Padahal, dalam pandangan Islam, mengungkit dosa masa lalu seseorang yang telah bertaubat bukan hanya perbuatan tidak etis, tetapi juga termasuk dosa besar. Allah ﷻ telah menutup aibnya, lalu mengapa manusia justru membukanya kembali? Artikel ini akan mengulas secara mendalam alasan mengapa kita dilarang mengungkit dosa masa lalu seseorang yang sudah bertaubat, disertai penjelasan dari Al-Qur’an, hadits, dan hikmah moral di baliknya.
1. Taubat Menghapus Dosa: Janji Allah yang Pasti
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَـٰئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَـٰتٍ
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu Allah ganti kejahatan mereka dengan kebajikan.” (QS. Al-Furqan: 70)
Ayat ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa. Dosa-dosa yang pernah dilakukan seseorang akan dihapus bahkan diganti dengan pahala jika ia sungguh-sungguh bertaubat. Maka, ketika seseorang telah kembali ke jalan Allah, dosa masa lalunya sudah tidak lagi tercatat sebagai keburukan.
Oleh karena itu, ketika manusia mengungkit masa lalu orang yang telah bertaubat, sama saja ia meragukan ampunan Allah. Padahal, Allah sendiri telah menjamin bahwa taubat nasuha dapat menghapus dosa sepenuhnya.
Ayat ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa. Dosa-dosa yang pernah dilakukan seseorang akan dihapus bahkan diganti dengan pahala jika ia sungguh-sungguh bertaubat. Maka, ketika seseorang telah kembali ke jalan Allah, dosa masa lalunya sudah tidak lagi tercatat sebagai keburukan.
Oleh karena itu, ketika manusia mengungkit masa lalu orang yang telah bertaubat, sama saja ia meragukan ampunan Allah. Padahal, Allah sendiri telah menjamin bahwa taubat nasuha dapat menghapus dosa sepenuhnya.
2. Mengungkit Dosa Sama dengan Mencela Karunia Allah
Seseorang yang berubah menjadi baik berarti telah mendapat hidayah — sebuah nikmat yang sangat besar. Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah lebih bergembira dengan taubat seorang hamba-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir.” (HR. Muslim)
Artinya, Allah begitu mencintai hamba yang bertaubat. Maka, ketika kita mengungkit-ungkit dosa masa lalunya, itu sama saja dengan mencela nikmat dan kasih sayang Allah yang telah diberikan kepadanya.
Orang yang bertaubat adalah bukti nyata kebesaran Allah dalam memberi hidayah. Menghinanya berarti mengingkari kekuasaan Allah dalam membolak-balikkan hati manusia.
3. Mengungkit Dosa Orang Lain Termasuk Ghibah dan Dosa Besar
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Engkau menyebutkan sesuatu tentang saudaramu yang ia tidak suka.” Seseorang bertanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Jika yang engkau katakan benar, berarti engkau telah mengghibahinya. Dan jika tidak benar, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Membicarakan dosa masa lalu seseorang jelas termasuk ghibah, karena ia pasti tidak suka masa lalunya diungkit. Apalagi jika ia sudah menyesal dan memperbaiki diri. Rasulullah ﷺ bahkan memperingatkan bahwa seseorang bisa bangkrut di akhirat karena menggunjing dan menyakiti orang lain, meskipun ia banyak beribadah.
4. Tugas Manusia Adalah Menutupi, Bukan Membuka Aib
Dalam Islam, menjaga aib orang lain adalah tanda keimanan dan akhlak mulia. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)
Sebaliknya, orang yang suka membuka aib orang lain akan dipermalukan oleh Allah di dunia maupun di akhirat.
Jika Allah sudah menutupi dosa seseorang melalui taubatnya, lalu kita sengaja membuka dan menyebarkannya, berarti kita menentang kehendak Allah. Ingatlah, bisa jadi di hadapan Allah, orang yang dulu berdosa tapi kini bertaubat justru lebih mulia daripada kita yang merasa suci tapi masih suka merendahkan orang lain.
5. Setiap Manusia Punya Masa Lalu
Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang punya masa lalu, baik yang tampak maupun tersembunyi. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
Jadi, ukuran kemuliaan seseorang bukanlah masa lalunya, melainkan bagaimana ia memperbaiki diri setelah berbuat salah.
Seseorang yang dulunya kelam namun kini istiqamah dalam kebaikan adalah orang yang menang dalam ujian hidupnya. Sementara orang yang selalu mengungkit masa lalu orang lain, bisa jadi justru sedang kalah oleh hawa nafsunya sendiri.
6. Mengungkit Dosa Dapat Menghalangi Orang Lain dari Taubat
Banyak orang yang ingin berubah, tetapi merasa takut karena masyarakat sering menghakimi masa lalu mereka. Ini adalah salah satu dampak berbahaya dari sikap suka mengungkit dosa orang lain.
Padahal, Rasulullah ﷺ diutus untuk menumbuhkan harapan, bukan menebar keputusasaan. Allah ﷻ sendiri berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ
“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah.” (QS. Az-Zumar: 53)
Jika masyarakat menutup pintu maaf dan terus mengungkit kesalahan, maka banyak orang akan enggan untuk bertaubat. Dengan demikian, orang yang suka membuka aib masa lalu sebenarnya turut menghalangi jalan kebaikan bagi orang lain.
Jika masyarakat menutup pintu maaf dan terus mengungkit kesalahan, maka banyak orang akan enggan untuk bertaubat. Dengan demikian, orang yang suka membuka aib masa lalu sebenarnya turut menghalangi jalan kebaikan bagi orang lain.
7. Fokus pada Diri Sendiri Lebih Mulia daripada Menghakimi
Daripada mencari-cari kesalahan orang lain, Islam mengajarkan agar setiap hamba sibuk memperbaiki dirinya sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri hingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain.” (HR. al-Bazzar)
Seseorang yang sibuk menilai masa lalu orang lain sebenarnya sedang lupa bahwa ia juga memiliki kekurangan. Menghakimi orang lain hanya akan menumbuhkan kesombongan dan rasa lebih suci, padahal sifat itu adalah ciri-ciri orang munafik dan keras hati.
8. Allah Menilai Akhir Hidup, Bukan Permulaan
Dalam Islam, nilai seseorang ditentukan oleh bagaimana ia menutup hidupnya, bukan bagaimana ia memulainya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada penutupannya.” (HR. Bukhari)
Bisa jadi seseorang yang dulunya penuh dosa, justru menutup hidupnya dalam keadaan husnul khatimah. Sebaliknya, orang yang merasa suci bisa saja tergelincir di akhir hayatnya. Maka, tidak pantas bagi manusia untuk menilai seseorang dari masa lalunya.
Penutup: Jadilah Penjaga Rahasia, Bukan Pengungkit Luka
Seseorang yang telah bertaubat ibarat bunga yang tumbuh setelah badai. Ia telah melalui perjuangan batin yang tidak mudah. Tugas kita sebagai sesama Muslim bukanlah mengingatkan tentang masa lalunya yang kelam, tetapi mendukung dan mendoakannya agar tetap istiqamah.
Ingatlah pesan Rasulullah ﷺ:
“Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati sebelum melakukan dosa yang sama.” (HR. Tirmidzi)
Maka berhati-hatilah. Jangan sampai lidah kita menjadi sebab murka Allah karena membuka aib yang telah Dia tutup.
Taubat adalah perjalanan antara hamba dan Tuhannya. Jika Allah sudah mengampuni, siapa kita yang berani mengungkitnya kembali? Biarlah masa lalu menjadi pelajaran, bukan senjata untuk menghancurkan harga diri seseorang. Karena di hadapan Allah, yang terpenting bukan siapa kita dulu, tetapi siapa kita hari ini — dan bagaimana akhir hidup kita nanti.
Kesimpulan:
Jangan pernah mengungkit dosa masa lalu seseorang yang telah bertaubat, karena:
- Allah telah menghapus dosanya.
- Mengungkit dosa berarti mencela karunia Allah.
- Termasuk ghibah dan dosa besar.
- Dapat membuat orang lain enggan bertaubat.
- Allah menilai akhir hidup, bukan masa lalu.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita termasuk orang yang pandai menutupi aib sesama, memuliakan orang yang bertaubat, dan senantiasa menjaga lisan dari dosa yang bisa menghancurkan pahala kita sendiri. Aamiin.
