Notification

×

Iklan

Iklan

Nepal, Voting Perdana Menteri Cuma Lewat Discord, Cikal Bakal Digital Parlementer

Sabtu | September 20, 2025 WIB | 0 Views
Nepal, Voting Perdana Menteri Cuma Lewat Discord, Cikal Bakal Digital Parlementer

Fikroh.com - Hari ini kita menyaksikan sejarah ditulis bukan di gedung parlemen, bukan di TPS, bukan pula lewat siaran televisi nasional. Sejarah itu lahir di sebuah ruang virtual bernama Discord. Ya, Nepal—sebuah negara kecil di kaki Himalaya—baru saja melahirkan ide politik level dewa.

Anak-anak mudanya ogah lagi repot turun ke jalan, ogah terjebak sistem lama yang penuh drama politik. Mereka memilih jalan baru: membangun Parlemen Digital di server Discord. Dari sana, ribuan suara terkumpul, debat terjadi di ratusan channel, hingga lahirlah satu keputusan bersama: memilih siapa yang paling layak duduk di kursi Perdana Menteri interim.

Dan pemenangnya adalah—Sushila Karki. Mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, sosok yang dikenal bersih, tegas, dan minim drama. Bukan hanya itu, ia juga menjadi perempuan pertama yang pernah menduduki kursi tertinggi pemerintahan Nepal.
 

Demokrasi Baru, Bukan di Jalan, Tapi di Server


Yang bikin dunia tercengang bukan hanya siapa yang terpilih, tapi bagaimana proses itu terjadi. Tidak ada baliho berjejer di pohon pisang, tidak ada iklan politik yang menghantui layar TV, dan tidak ada lobi politik di ruang-ruang gelap.

Semua berlangsung di ruang digital yang mereka bangun sendiri: Discord. Ratusan channel jadi ruang debat publik, ribuan suara direkam sebagai hasil voting, lalu muncul satu keputusan yang bulat.

Bagi Gen Z Nepal, inilah cara baru berdemokrasi: transparan, cepat, partisipatif, dan sesuai bahasa digital yang mereka kuasai.
 

Ini Bukan Lagi Tentang Nepal


Apa yang dilakukan anak-anak muda Nepal jelas lebih besar daripada sekadar memilih seorang perdana menteri. Ini adalah titik balik demokrasi global. Mereka paham satu hal penting: tidak bisa terus berharap pada sistem lama yang sudah kehilangan kepercayaan publik.

Maka, mereka menciptakan sistem baru. Mereka menggunakan tools yang dekat dengan keseharian mereka. Mereka berbicara dalam bahasa digital yang mereka pahami. Dan yang mengejutkan: hasilnya benar-benar didengar. Presiden Nepal akhirnya meresmikan pilihan itu dan melantik kandidat yang dipilih lewat Discord.
 

Dari Meme ke Revolusi


Siapa sangka platform yang selama ini identik dengan obrolan game, ngebahas anime, atau mabar Among Us, kini menjelma jadi kanal perubahan sosial? Discord, yang dulunya dianggap ruang hiburan, berubah jadi parlemen digital.

Fenomena ini membuka mata dunia: Gen Z bukan hanya konsumen teknologi, tapi juga pencipta sistem baru. Mereka tidak lagi sekadar menonton jalannya politik, mereka mengambil alih arena dengan cara mereka sendiri.
 

Masa Depan Demokrasi Digital


Apa yang terjadi di Nepal bisa jadi cikal bakal demokrasi digital di masa depan. Bayangkan jika negara-negara lain berani mencoba: parlemen digital yang lebih transparan, voting berbasis blockchain, atau musyawarah daring lintas kota dan desa.

Tentu saja, banyak tantangan menunggu—mulai dari keamanan data, risiko manipulasi, hingga kesenjangan digital. Namun, langkah awal sudah dimulai. Generasi muda Nepal membuktikan bahwa demokrasi tidak harus terkungkung di gedung parlemen yang kaku. Ia bisa lahir dari server, dari layar, dari ruang digital tempat anak-anak muda berkumpul.
 

Penutup


Ngerinya Gen Z bukan karena mereka malas turun ke jalan, tetapi karena mereka punya cara lebih efektif untuk membuat perubahan. Dari Nepal, dunia belajar bahwa demokrasi bisa lahir dari mana saja—bahkan dari Discord.

Hari ini, kita melihat demokrasi tidak lagi sekadar ritual lima tahunan di bilik suara. Ia bisa hadir di genggaman tangan, di layar smartphone, di server Discord. Dan siapa tahu, suatu hari nanti, digital parlementer bukan lagi eksperimen, melainkan kenyataan global.
×
Berita Terbaru Update