Fikroh.com - Sebelum masuk ke angka-angka dan perbandingan kasar, penting memahami bahwa kondisi Afghanistan dan Pakistan sangat berbeda — dalam aspek politik, stabilitas, aliansi internasional, kemampuan ekonomi, serta orientasi militer. Afghanistan sejak 2021 berada di bawah kekuasaan Taliban (“Emirat Islam Afghanistan”), dengan sistem keamanan yang sangat bergantung pada kontrol domestik, milisi lokal, dan dukungan eksternal (terkadang tidak resmi). Pakistan, di sisi lain, adalah negara dengan struktur militer yang relatif stabil, anggaran lebih besar, serta pengalaman institusional dan alutsista yang lebih maju dan lebih banyak.
Kedua negara juga memiliki tantangan keamanan internal: Afghanistan menghadapi konflik, kelompok bersenjata Islam seperti ISIS-K, masalah stabilitas pasca-kepulangan Taliban, dan masalah ideologis. Pakistan juga menghadapi isu terorisme domestik (termasuk Tehreek-i-Taliban Pakistan, TTP), masalah separatis, ketegangan dengan negara tetangga, dan keperluan menjaga stabilitas dalam situasi politik domestik yang kadang fluktuatif.
Berikut adalah data perbandingan berdasarkan sumber-sumber terbuka seperti GlobalMilitary.net, Global Firepower, dan indeks militer lainnya. Beberapa angka bisa berubah tergantung laporan terbaru, ketersediaan, dan kondisi operasional.
Berdasarkan perbandingan angka‐angka dan faktor non‐material seperti politik, strategi, dan geografi, berikut beberapa kesimpulan naratif:
Pakistan unggul secara signifikan dalam hal jumlah aparat militer aktif dan cadangan, serta alutsista darat, udara, dan laut. Dengan anggaran pertahanan yang jauh lebih besar, kemampuan logistik, pelatihan, dan modernisasi Pakistan berada di level yang lebih tinggi dibanding Afghanistan. Kombinasi ini memberi Pakistan keunggulan dalam konflik militer terbuka atau antar negara (konvensional).
Afghanistan memiliki medan pegunungan yang sangat berat, sejarah panjang perang gerilya, dan perlawanan dari lokal. Ini berarti bahwa dalam konflik internal atau perang asimetris, Afghanistan memiliki beberapa keunggulan lokal yang tidak mudah diukur hanya lewat jumlah tank atau pesawat. Namun, untuk perang konvensional antar negara dimana kontrol udara dan mobilitas tinggi penting, Pakistan memiliki keunggulan besar.
Pakistan memiliki institusi militer yang lebih matang, dukungan logistik lebih stabil, serta hubungan internasional yang memungkinkan akses ke perlengkapan militer dan pelatihan. Afghanistan, terutama setelah transisi kekuasaan ke Taliban, menghadapi tantangan besar dalam pemeliharaan alutsista, pelatihan, persediaan, dan legitimasi internasional. Ini memengaruhi efektivitas operasional militernya.
Pakistan sebagai negara nuklir memiliki kemampuan deterensi strategis yang tidak dimiliki oleh Afghanistan. Ini menjadi faktor penting — meskipun dalam konflik lokal atau perbatasan kecil, penggunaan senjata nuklir sangat terbatas dan implikasinya sangat tinggi, faktor ini lebih ke arah diplomasi, kemampuan mencegah eskalasi, dan intimidasi daripada digunakan secara nyata.
Karena kondisi geografis, ekonomi, dan isolasi internasional, kemampuan Afghanistan untuk proyeksi kekuatan (misalnya operasi militer jauh dari pusat), modernisasi sistem pertahanan udara, radar, dan intelijen yang handal sangat terbatas. Hal-hal ini krusial dalam peperangan modern.
Kedua negara menghadapi tantangan besar terhadap keamanan dalam negeri: terorisme, kelompok non-negara, infiltrasi, dan konflik internal lainnya. Namun kapasitas menangani ancaman non-negara seperti ini lebih besar di Pakistan, karena dana, pengalaman, dan struktur komando yang lebih mapan.
Potensi Afghanistan
Secara keseluruhan, kalau ditanya siapa yang memiliki kekuatan militer lebih besar: Pakistan jelas memiliki keunggulan signifikan dibanding Afghanistan dalam hampir semua aspek konvensional: jumlah personel, alutsista, anggaran, kapabilitas udara dan laut, serta kemampuan logistik dan dukungan internasional.
Namun, keunggulan tidak otomatis berarti kemenangan dalam segala situasi. Dalam perang asimetris, konflik perbatasan, peperangan gerilya, dan dalam kondisi kekacauan internal, Afghanistan memiliki elemen-elemen (termasuk medan geografis, motivasi lokal, dan sistem non-konvensional) yang bisa membuat konflik menjadi sulit dan mahal bahkan bagi pihak yang “lebih kuat.”
Kekuatan militer bukan hanya tentang angka dan perangkat, tetapi juga tentang kesiapan, moral, dukungan rakyat, kecerdasan langkah (strategi), stabilitas institusi, dan faktor eksternal seperti aliansi dan dukungan internasional.
Kedua negara juga memiliki tantangan keamanan internal: Afghanistan menghadapi konflik, kelompok bersenjata Islam seperti ISIS-K, masalah stabilitas pasca-kepulangan Taliban, dan masalah ideologis. Pakistan juga menghadapi isu terorisme domestik (termasuk Tehreek-i-Taliban Pakistan, TTP), masalah separatis, ketegangan dengan negara tetangga, dan keperluan menjaga stabilitas dalam situasi politik domestik yang kadang fluktuatif.
Data Militer & Kapasitas ASAASA
Berikut adalah data perbandingan berdasarkan sumber-sumber terbuka seperti GlobalMilitary.net, Global Firepower, dan indeks militer lainnya. Beberapa angka bisa berubah tergantung laporan terbaru, ketersediaan, dan kondisi operasional.
Data Terbaru (2025)
Pakistan
- Anggaran pertahanan Pakistan untuk tahun fiskal 2025–26 dinaikkan ke Rs 2.55 triliun (sekitar US$9 miliar) untuk kebutuhan pertahanan operasi, perlengkapan, dan pemeliharaan.
- Jika ditambah anggaran pensiun militer (~Rs 742 miliar, sekitar US$2.6–2.7 miliar), total pengeluaran terkait militer menjadi hampir Rs 3.29 triliun (~US$11.6–11.7 miliar).
- Pengeluaran militer sebagai persentase dari PDB naik ke sekitar 1,97%. Sebelumnya, anggaran pertahanan adalah sekitar 1,7% dari PDB.
Kenaikan anggaran adalah yang terbesar dalam satu dekade, disebabkan ketegangan regional terutama dengan India, kebutuhan untuk kesiapan operasional, dan tekanan kenaikan biaya operasional dan inflasi.
Rincian alokasi:
- Bagian besar untuk Angkatan Darat, kemudian Angkatan Udara dan Angkatan Laut.
- Ausat belanja untuk “operating expenses” (operasi, logistik, bahan bakar, pelatihan) tinggi persentasenya dibandingkan tahun sebelumnya.
Afghanistan (Taliban)
- Jumlah personel keamanan (militer + polisi) yang dilaporkan oleh Taliban pada awal 2025 sekitar 406.977 personel (191.036 di badan pertahanan / militer; 215.941 polisi / interior).
- Kekuatan militer formal “army” menurut Taliban sekitar ~191.000 orang dan kepolisian / dinas dalam negeri sekitar ~216.000, total sekitar 400-410 ribu orang. Namun angka ini tidak diverifikasi independen.
- Rencana Taliban sejak beberapa tahun lalu mencakup memperluas tentara reguler hingga 200.000 personel, tergantung kebutuhan.
Anggaran pertahanan Afghanistan lebih sulit diketahui secara publik karena Taliban belum secara rutin merilis detail anggaran nasionalnya.
Satu studi memperkirakan anggaran pertahanan (defense budget) sekitar US$500 juta untuk 2025, dengan persentase terhadap PDB sekitar 1,7%.
Dari aspek materi & alutsista: banyak pesawat dan helikopter warisan era sebelumnya disita atau ditinggalkan dalam kondisi tidak terawat; kemampuan pemeliharaan, suplai suku cadang, pelatihan pilot, dan sistem pendukung teknis sangat terbatas. Taliban mencoba memanfaatkan pesawat transport dan helikopter (contoh: Mi-17, Mi-35, Antonov) yang masih bisa digunakan.
Perbandingan Kekinian (2025)
Berikut narasi yang membandingkan kekuatan militer mereka berdasarkan data di atas, dengan fokus pada aspek materi, jumlah, anggaran, dan kelemahan/kekuatan:
Jumlah Personel & Struktur
Pakistan memiliki personel militer aktif yang jauh lebih banyak dan lebih profesional; selain militer konvensional (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut), terdapat pasukan paramiliter, pasukan cadangan dan struktural yang kuat. Meskipun angka absolut personel militer aktif bisa bervariasi, kemampuan mobilisasi dan pengerahan pasukan sangat tinggi. Kita tidak punya angka presisi terbaru (2025) untuk Pakistan dalam publik di sumber-terbuka di sini, tapi tren sebelumnya menunjukkan puluhan ribu personel plus cadangan yang signifikan.
Di Afghanistan di bawah Taliban, kekuatan personel mencapai sekitar ~190.000 militer + ~215.000 polisi / keamanan dalam negeri, total ~400.000+. Tapi perlu dicatat bahwa banyak laporan menekankan bahwa beberapa dari jumlah tersebut mungkin termasuk petugas yang kurang aktif, ada “ghost soldiers” (petugas yang terdaftar tapi tidak hadir), dan tingkat pelatihan / kesiapan yang berbeda-beda.
Dari segi struktur, Pakistan memiliki institusi militer yang mapan, korps komando, logistik, dukungan udara-laut, sistem radar, jaringan intelijen dan kadang produksi alutsista. Afghanistan masih berusaha membangun struktur militer reguler dari komponen yang tersisa, menghadapi tantangan besar dalam pemeliharaan, pelatihan teknis, suplai suku cadang dan modernisasi.
Anggaran & Keuangan
Pakistan meningkatkan anggarannya dengan signifikan, mencapai ~US$9 miliar untuk operasi & peralatan, ditambah dengan ~US$2.6–2.7 miliar untuk pensiun, menjadikan total anggaran militer (termasuk pensiun) sebesar ~US$11.6–11.7 miliar. Ini memberi Pakistan ruang lebih baik untuk mempertahankan, memodernisasi, dan memperkuat armada, pelatihan, kesiapan operasional.
Afghanistan, di sisi lain, memiliki anggaran pertahanan yang jauh lebih kecil; estimasi sekitar US$500 juta (perkiraan) untuk bagian pertahanan / militer.
Selain itu, Taliban belum secara rutin merilis rincian anggaran, alokasi belanja pertahanan vs keamanan dalam vs kementerian lain, jadi sulit mengevaluasi performa keuangan atau efisiensi pengeluaran.
Materi & Teknologi
Pakistan memiliki keunggulan materi dan teknologi yang lebih baik: pesawat tempur modern (misalnya F-16, JF-17 dan kemungkinan impor/upgrade), kapal laut, sistem pertahanan udara, serta kemampuan logistik dan dukungan teknologi. Modernisasi dan pemeliharaan biasanya lebih terjamin karena anggaran yang lebih besar dan akses ke pasar luar negeri untuk alutsista dan suku cadang. Infrastruktur militer (pangkalan, pelatihan, sistem komunikasi) juga lebih baik.
Afghanistan (Taliban) memiliki tantangan besar: banyak pesawat dan helikopter warisan yang tidak terawat, sulitnya akses ke suku cadang, subsidi dan pelatihan teknikal. Sebagian besar alutsista berat dan sistem pertahanan udara modern hampir tidak tersedia atau sangat terbatas. Mereka lebih mengandalkan operasi darat, helikopter transport / dukungan, penggunaan lokal milisi atau petugas polisi, taktik asimetris dan kontrol wilayah domestik.
Kesiapan Operasional & Faktor Non-Teknis
Kesiapan: Pakistan memiliki tradisi latihan rutin, operasi militer gabungan (land-air-naval), kesiapan harta/material/usaha pemeliharaan senjata. Terdapat pengalaman konflik eksternal dan internal yang menjaga daya tempur.
Afghanistan menghadapi banyak tantangan: kesulitan ekonomi (termasuk dana terbatas), kontrol wilayah yang belum seragam, isu loyalitas, pelatihan dan moral, dan hambatan logistik. Selain itu, pengakuan internasional yang terbatas membuat akses ke pasar alutsista modern dan kerjasama pertahanan resmi lebih sulit.
Motivasi & taktik: Taliban memiliki kelebihan dalam pemahaman lokal, penggunaan taktik gerilya atau kontrol lokal, mobilitas, adaptasi terhadap medan pegunungan dan kondisi lokal yang sulit. Di sisi lain, Pakistan harus menjaga banyak front (perbatasan, konflik domestik, ketegangan dengan India, isu-isu internal seperti pemberontakan teror).
Kesimpulan Terkini (2025)
Dengan semua data di atas diperhitungkan, perbandingan kekuatan militer di 2025 menunjukkan:
1. Keunggulan keseluruhan: Pakistan tetap memiliki keunggulan konvensional yang signifikan dibanding Afghanistan di bawah Taliban dalam hal anggaran, materi militer, teknologi, dukungan logistik, kesiapan operasional.
2. Afghanistan memiliki kapasitas yang signifikan dibanding sebelum 2021, namun kekuatannya lebih cocok untuk pertahanan internal, kontrol wilayah, operasi keamanan domestik, dan penggunaan taktik non-konvensional, bukan operasi militer skala besar atau perang antar negara dengan alutsista canggih.
3. Efektivitas di medan tempur lokal: Dalam konflik perbatasan atau peperangan asimetris, keunggulan materi saja tidak menjamin kemenangan — medan, intelijen lokal, dukungan rakyat, moral, dan taktik cepat dapat mengurangi disparitas.
4. Kerentanan Afghanistan: Keterbatasan dalam anggaran, isolasi internasional, pemeliharaan alutsista, dan kontrol administratif adalah titik lemah besar. Jika konflik melibatkan keunggulan udara atau serangan presisi dengan sistem modern, Afghanistan berada dalam posisi yang lebih sulit.
5. Kerentanan Pakistan: Meskipun unggul, Pakistan bukan tanpa masalah. Anggaran tinggi harus dibagi antara operasi, pemeliharaan, pengembangan teknologi, pensiun, operasional di berbagai front; tekanan ekonomi dan inflasi; risiko overextension; dan tantangan keamanan internal yang tetap berat.
Penilaian Kekuatan Komparatif
Berdasarkan perbandingan angka‐angka dan faktor non‐material seperti politik, strategi, dan geografi, berikut beberapa kesimpulan naratif:
Keunggulan Pakistan dalam kapasitas militer konvensional
Pakistan unggul secara signifikan dalam hal jumlah aparat militer aktif dan cadangan, serta alutsista darat, udara, dan laut. Dengan anggaran pertahanan yang jauh lebih besar, kemampuan logistik, pelatihan, dan modernisasi Pakistan berada di level yang lebih tinggi dibanding Afghanistan. Kombinasi ini memberi Pakistan keunggulan dalam konflik militer terbuka atau antar negara (konvensional).
Peran geografis dan kondisi medan
Afghanistan memiliki medan pegunungan yang sangat berat, sejarah panjang perang gerilya, dan perlawanan dari lokal. Ini berarti bahwa dalam konflik internal atau perang asimetris, Afghanistan memiliki beberapa keunggulan lokal yang tidak mudah diukur hanya lewat jumlah tank atau pesawat. Namun, untuk perang konvensional antar negara dimana kontrol udara dan mobilitas tinggi penting, Pakistan memiliki keunggulan besar.
Stabilitas institusi dan dukungan eksternal
Pakistan memiliki institusi militer yang lebih matang, dukungan logistik lebih stabil, serta hubungan internasional yang memungkinkan akses ke perlengkapan militer dan pelatihan. Afghanistan, terutama setelah transisi kekuasaan ke Taliban, menghadapi tantangan besar dalam pemeliharaan alutsista, pelatihan, persediaan, dan legitimasi internasional. Ini memengaruhi efektivitas operasional militernya.
Deterensi & perang nuklir sebagai faktor non‐konvensional
Pakistan sebagai negara nuklir memiliki kemampuan deterensi strategis yang tidak dimiliki oleh Afghanistan. Ini menjadi faktor penting — meskipun dalam konflik lokal atau perbatasan kecil, penggunaan senjata nuklir sangat terbatas dan implikasinya sangat tinggi, faktor ini lebih ke arah diplomasi, kemampuan mencegah eskalasi, dan intimidasi daripada digunakan secara nyata.
Keterbatasan Afghanistan dalam proyeksi kekuatan luar & pertahanan udara
Karena kondisi geografis, ekonomi, dan isolasi internasional, kemampuan Afghanistan untuk proyeksi kekuatan (misalnya operasi militer jauh dari pusat), modernisasi sistem pertahanan udara, radar, dan intelijen yang handal sangat terbatas. Hal-hal ini krusial dalam peperangan modern.
Isu moral dan keamanan dalam negeri
Kedua negara menghadapi tantangan besar terhadap keamanan dalam negeri: terorisme, kelompok non-negara, infiltrasi, dan konflik internal lainnya. Namun kapasitas menangani ancaman non-negara seperti ini lebih besar di Pakistan, karena dana, pengalaman, dan struktur komando yang lebih mapan.
Potensi & Kelemahan
Potensi Afghanistan
- Perlawanan lokal dan gerilya: Medan yang sulit, pengetahuan wilayah oleh kelompok lokal/milisi, pengalaman di pertempuran asimetris.
- Motivasi & legitimasi internal: Pemerintahan Taliban mengklaim kontrol dan legitimasi di beberapa bagian, sehingga dapat mengerahkan kekuatan lokal dalam konflik kecil dengan daya tahan yang cukup tinggi.
- Dukungan eksternal atau tidak langsung: Meski sulit, Afghanistan bisa mendapatkan bantuan melalui jaringan ideologis, bantuan kemanusiaan, dan kadang logistik informal.
- Kekurangan dana dan anggaran pertahanan, sehingga pemeliharaan & penggantian alutsista sangat terbatas.
- Kurangnya kemampuan proyeksi, operasi udara canggih, dan pertahanan udara modern.
- Isolasi diplomatik dan ketergantungan pada bantuan luar (kompleksitas politik internasional).
- Masalah integrasi institusi keamanan, standar pelatihan, moral, penyusunan komando yang resmi dan handal.
- Infrastrukur militer yang lebih baik, stok alutsista yang lebih besar dan modern, anggaran yang lebih stabil.
- Deterensi kuat melalui senjata nuklir dan sistem peluru kendali.
- Dukungan dari industri pertahanan dalam negeri (meskipun ada ketergantungan impor di banyak bagian), serta hubungan internasional dalam bidang militer.
- Beban keamanan internal yang besar (terorisme, pemberontakan) yang menguras sumber daya.
- Kerentanan terhadap konflik dua front (internasional & internal), potensi ketegangan dengan India, yang selalu menyerap sebagian besar perhatian pertahanan.
- Ketergantungan impor alutsista dan komponen teknologi tinggi dari luar negeri, yang bisa terpengaruh sanksi, perubahan politik, dan pembatasan ekspor.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, kalau ditanya siapa yang memiliki kekuatan militer lebih besar: Pakistan jelas memiliki keunggulan signifikan dibanding Afghanistan dalam hampir semua aspek konvensional: jumlah personel, alutsista, anggaran, kapabilitas udara dan laut, serta kemampuan logistik dan dukungan internasional.
Namun, keunggulan tidak otomatis berarti kemenangan dalam segala situasi. Dalam perang asimetris, konflik perbatasan, peperangan gerilya, dan dalam kondisi kekacauan internal, Afghanistan memiliki elemen-elemen (termasuk medan geografis, motivasi lokal, dan sistem non-konvensional) yang bisa membuat konflik menjadi sulit dan mahal bahkan bagi pihak yang “lebih kuat.”
Kekuatan militer bukan hanya tentang angka dan perangkat, tetapi juga tentang kesiapan, moral, dukungan rakyat, kecerdasan langkah (strategi), stabilitas institusi, dan faktor eksternal seperti aliansi dan dukungan internasional.