Fikroh.com - Doha, Qatar – Sejumlah ledakan dilaporkan terjadi di kawasan Katara, ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9). Media lokal menyebutkan kepulan asap terlihat membubung dari distrik kebudayaan setelah dentuman keras terdengar.
Saluran televisi Al Arabiya dan Al Jazeera melaporkan bahwa ledakan tersebut menimbulkan kepanikan di sekitar lokasi.
Sementara itu, Radio Militer Israel mengutip seorang pejabat yang menyatakan bahwa peristiwa di Doha merupakan bagian dari operasi pembunuhan terhadap pimpinan Hamas. Militer Israel bahkan mengonfirmasi bahwa mereka telah menargetkan sejumlah tokoh Hamas di Qatar melalui serangan udara.
Menurut informasi awal yang disiarkan Al Arabiya, salah satu tokoh senior Hamas, Khalil al-Hayya, dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Hal serupa disampaikan Kanal 14 Israel yang menyebut bahwa target serangan mencakup Khalil al-Hayya dan Zaher Jabarin, meski hasil akhir masih menunggu konfirmasi.
Sementara itu, Al Jazeera mengutip seorang sumber dari Hamas yang membenarkan bahwa delegasi perunding Hamas menjadi sasaran serangan ketika sedang mengadakan pertemuan di Doha. Disebutkan, pertemuan itu tengah membahas usulan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait rencana gencatan senjata.
Pemerintah Qatar mengecam keras serangan Israel yang menghantam bangunan perumahan berisi sejumlah anggota Biro Politik Hamas di Doha. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum dan norma internasional serta mengancam keamanan warga Qatar maupun penduduk asing di negara itu.
Qatar Kutuk Serangan Israel di Doha
Pemerintah Qatar mengecam keras serangan Israel yang menghantam bangunan perumahan berisi sejumlah anggota Biro Politik Hamas di Doha. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum dan norma internasional serta mengancam keamanan warga Qatar maupun penduduk asing di negara itu.
Biografi Singkat dan Ringkas: Khalil Ismail Ibrahim al-Hayya
Khalil Ismail Ibrahim al-Hayya (lahir 5 November 1960 di Kota Gaza) adalah politikus Palestina terkemuka yang telah memainkan peran sentral dalam struktur organisasi Hamas. Sejak Agustus 2024, ia diangkat sebagai Wakil Ketua Biro Politik Hamas menggantikan Saleh al-Arouri yang wafat . Sejak Januari 2006, al-Hayya juga aktif sebagai anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC), mewakili Kota Gaza .
Pendidikan
Al-Hayya meraih gelar Bachelor di bidang Ilmu Agama dari Universitas Islam Gaza pada awal 1980-an, dilanjutkan dengan gelar Master dalam bidang Hadis dari Universitas Yordania (sekitar 1986), serta gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dari University of the Holy Quran and Islamic Sciences di Sudan sekitar 1997 .
Karier Akademik dan Awal Kiprah Politik
Setelah menyelesaikan pendidikan S-1, al-Hayya bergabung dengan Hamas saat Intifada Pertama (1987–1993) sambil bekerja sebagai pengajar paruh waktu di Fakultas Ushuluddin . Ia kemudian menjabat berbagai posisi di lingkungan kampus, termasuk sebagai Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa hingga menjadi Dekan Bidang Kemahasiswaan Universitas Islam Gaza pada awal 2000-an .
Posisi Politik dan Peran Negosiasi
Dalam Pemilu Legislatif Palestina 2006, al-Hayya terpilih sebagai anggota PLC dari Gaza dan memimpin blok Change and Reform atas nama Hamas . Ia kemudian menjadi figur penting dalam strategi perlawanan serta negosiasi gencatan senjata, termasuk selama konflik Gaza 2014, dan tetap sebagai wajah negoasiasi dalam pembicaraan gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan Israel hingga era kepemimpinan Yahya Sinwar .
Peran Dekat dalam Kepemimpinan Hamas
Al-Hayya dikenal sebagai salah satu orang kepercayaan Sinwar dan dianggap sebagai calon kuat pengganti setelah eliminasi berbagai pemimpin senior. Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh dan kemudian Yahya Sinwar, ia menjadi bagian dari kepemimpinan kolektif sementara yang memimpin Hamas, berbasis di Doha bersama tokoh seperti Khaled Mashal dan Zaher Jabarin . Di samping itu, pada akhir Desember 2024, al-Hayya juga diangkat sebagai pemimpin sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Khalil al-Hayya merupakan figur yang mencerminkan perpaduan akademisi religius dan politisi praktis. Ia menduduki posisi strategis dalam struktur Hamas, memiliki peran sentral dalam negosiasi, serta dikenal karena konsistensinya dalam gerakan perlawanan dan keterlibatan diplomatik dengan aktor regional seperti Qatar, Iran, Turki, dan Lebanon.