Fikroh.com - Nadiem Anwar Makarim adalah salah satu figur publik paling menonjol di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Ia dikenal luas sebagai pendiri Gojek, sebuah perusahaan rintisan yang merevolusi cara orang Indonesia menggunakan layanan transportasi, makanan, hingga pembayaran digital. Dari dunia bisnis, ia kemudian masuk ke ranah pemerintahan dan dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019, serta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak 2021. Namun, perjalanan karier yang gemilang itu kini tercoreng oleh statusnya sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook di Kementerian yang pernah ia pimpin.
Artikel ini menguraikan perjalanan hidup Nadiem secara komprehensif: dari latar keluarga, pendidikan, dunia bisnis, pengabdian di pemerintahan, hingga kasus hukum yang kini menjeratnya.
Latar Keluarga dan Kehidupan Awal
Nadiem Anwar Makarim lahir pada 4 Juli 1984 di Singapura. Ia berasal dari keluarga yang memiliki latar intelektual dan aktivis yang kuat. Ayahnya, Nono Anwar Makarim, adalah seorang pengacara ternama dan tokoh aktivis yang turut berkontribusi dalam ranah hukum dan demokrasi di Indonesia. Ibunya, Atika Algadri, adalah seorang penulis sekaligus cucu dari pejuang kemerdekaan Hamid Algadri.
Kehidupan keluarga yang sarat dengan tradisi intelektual dan aktivisme ini memberi Nadiem fondasi penting: keberanian mengambil risiko, berpikir kritis, dan kepekaan terhadap persoalan sosial. Ia tumbuh bersama dua saudari, salah satunya Rayya Makarim, yang dikenal sebagai penulis skenario film, dan Hana Makarim.
Sejak kecil, Nadiem sudah terbiasa berpindah-pindah tempat belajar, baik di Indonesia maupun luar negeri. Hal ini memberinya perspektif global dan rasa percaya diri dalam menghadapi lingkungan multikultural.
Pendidikan: Dari Jakarta ke Harvard
Pendidikan Nadiem mencerminkan latar keluarga yang menekankan pentingnya kualitas akademik. Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di Jakarta sebelum kemudian melanjutkan ke United World College of Southeast Asia di Singapura.
Selepas SMA, Nadiem berkuliah di Brown University, Amerika Serikat, mengambil jurusan Hubungan Internasional. Di universitas tersebut, ia dikenal sebagai mahasiswa aktif dan memiliki pemikiran terbuka terhadap isu global. Ia sempat mengikuti program pertukaran di London School of Economics (LSE) yang semakin memperluas wawasannya.
Setelah menyelesaikan studi sarjana, Nadiem melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Harvard Business School. Ia berhasil meraih gelar MBA (Master of Business Administration), sebuah prestasi yang memperkuat reputasinya sebagai generasi muda yang siap berkiprah di dunia bisnis internasional.
Karier Awal: Konsultan dan E-commerce
Sebelum mendirikan Gojek, Nadiem lebih dahulu membangun pengalaman di dunia profesional. Ia bergabung dengan McKinsey & Company di Jakarta sebagai konsultan manajemen pada 2006 hingga 2009. Dari sana, ia memahami dinamika bisnis di tingkat korporasi dan strategi pembangunan perusahaan.
Selanjutnya, Nadiem menjadi salah satu co-founder sekaligus Managing Director Zalora Indonesia, sebuah platform e-commerce fashion yang kini dikenal luas. Ia juga pernah menjabat sebagai Chief Innovation Officer di Kartuku, perusahaan penyedia layanan pembayaran non-tunai. Pengalaman-pengalaman tersebut memperkaya wawasan Nadiem mengenai bisnis berbasis teknologi sekaligus kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin digital.
Gojek: Revolusi Transportasi dan Digitalisasi
Tahun 2010 menjadi tonggak penting dalam karier Nadiem. Ia mendirikan Gojek, yang awalnya merupakan layanan pemesanan ojek berbasis call center. Ide itu muncul dari pengalamannya sehari-hari menggunakan ojek di Jakarta yang dianggap lebih praktis untuk menembus kemacetan.
Seiring berkembangnya teknologi, Gojek bertransformasi menjadi aplikasi super (super-app) yang tidak hanya menyediakan transportasi, tetapi juga layanan pesan-antar makanan (GoFood), pembayaran digital (GoPay), hingga layanan sehari-hari lainnya.
Di bawah kepemimpinannya, Gojek tumbuh pesat menjadi decacorn pertama di Indonesia dengan valuasi lebih dari USD 10 miliar. Nama Nadiem pun masuk dalam daftar tokoh berpengaruh dunia: mulai dari The Straits Times Asian of the Year (2016), Bloomberg 50 Innovators (2018), hingga masuk dalam Time 100 Next (2019).
Gojek bukan sekadar aplikasi; ia menjadi simbol inovasi anak bangsa yang mampu menembus pasar global.
Masuk Pemerintahan: Menteri Termuda di Kabinet Jokowi
Karier Nadiem memasuki babak baru pada 23 Oktober 2019. Presiden Joko Widodo menunjuknya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menjadikannya salah satu menteri termuda saat itu.
Di dunia pendidikan, Nadiem menggulirkan sejumlah kebijakan populer, salah satunya Merdeka Belajar, yang mendorong fleksibilitas pembelajaran di sekolah dan kampus. Ia juga mengambil langkah berani dengan melarang kewajiban seragam keagamaan di sekolah negeri.
Pada 28 April 2021, kementeriannya melebur menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dan ia kembali dipercaya memimpin. Masa jabatannya berlangsung hingga akhir periode Presiden Jokowi pada 20 Oktober 2024.
Penghargaan dan Reputasi Global
Selama kariernya, Nadiem mengantongi berbagai penghargaan internasional. Selain daftar 100 tokoh berpengaruh dunia versi Time, ia juga pernah dianugerahi Nikkei Asia Prize (2019), serta beberapa kali masuk daftar Fortune’s Change the World.
Kiprahnya dianggap membawa wajah baru bagi inovasi teknologi dan pendidikan Indonesia, bahkan memberi inspirasi bagi generasi muda untuk bermimpi lebih besar.
Kasus Korupsi Chromebook
Namun, reputasi gemilang itu kini menghadapi ujian besar. Pada 4 September 2025, Kejaksaan Agung menetapkan Nadiem Makarim sebagai tersangka dalam dugaan kasus korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek dengan nilai proyek sekitar Rp 9,9 triliun.
Kasus ini diduga melibatkan manipulasi spesifikasi dan pengambilan keputusan yang dipaksakan, meski uji coba sebelumnya menunjukkan keterbatasan manfaat, terutama karena akses internet di banyak daerah masih terbatas.
Nadiem sebelumnya sudah diperiksa berulang kali oleh penyidik dan dicegah bepergian ke luar negeri sejak Juni 2025. Kini ia ditahan di Rutan Salemba selama 20 hari ke depan untuk kepentingan penyidikan.
Selain Nadiem, terdapat empat tersangka lain dalam kasus ini, yakni pejabat dan konsultan yang terlibat dalam proyek. Kasus ini menjadi salah satu skandal pengadaan terbesar di sektor pendidikan dalam dua dekade terakhir.
Kisah hidup Nadiem Makarim adalah potret paradoks. Di satu sisi, ia adalah simbol kebangkitan teknologi Indonesia, tokoh muda yang berani keluar dari zona nyaman dan membawa inovasi kelas dunia. Di sisi lain, sebagai pejabat publik, ia kini terseret dalam kasus hukum yang mencoreng reputasi dan meninggalkan tanda tanya besar tentang integritas kepemimpinannya.
Penutup
Biografi Nadiem Makarim adalah kisah kompleks tentang ambisi, inovasi, dan kekuasaan. Ia lahir dari keluarga terpelajar, menempuh pendidikan bergengsi, mendirikan perusahaan yang mengubah gaya hidup jutaan orang, dan dipercaya mengemban jabatan menteri. Tetapi perjalanan itu kini berbelok tajam karena kasus hukum yang membelitnya.
Apakah ia akan dikenang sebagai visioner yang jatuh karena korupsi, ataukah sejarah kelak akan menilai dengan cara lain—semua akan ditentukan oleh proses hukum dan waktu.
Satu hal yang pasti: nama Nadiem Makarim akan tetap menjadi bagian dari narasi besar Indonesia modern, baik sebagai penggerak inovasi maupun sebagai tokoh yang menuai kontroversi.
