dalam menegakkan kebenaran
- Keislaman Hamzah berawal dari keberanian membela Rasulullah ﷺ ketika dihina oleh Abu Jahal. Ini mengajarkan bahwa iman sejati harus dibuktikan dengan keberanian dalam membela kebenaran.
- Kesetiaan kepada Rasulullah ﷺ
- Sejak masuk Islam, Hamzah selalu berada di barisan terdepan dalam membela dakwah Nabi. Kesetiaan ini menjadi teladan bagi setiap Muslim agar senantiasa menjadikan Rasulullah sebagai panutan utama.
- Kesungguhan dalam jihad
- Hamzah tidak hanya beriman dengan lisan, tetapi juga dengan perbuatan. Beliau mengorbankan tenaga, harta, bahkan nyawanya untuk Islam.
- Pengorbanan sebagai jalan menuju kemuliaan
Gelar Sayyidusy Syuhada bukan diperoleh dengan mudah, melainkan melalui pengorbanan besar. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan sejati hanya bisa diraih dengan pengorbanan total di jalan Allah.
Relevansi Figur Hamzah di Zaman Modern
Di era modern, umat Islam menghadapi tantangan baru berupa hedonisme, sekularisme, dan ketidakadilan global. Sosok Hamzah mengajarkan bahwa menghadapi tantangan zaman memerlukan keberanian moral, bukan hanya fisik.
Dalam bidang politik dan kepemimpinan, keteladanan Hamzah menginspirasi agar pemimpin Muslim berani menegakkan keadilan meski berhadapan dengan kekuatan zalim.
Dalam dunia dakwah, keteguhan Hamzah menjadi motivasi bagi para dai untuk menyampaikan kebenaran dengan penuh keberanian.
Dalam kehidupan pribadi, setiap Muslim diajak meneladani Hamzah dalam menjaga kehormatan, keberanian, dan loyalitas kepada Allah serta Rasul-Nya.
Penutup
Hamzah bin Abdul Muththalib radhiyallahu ‘anhu bukan hanya seorang paman Nabi ﷺ, tetapi juga simbol keberanian, pengorbanan, dan kesetiaan. Gelarnya sebagai Sayyidusy Syuhada menegaskan kedudukannya yang mulia di sisi Allah ﷻ.
Bagi umat Islam, meneladani Hamzah berarti menumbuhkan keberanian membela kebenaran, kesetiaan kepada Rasulullah ﷺ, dan kesiapan berkorban demi tegaknya agama Allah. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari perjalanan hidup beliau, dan kelak dikumpulkan bersama para syuhada dalam naungan rahmat Allah ﷻ.