Fikroh.com - Istighfar merupakan salah satu bentuk dzikir paling agung dalam ajaran Islam. Kata istighfar berasal dari akar kata غفر (ghafara) yang berarti menutupi, melindungi, atau mengampuni. Dengan demikian, istighfar berarti memohon ampunan kepada Allah ﷻ atas segala dosa dan kesalahan, baik yang disadari maupun tidak.
Rasulullah ﷺ menjadikan istighfar sebagai amalan sehari-hari, bahkan beliau—yang telah diampuni seluruh dosanya—tetap beristighfar puluhan kali setiap hari. Hal ini menegaskan pentingnya istighfar sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, menyucikan jiwa, dan memperkuat ikatan spiritual seorang hamba dengan Tuhannya.
Artikel ini akan membahas waktu-waktu terbaik untuk membaca istighfar, berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits shahih, serta pandangan para ulama.
Salah satu waktu paling utama untuk beristighfar adalah waktu sahur, yaitu menjelang fajar. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah ﷻ:
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Oleh karena itu, istighfar setelah melakukan dosa adalah kewajiban seorang hamba. Allah ﷻ berfirman:
Setelah menunaikan shalat fardhu, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk beristighfar. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
“Rasulullah ﷺ apabila selesai shalat, beliau beristighfar tiga kali dan berkata: ‘Allahumma antas-salam wa minkas-salam tabarakta ya dzal-jalali wal-ikram.’” (HR. Muslim no. 591)
Para ulama menjelaskan bahwa istighfar setelah shalat berfungsi sebagai penebus kekurangan dalam ibadah. Meski shalat adalah amal utama, manusia tetap memiliki kelalaian, kurang khusyuk, atau kesalahan dalam bacaan. Karena itu, istighfar menjadi penyempurna ibadah.
Selain waktu tertentu, istighfar juga dianjurkan sepanjang hari. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari 70 kali dalam sehari.” (HR. Bukhari no. 6307)
Dalam riwayat lain:
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim no. 2702)
Hal ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya ketika berdosa, melainkan sebagai dzikir harian yang menjaga kebersihan hati.
Istighfar juga menjadi obat hati ketika seorang hamba mengalami kesulitan. Allah ﷻ berfirman:
Rasulullah ﷺ juga mencontohkan dzikir sebelum tidur yang di dalamnya termasuk istighfar. Dalam sebuah riwayat:
“Barang siapa membaca istighfar 100 kali sebelum tidur, maka Allah akan menuliskan baginya pahala orang-orang yang sabar, dan akan dibangkitkan di akhirat bersama orang-orang yang sabar.” (HR. Abu Ya’la, sanad hasan menurut sebagian ulama)
Kebiasaan beristighfar sebelum tidur membantu seorang muslim menutup harinya dengan taubat, sehingga tidurnya bernilai ibadah.
Berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadits shahih, istighfar dapat dibaca kapan saja, namun terdapat waktu-waktu yang lebih utama, yaitu:
Istighfar bukan hanya ucapan di lisan, tetapi juga kesadaran hati untuk kembali kepada Allah. Semakin sering seorang muslim beristighfar, semakin dekat ia dengan ampunan Allah ﷻ.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Beruntunglah orang yang banyak beristighfar.” (HR. Ibn Majah no. 3819, hasan)
Rasulullah ﷺ menjadikan istighfar sebagai amalan sehari-hari, bahkan beliau—yang telah diampuni seluruh dosanya—tetap beristighfar puluhan kali setiap hari. Hal ini menegaskan pentingnya istighfar sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, menyucikan jiwa, dan memperkuat ikatan spiritual seorang hamba dengan Tuhannya.
Artikel ini akan membahas waktu-waktu terbaik untuk membaca istighfar, berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits shahih, serta pandangan para ulama.
1. Istighfar di Waktu Sahur
Salah satu waktu paling utama untuk beristighfar adalah waktu sahur, yaitu menjelang fajar. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah ﷻ:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan di waktu sahur mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat: 18)
Ayat ini menggambarkan sifat orang beriman yang bertakwa: mereka tidak hanya shalat malam, tetapi juga mengiringinya dengan istighfar di ujung malam. Menurut Imam Al-Qurthubi, waktu sahur adalah saat terbaik untuk memohon ampunan karena suasana hening, hati lebih khusyuk, dan doa lebih mustajab.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Rabb kita turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Kuperkenankan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Kuberi. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Kuampuni.” (HR. Bukhari no. 1145, Muslim no. 758)
Hadits ini menegaskan bahwa sepertiga malam terakhir merupakan saat istimewa bagi hamba untuk memperbanyak doa dan istighfar.
Ayat ini menggambarkan sifat orang beriman yang bertakwa: mereka tidak hanya shalat malam, tetapi juga mengiringinya dengan istighfar di ujung malam. Menurut Imam Al-Qurthubi, waktu sahur adalah saat terbaik untuk memohon ampunan karena suasana hening, hati lebih khusyuk, dan doa lebih mustajab.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Rabb kita turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Kuperkenankan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Kuberi. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Kuampuni.” (HR. Bukhari no. 1145, Muslim no. 758)
Hadits ini menegaskan bahwa sepertiga malam terakhir merupakan saat istimewa bagi hamba untuk memperbanyak doa dan istighfar.
2. Istighfar Setelah Melakukan Dosa
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Oleh karena itu, istighfar setelah melakukan dosa adalah kewajiban seorang hamba. Allah ﷻ berfirman:
وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Dan barang siapa berbuat kejahatan atau menzalimi dirinya kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 110)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi no. 2499, hasan shahih)
Artinya, ketika seorang muslim menyadari kesalahannya, maka saat itu juga ia dianjurkan segera beristighfar agar tidak menunda-nunda taubat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi no. 2499, hasan shahih)
Artinya, ketika seorang muslim menyadari kesalahannya, maka saat itu juga ia dianjurkan segera beristighfar agar tidak menunda-nunda taubat.
3. Istighfar Setelah Shalat Fardhu
Setelah menunaikan shalat fardhu, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk beristighfar. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
“Rasulullah ﷺ apabila selesai shalat, beliau beristighfar tiga kali dan berkata: ‘Allahumma antas-salam wa minkas-salam tabarakta ya dzal-jalali wal-ikram.’” (HR. Muslim no. 591)
Para ulama menjelaskan bahwa istighfar setelah shalat berfungsi sebagai penebus kekurangan dalam ibadah. Meski shalat adalah amal utama, manusia tetap memiliki kelalaian, kurang khusyuk, atau kesalahan dalam bacaan. Karena itu, istighfar menjadi penyempurna ibadah.
4. Istighfar Sepanjang Hari
Selain waktu tertentu, istighfar juga dianjurkan sepanjang hari. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari 70 kali dalam sehari.” (HR. Bukhari no. 6307)
Dalam riwayat lain:
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim no. 2702)
Hal ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya ketika berdosa, melainkan sebagai dzikir harian yang menjaga kebersihan hati.
5. Istighfar Ketika Mengalami Musibah atau Keresahan Hati
Istighfar juga menjadi obat hati ketika seorang hamba mengalami kesulitan. Allah ﷻ berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا • يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا • وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat kepadamu, memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta menjadikan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10–12)
Ayat ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya penghapus dosa, tetapi juga mendatangkan rezeki, keturunan, dan keberkahan hidup. Oleh karena itu, saat menghadapi kesulitan ekonomi, kegelisahan, atau musibah, istighfar adalah salah satu solusi spiritual.
Ayat ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya penghapus dosa, tetapi juga mendatangkan rezeki, keturunan, dan keberkahan hidup. Oleh karena itu, saat menghadapi kesulitan ekonomi, kegelisahan, atau musibah, istighfar adalah salah satu solusi spiritual.
6. Istighfar Sebelum Tidur
Rasulullah ﷺ juga mencontohkan dzikir sebelum tidur yang di dalamnya termasuk istighfar. Dalam sebuah riwayat:
“Barang siapa membaca istighfar 100 kali sebelum tidur, maka Allah akan menuliskan baginya pahala orang-orang yang sabar, dan akan dibangkitkan di akhirat bersama orang-orang yang sabar.” (HR. Abu Ya’la, sanad hasan menurut sebagian ulama)
Kebiasaan beristighfar sebelum tidur membantu seorang muslim menutup harinya dengan taubat, sehingga tidurnya bernilai ibadah.
Kesimpulan
Berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadits shahih, istighfar dapat dibaca kapan saja, namun terdapat waktu-waktu yang lebih utama, yaitu:
- Waktu sahur (sepertiga malam terakhir) – saat doa paling mustajab.
- Setelah berbuat dosa – sebagai wujud taubat segera.
- Setelah shalat fardhu – untuk menutupi kekurangan dalam ibadah.
- Sepanjang hari – sebagai dzikir harian, minimal 70–100 kali.
- Saat mengalami musibah – karena istighfar mendatangkan rezeki dan keberkahan.
- Sebelum tidur – sebagai penutup amal harian dengan taubat.
Istighfar bukan hanya ucapan di lisan, tetapi juga kesadaran hati untuk kembali kepada Allah. Semakin sering seorang muslim beristighfar, semakin dekat ia dengan ampunan Allah ﷻ.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Beruntunglah orang yang banyak beristighfar.” (HR. Ibn Majah no. 3819, hasan)