Fikroh.com - Ada banyak bukti cinta Allah kepada hamba-Nya, tidak hanya dalam bentuk kelapangan rezeki atau nikmat dunia, tetapi juga dalam ujian, musibah, bahkan kesempitan hidup. Terkadang Allah menahan harta, jabatan, atau hal yang dicintai seorang hamba agar ia tidak lalai dari tujuan hidupnya. Kadang Allah memberi sakit agar dosa-dosanya terhapus, atau menunda doa terkabul agar ia semakin banyak berdoa dan bergantung kepada-Nya. Semua itu adalah tanda kasih sayang Allah, sebagaimana orang tua melarang anaknya dari sesuatu yang berbahaya, meski si anak tidak memahaminya saat itu. Maka, seorang mukmin yang memahami hal ini akan melihat setiap takdir Allah—baik berupa nikmat maupun ujian—sebagai bukti cinta dan rahmat-Nya.
«إنَّ اللهَ إذا أحبَّ عبدًا حماهُ من الدُّنيا كما يَحمي أحدُكم سقيمَه من الماء»
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan melindunginya dari dunia sebagaimana salah seorang dari kalian melindungi orang sakit dari air.”
Status hadits: Shahih
Status hadits: Shahih
- Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi (no. 2036), Ahmad (5/363), dan al-Hakim (1/677).
- Al-Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih.
- Disahihkan juga oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (no. 2664).
Makna hadits:
Allah kadang menahan hamba yang dicintai-Nya dari kelapangan duniawi, agar ia tidak lalai dan tetap dekat dengan-Nya seperti seorang dokter yang melarang pasiennya dari sesuatu yang bisa memperparah penyakitnya.
Penjelasan Ulama tentang Hadits:
1. Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H) dalam Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam
Beliau menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan hakikat kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Allah menahan sebagian dunia dari orang beriman agar ia tidak terfitnah:
"Terkadang seorang hamba mencintai sesuatu dari perkara dunia, padahal kebinasaan ada di dalamnya. Maka Allah, karena kasih sayang-Nya, menghalangi hamba itu darinya, sebagaimana seorang ibu melarang anaknya dari sesuatu yang membahayakannya."
2. Al-Munawi (w. 1031 H) dalam Faid al-Qadir
Beliau menyebutkan perumpamaan yang digunakan Rasulullah ﷺ:
"Seorang yang sakit dilarang dari air karena bisa memperparah penyakitnya. Demikian pula seorang mukmin kadang ditahan dari dunia karena dunia dapat merusak agama dan akhiratnya."
3. Imam al-Tirmidzi (w. 279 H)
Setelah meriwayatkan hadits ini, beliau menilainya hasan shahih. Hal ini menunjukkan bahwa makna hadits sangat kuat dan dapat diamalkan sebagai landasan dalam memahami ujian hidup seorang mukmin.
4. Syaikh al-Albani (w. 1420 H)
Dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (no. 2664), beliau menegaskan keshahihan hadits ini dan menyatakan bahwa ia mengandung pelajaran penting:
“Janganlah seorang mukmin mengira bahwa setiap kesempitan dunia adalah azab. Bisa jadi itu justru bentuk penjagaan Allah agar ia selamat dari fitnah dunia.”
Kesimpulan Tafsir
- Hadits ini adalah kabar gembira sekaligus penghibur bagi orang beriman.
- Tidak mendapatkan dunia banyak bukan berarti hina, dan mendapat dunia banyak bukan berarti mulia.
- Allah menahan sebagian dunia dari orang yang dicintai-Nya sebagaimana dokter melarang pasien dari sesuatu yang membahayakan.
- Yang terpenting bukanlah luas atau sempitnya rezeki, tetapi apakah itu mendekatkan atau menjauhkan dari Allah.
Faidah Hadits
1. Tanda cinta Allah bukan selalu kelapangan dunia
Hadits ini menegaskan bahwa cinta Allah kepada hamba-Nya tidak selalu ditunjukkan dengan banyak harta, jabatan, atau kenikmatan duniawi. Justru terkadang Allah menahan sebagian urusan dunia agar hamba tersebut selamat dari kelalaian.
2. Kasih sayang Allah lebih besar dari pemahaman manusia
Seorang dokter melarang pasien dari sesuatu bukan karena benci, tapi karena sayang. Demikian pula Allah menahan hamba dari dunia sebagai bentuk rahmat, bukan sebagai hukuman.
3. Dunia bisa menjadi fitnah dan ujian
Dunia seringkali membuat manusia lupa akhirat. Allah menjaga hamba-Nya dengan cara mengurangi ketertarikan mereka terhadap dunia agar fokus pada bekal akhirat.
4. Kesempitan hidup bukan tanda dimurkai
Tidak setiap musibah, sakit, atau kesempitan rezeki berarti Allah murka. Bisa jadi itu justru bukti cinta Allah dan cara-Nya membersihkan hati seorang hamba.
5. Hikmah dalam ujian hidup
Hadits ini mengajarkan agar seorang mukmin melihat ujian hidup dengan sudut pandang positif: boleh jadi itu penjagaan Allah agar dirinya lebih dekat kepada-Nya.
6. Dorongan untuk ridha pada takdir Allah
Hamba yang menyadari makna hadits ini akan lebih mudah ridha dan sabar dalam menghadapi ketentuan Allah, baik berupa kelapangan maupun kesempitan.
