Notification

×

Iklan

Iklan

Keringnya Sungai Eufrat dan Kemunculan Gunung Emas

Rabu | Oktober 15, 2025 WIB | 0 Views
Keringnya Sungai Eufrat dan Kemunculan Gunung Emas

Fikroh.com — Salah satu sungai tertua di dunia, Sungai Eufrat, kini tengah menghadapi kondisi paling kritis dalam sejarahnya. Air yang dulu mengalir deras dan menjadi sumber kehidupan bagi jutaan penduduk Irak, Suriah, dan Turki kini menyusut tajam, meninggalkan hamparan lumpur kering dan retakan tanah.

Namun, di balik krisis ekologi ini, ada dimensi lain yang membuat dunia Islam menoleh: nubuwah Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa menjelang akhir zaman, Sungai Eufrat akan menyingkap “gunung emas” yang memicu perebutan besar-besaran.
 

Nadi Peradaban yang Mulai Mengering


Sungai Eufrat membentang sepanjang lebih dari 2.700 kilometer, menjadi urat nadi bagi tiga negara besar: Turki, Suriah, dan Irak. Dalam sejarah, daerah di sekitar Eufrat dikenal sebagai bagian dari Mesopotamia, tempat lahirnya peradaban-peradaban kuno seperti Babilonia dan Sumeria.

Kini, kondisi sungai itu memprihatinkan. Data dari PBB dan FAO menunjukkan penurunan debit air hingga separuh dari volume normal dalam dua dekade terakhir. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
  • Pemanasan global yang mempercepat penguapan air.
  • Pembangunan bendungan besar di hulu sungai di Turki dan Suriah.
  • Konflik berkepanjangan yang menghambat pengelolaan sumber daya air.

Akibatnya, jutaan warga Irak dan Suriah kini kekurangan air bersih dan terancam kehilangan mata pencaharian.
 

Nubuwah Rasulullah ﷺ Tentang Gunung Emas


Fenomena ini mengingatkan umat Islam pada sabda Nabi Muhammad ﷺ dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

"Hampir saja Sungai Eufrat menyingkap sebuah gunung emas. Maka siapa yang hadir di sana, janganlah mengambil sedikit pun darinya." (HR. Muslim, no. 2894)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa manusia akan berperang memperebutkannya, hingga sembilan puluh sembilan dari setiap seratus orang terbunuh, dan setiap orang berharap dialah yang selamat.

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna hadits ini. Sebagian menafsirkan secara harfiah, bahwa sungguh akan muncul emas dari dasar Eufrat. Sementara sebagian lain memandangnya secara simbolik, bahwa yang dimaksud adalah kekayaan besar seperti minyak bumi atau sumber energi strategis yang menimbulkan konflik global.
 

Sudah Terjadi? Fakta di Lapangan


Dalam beberapa tahun terakhir, muncul laporan dan video dari Suriah serta Irak yang menunjukkan dasar Sungai Eufrat mulai terlihat, menampakkan bebatuan kekuningan dan kilauan mineral. Banyak masyarakat lokal yang meyakini bahwa “gunung emas” itu mulai tampak.

Namun, para ahli geologi membantah klaim tersebut. Menurut penelitian yang dirilis Iraqi Geological Survey, warna kekuningan itu disebabkan oleh endapan mineral sulfida dan oksidasi tanah liat, bukan emas.

Meskipun demikian, di kawasan sekitar lembah Eufrat, terutama di Provinsi Deir Ezzor dan al-Anbar, aktivitas eksplorasi minyak dan gas bumi memang meningkat. Hal ini membuat sebagian pengamat menafsirkan nubuwah Nabi ﷺ sebagai pertanda perebutan sumber energi dunia, yang sudah berlangsung hingga kini.
 

Isyarat Akhir Zaman dan Ujian bagi Manusia


Hadits tentang “gunung emas” Eufrat bukan sekadar ramalan, melainkan peringatan moral. Rasulullah ﷺ tidak menekankan kemunculan emasnya, tetapi melarang manusia mengambilnya. Artinya, ujian terbesar bukan pada benda itu, melainkan pada nafsu dan kerakusan manusia terhadap harta dunia.

Perang, perebutan sumber daya, hingga kehancuran peradaban sering kali bermula dari keserakahan yang sama. Dalam konteks hari ini, bisa jadi “gunung emas” itu bukan sebongkah emas di dasar sungai, melainkan sumber energi dan kekayaan bumi yang memicu pertumpahan darah antarbangsa.
 

Refleksi: Alam Sebagai Cermin Spiritual


Keringnya Eufrat bisa dibaca sebagai isyarat ekologis dan spiritual sekaligus. Alam sedang berbicara kepada manusia tentang konsekuensi kerakusan dan kelalaian dalam menjaga bumi.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

“Tidak akan terjadi kiamat hingga harta melimpah, namun manusia tidak lagi peduli dari mana ia mendapatkannya — halal atau haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa iman dan kesadaran moral adalah benteng terakhir manusia di tengah dunia yang semakin haus akan kekayaan dan kekuasaan.
 

Penutup


Apakah “gunung emas” Eufrat benar-benar akan muncul secara fisik, atau hanya kiasan dari perebutan sumber daya global, hanya Allah yang Maha Tahu. Namun jelas, Rasulullah ﷺ telah memperingatkan umatnya jauh hari sebelumnya.

Bagi orang beriman, fenomena ini bukan bahan sensasi, melainkan seruan untuk kembali kepada kesederhanaan, memperbanyak amal, dan menjaga bumi sebagai amanah Ilahi.
Sebab ketika Sungai Eufrat mengering, mungkin bukan hanya air yang hilang — tapi juga rasa takut manusia kepada Tuhan.
×
Berita Terbaru Update