Fikroh.com - Ankara – Hubungan diplomatik Turki dan Israel kembali memanas setelah muncul pernyataan provokatif dari seorang pejabat Israel yang menyebut Turki dapat menjadi target berikutnya setelah Qatar. Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari Oktay Saral, penasihat utama Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, yang menegaskan bahwa bangsa Turki tidak akan tinggal diam menghadapi ancaman.
Kontroversi bermula ketika Meir Masri, seorang akademisi Israel sekaligus pejabat publik, melalui akun media sosialnya menuliskan, “Hari ini Qatar, besok Turki. Israel sedang memerangi terorisme.” Ungkapan tersebut sontak ditafsirkan sebagai ancaman terbuka terhadap Turki, mengingat selama ini Ankara dikenal dekat dengan gerakan perlawanan Palestina, termasuk Hamas.
Pernyataan Masri itu langsung memantik kemarahan di Ankara. Oktay Saral merespons dengan bahasa tegas. Dalam unggahan balasannya, Saral menyebut Israel tidak memahami siapa sebenarnya bangsa Turki. Ia menekankan, setiap upaya untuk menyinggung kedaulatan Turki akan berujung pada konsekuensi besar bagi Israel.
“Kepada anjing Zionis Israel; jelas Anda tidak mengenal Turki dan bangsa Turki! Anda seharusnya tahu itu! Dunia akan segera menemukan kedamaian setelah Anda dihapus dari peta. Jika Anda bertanya ‘siapa yang akan melakukan ini?’, maka negara itulah yang akan Anda serang besok,” tulis Saral dalam balasan pedasnya.
Respon keras ini sejalan dengan sikap Presiden Erdoğan yang selama ini dikenal lantang mengkritik agresi Israel terhadap Palestina. Turki di bawah kepemimpinan Erdoğan beberapa kali memutus maupun menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan Israel, terutama setelah tragedi Mavi Marmara tahun 2010.
Pernyataan Masri yang menyeret nama Turki juga dianggap menyinggung hubungan diplomatik kedua negara yang selama ini berjalan dalam tensi naik-turun. Turki adalah salah satu negara Muslim yang meski masih menjaga hubungan dagang dengan Israel, namun tetap menjadi pengkritik keras kebijakan Tel Aviv di Gaza.
Sementara itu, media Israel menilai komentar Masri merupakan bagian dari narasi yang menjustifikasi operasi militer Israel di luar negeri. Namun bagi Ankara, komentar itu adalah bentuk ancaman langsung. Beberapa pengamat politik Turki menilai bahwa ucapan Masri bisa memperburuk upaya normalisasi hubungan kedua negara yang baru-baru ini mulai terjalin kembali.
Selain Oktay Saral, sejumlah tokoh politik Turki juga menyuarakan kecaman. Mereka menegaskan, ancaman terhadap Turki bukan sekadar ancaman terhadap sebuah negara, tetapi juga terhadap seluruh dunia Islam yang selama ini melihat Ankara sebagai salah satu benteng pembela Palestina.
Kemarahan Ankara muncul di tengah meningkatnya eskalasi di Timur Tengah pasca serangan Israel terhadap sejumlah tokoh Hamas di luar wilayah Gaza. Qatar, yang juga menjadi sorotan Masri, saat ini tengah menampung sejumlah pejabat Hamas dan berperan sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata.
Dengan munculnya ancaman terbuka terhadap Turki, dinamika konflik Israel-Palestina kini semakin berpotensi menyeret negara-negara besar di kawasan. Sanggahan keras Oktay Saral menegaskan bahwa Turki tidak akan gentar menghadapi provokasi semacam itu.
Hingga kini, Kementerian Luar Negeri Turki belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun suara lantang dari lingkaran dekat Erdoğan menunjukkan bahwa Ankara memandang serius pernyataan kontroversial Masri. Dunia kini menanti langkah selanjutnya, apakah ini akan berujung pada krisis diplomatik baru antara Turki dan Israel, atau sekadar perang kata-kata yang berlanjut di media sosial.
Kontroversi bermula ketika Meir Masri, seorang akademisi Israel sekaligus pejabat publik, melalui akun media sosialnya menuliskan, “Hari ini Qatar, besok Turki. Israel sedang memerangi terorisme.” Ungkapan tersebut sontak ditafsirkan sebagai ancaman terbuka terhadap Turki, mengingat selama ini Ankara dikenal dekat dengan gerakan perlawanan Palestina, termasuk Hamas.
Pernyataan Masri itu langsung memantik kemarahan di Ankara. Oktay Saral merespons dengan bahasa tegas. Dalam unggahan balasannya, Saral menyebut Israel tidak memahami siapa sebenarnya bangsa Turki. Ia menekankan, setiap upaya untuk menyinggung kedaulatan Turki akan berujung pada konsekuensi besar bagi Israel.
“Kepada anjing Zionis Israel; jelas Anda tidak mengenal Turki dan bangsa Turki! Anda seharusnya tahu itu! Dunia akan segera menemukan kedamaian setelah Anda dihapus dari peta. Jika Anda bertanya ‘siapa yang akan melakukan ini?’, maka negara itulah yang akan Anda serang besok,” tulis Saral dalam balasan pedasnya.
Respon keras ini sejalan dengan sikap Presiden Erdoğan yang selama ini dikenal lantang mengkritik agresi Israel terhadap Palestina. Turki di bawah kepemimpinan Erdoğan beberapa kali memutus maupun menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan Israel, terutama setelah tragedi Mavi Marmara tahun 2010.
Pernyataan Masri yang menyeret nama Turki juga dianggap menyinggung hubungan diplomatik kedua negara yang selama ini berjalan dalam tensi naik-turun. Turki adalah salah satu negara Muslim yang meski masih menjaga hubungan dagang dengan Israel, namun tetap menjadi pengkritik keras kebijakan Tel Aviv di Gaza.
Sementara itu, media Israel menilai komentar Masri merupakan bagian dari narasi yang menjustifikasi operasi militer Israel di luar negeri. Namun bagi Ankara, komentar itu adalah bentuk ancaman langsung. Beberapa pengamat politik Turki menilai bahwa ucapan Masri bisa memperburuk upaya normalisasi hubungan kedua negara yang baru-baru ini mulai terjalin kembali.
Selain Oktay Saral, sejumlah tokoh politik Turki juga menyuarakan kecaman. Mereka menegaskan, ancaman terhadap Turki bukan sekadar ancaman terhadap sebuah negara, tetapi juga terhadap seluruh dunia Islam yang selama ini melihat Ankara sebagai salah satu benteng pembela Palestina.
Kemarahan Ankara muncul di tengah meningkatnya eskalasi di Timur Tengah pasca serangan Israel terhadap sejumlah tokoh Hamas di luar wilayah Gaza. Qatar, yang juga menjadi sorotan Masri, saat ini tengah menampung sejumlah pejabat Hamas dan berperan sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata.
Dengan munculnya ancaman terbuka terhadap Turki, dinamika konflik Israel-Palestina kini semakin berpotensi menyeret negara-negara besar di kawasan. Sanggahan keras Oktay Saral menegaskan bahwa Turki tidak akan gentar menghadapi provokasi semacam itu.
Hingga kini, Kementerian Luar Negeri Turki belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun suara lantang dari lingkaran dekat Erdoğan menunjukkan bahwa Ankara memandang serius pernyataan kontroversial Masri. Dunia kini menanti langkah selanjutnya, apakah ini akan berujung pada krisis diplomatik baru antara Turki dan Israel, atau sekadar perang kata-kata yang berlanjut di media sosial.