Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenal Saleh al-Jafarawi, Wartawan Gaza yang Gugur Ditembak Agen Israel

Senin | Oktober 13, 2025 WIB | 0 Views
Mengenal Saleh al-Jafarawi, Wartawan Gaza yang Gugur Ditembak Agen Israel

GAZA — Dunia jurnalisme kembali berduka. Saleh al-Jafarawi, seorang wartawan muda asal Jalur Gaza yang dikenal luas karena liputan-liputan beraninya di tengah perang, dilaporkan meninggal dunia pada Jumat, 12 Oktober 2025. Ia tertembak ketika sedang meliput bentrokan bersenjata di kawasan Sabra, Kota Gaza — hanya beberapa hari setelah Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Profil dan Karier Awal

Saleh Amer Fouad al-Jafarawi lahir pada 22 November 1997 di Kota Gaza. Sejak muda, ia sudah tertarik dengan dunia media dan dokumentasi. Ketika sebagian besar anak muda seusianya memilih mencari pekerjaan aman, Saleh justru membawa kameranya ke garis depan — merekam kehancuran, luka kemanusiaan, dan keteguhan rakyat Palestina di bawah blokade.

Mulai aktif di dunia jurnalistik sejak 2019, Saleh dikenal karena gaya liputan lapangannya yang autentik. Ia tak hanya bekerja untuk media lokal, tetapi juga aktif membagikan liputan melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, di mana jutaan orang mengikuti perkembangan Gaza lewat lensa kameranya.
Ciri dan Pengaruhnya

Dalam setiap unggahannya, Saleh tampil sederhana — rompi pers di tubuhnya, kamera di tangan, dan suara tegas yang menggambarkan situasi tanpa rekayasa. Gaya liputannya yang emosional dan humanis membuatnya disukai banyak kalangan, terutama anak muda Palestina yang melihatnya sebagai simbol keteguhan generasi baru di bawah pendudukan.

Namun, popularitasnya juga membuatnya kerap menjadi sasaran kontroversi. Beberapa pihak menuduh kontennya terlalu berpihak atau bahkan direkayasa, tuduhan yang tidak pernah terbukti. Bagi para pengikutnya, Saleh tetaplah suara jujur dari Gaza — saksi hidup dari perang yang seolah tak berkesudahan.
Kematian di Garis Depan

Pada 12 Oktober 2025, Saleh dikabarkan tertembak di kawasan al-Sabra, Gaza City, ketika sedang meliput bentrokan antara kelompok bersenjata lokal. Menurut laporan Al Jazeera Arabic dan media setempat, ia tewas di tempat dengan masih mengenakan rompi bertuliskan “PRESS”. Insiden itu terjadi di tengah situasi pasca-gencatan senjata yang rapuh, di mana berbagai faksi bersenjata masih saling bersitegang.

Sumber Palestina menyebut peluru yang menewaskannya dilepaskan oleh milisi bersenjata yang berafiliasi dengan pihak pendudukan Israel, meski hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari otoritas setempat.
Duka dan Reaksi Dunia

Kabar wafatnya Saleh al-Jafarawi memicu gelombang duka di Gaza dan komunitas media internasional. Tagar #SalehAlJafarawi menjadi trending di berbagai platform, disertai ribuan pesan belasungkawa. Banyak jurnalis menyebut kematiannya sebagai simbol risiko ekstrem yang dihadapi wartawan di zona perang.

Lembaga-lembaga HAM dan asosiasi pers Palestina mengecam keras pembunuhan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap perlindungan jurnalis sebagaimana diatur dalam hukum internasional.
 
Warisan yang Ditinggalkan

Bagi banyak orang, Saleh bukan sekadar wartawan. Ia adalah mata dan suara Gaza — generasi muda yang menolak bungkam di tengah reruntuhan. Video-videonya kini menjadi arsip penting tentang realitas perang yang jarang disiarkan oleh media besar dunia.

Saleh al-Jafarawi meninggal di usia 28 tahun, meninggalkan jejak keberanian dan dedikasi bagi kebebasan informasi. Dalam kata-kata terakhirnya di media sosial, ia sempat menulis:


“Jika suatu hari aku tak bisa lagi mengabarkan, itu karena aku sudah menjadi bagian dari berita yang kukisahkan.”

Kata-kata itu kini menjadi epitaf abadi bagi seorang jurnalis muda yang merekam kebenaran dengan nyawanya sendiri.
×
Berita Terbaru Update