Notification

×

Iklan

Iklan

Penjelasan Hadits Meninggal Saat Menuntut Ilmu dan Tertimpa Runtuhan adalah Syahid

Rabu | Oktober 01, 2025 WIB | 0 Views
Penjelasan Hadits Meninggal Saat Menuntut Ilmu dan Tertimpa Runtuhan adalah Syahid

Fikroh.com - Kematian merupakan kepastian yang tidak dapat dielakkan oleh setiap manusia. Akan tetapi, Islam memberikan kabar gembira bahwa cara dan keadaan seseorang ketika meninggal dunia dapat menentukan derajat dan keutamaan di sisi Allah ﷻ. Di antara bentuk kematian yang mendapat kedudukan mulia adalah wafat ketika sedang menuntut ilmu, serta wafat karena tertimpa runtuhan. Keduanya memiliki dasar dari hadits Nabi Muhammad ﷺ yang shahih.
 

1. Meninggal Saat Menuntut Ilmu


Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat tinggi. Menuntut ilmu bahkan disamakan dengan berjihad di jalan Allah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Barang siapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali.” (HR. At-Tirmidzi no. 2647, dinyatakan hasan oleh Al-Albani)

Hadits ini menjelaskan bahwa aktivitas menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang bermanfaat, memiliki kedudukan mulia. Seseorang yang keluar rumah dengan niat tulus untuk belajar, kedudukannya sama dengan orang yang sedang berjihad. Dengan demikian, apabila seseorang wafat dalam keadaan sedang menuntut ilmu atau dalam perjalanan menuju proses tersebut, maka ia wafat dalam kondisi fi sabilillah (di jalan Allah).

Para ulama menafsirkan bahwa orang yang wafat saat menuntut ilmu termasuk dalam golongan syahid akhirat. Artinya, ia mendapatkan pahala besar layaknya seorang mujahid, meskipun hukum duniawi (seperti dimandikan dan dishalatkan) tetap berlaku padanya. Hal ini menunjukkan betapa tingginya derajat ilmu dan betapa besar penghargaan Islam terhadap penuntut ilmu.
 

2. Meninggal Karena Tertimpa Runtuhan


Selain wafat saat menuntut ilmu, Islam juga menjelaskan keutamaan khusus bagi mereka yang meninggal karena tertimpa runtuhan. Rasulullah ﷺ bersabda:

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِيقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Para syuhada itu ada lima: orang yang mati karena tha‘un, orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang tertimpa runtuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 2829, Muslim no. 1914)

Dalam hadits ini disebutkan bahwa salah satu golongan yang mendapat kedudukan syahid adalah صَاحِبُ الْهَدْمِ (orang yang meninggal tertimpa runtuhan). Ulama menjelaskan bahwa hal ini mencakup orang yang meninggal karena tertimpa bangunan roboh, tanah longsor, atau bencana sejenisnya.

Sebagaimana penuntut ilmu, orang yang wafat tertimpa runtuhan digolongkan sebagai syahid akhirat. Ia tetap dimandikan dan dishalatkan, namun di sisi Allah ia mendapatkan pahala syahid. Ini menjadi bentuk kasih sayang Allah bagi hamba-Nya yang wafat dalam kondisi sulit atau musibah besar.
 

Perbedaan Syahid Dunia dan Syahid Akhirat


Untuk memahami posisi keduanya, penting membedakan antara syahid dunia-akhirat dan syahid akhirat saja.

Syahid Dunia-Akhirat

 
Yaitu mereka yang gugur di medan perang membela agama Allah.
Mereka mendapatkan pahala syahid di akhirat dan perlakuan khusus di dunia: tidak dimandikan, tidak dikafani dengan kain biasa, dan tidak dishalatkan, melainkan dimakamkan dengan pakaian dan darah mereka.

Syahid Akhirat

 
Yaitu mereka yang meninggal karena sebab-sebab lain sebagaimana disebutkan dalam hadits: karena tha‘un, sakit perut, tenggelam, tertimpa runtuhan, serta termasuk penuntut ilmu.
Mereka tetap diperlakukan seperti jenazah Muslim biasa di dunia (dimandikan, dikafani, dan dishalatkan), namun di sisi Allah mereka memperoleh pahala syahid.

Dengan perbedaan ini, jelas bahwa penuntut ilmu yang wafat serta orang yang meninggal karena runtuhan, keduanya masuk kategori syahid akhirat.
 

Pelajaran Penting dari Kedua Keutamaan


Hadits-hadits di atas mengandung hikmah besar bagi kaum Muslimin. Pertama, ia menegaskan urgensi menuntut ilmu. Orang yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu dengan niat ikhlas akan mendapatkan pahala besar, bahkan hingga wafatnya diganjar pahala jihad. Kedua, hadits tentang tertimpa runtuhan memberikan penghiburan bagi keluarga korban bencana. Bahwa musibah yang berat tersebut bukan sekadar ujian, melainkan pintu kemuliaan dan pahala syahid bagi yang wafat di dalamnya.

Lebih dari itu, kedua hadits ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah ﷻ. Tidak hanya orang yang berperang di medan jihad yang bisa memperoleh derajat syahid, melainkan juga orang-orang yang wafat dalam kondisi tertentu yang penuh kesulitan, termasuk penuntut ilmu dan korban runtuhan.
 

Penutup


Keutamaan meninggal saat menuntut ilmu dan tertimpa runtuhan merupakan bukti nyata betapa Islam memuliakan usaha menuntut ilmu serta memberi penghargaan kepada mereka yang wafat dalam kondisi musibah berat. Keduanya termasuk syahid akhirat yang mendapatkan pahala agung di sisi Allah ﷻ. Oleh karena itu, umat Islam sepatutnya terus bersemangat dalam menuntut ilmu dengan niat ikhlas, serta senantiasa bersabar menghadapi takdir Allah, sebab dalam setiap keadaan ada peluang meraih derajat mulia di hadapan-Nya.
×
Berita Terbaru Update