Disampaikan oleh H. Akmal Burhanuddin, Lc., M.Sos.
Khutbah Pertama
الحمد لله الذي أعزَّنا بالإسلام، وشرَّفنا بالإيمان، وجعلنا من أمة خير الأنام محمد ﷺ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد:
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Di seberang gedung dimana kita berada saat ini terdapat sebuah museum yang bernama Museum Satria Mandala. Kemarin saya bersama dengan beberapa orang teman mengunjungi museum tersebut dan mendapatkan hal yang menarik di salah satu dinding bangunan.
Hal menarik tersebut adalah sebuah tulisan besar yang disertai gambar perjuangan Palingma Besar Jenderal Soedirman. Tulisah itu akan menjadi tema khutbah kita hari ini, yaitu “3 Jimat Jenderal Besar Soedirman”
Ma’asyiral Muslimin..
Sesungguhnya jimat disini bukan jimat mistis, melainkan amalan spiritual atau prinsip hidup Islami yang menjadi landasan keteguhan beliau dalam perang gerilya dan perjuangan.
Kisahnya begini — suatu hari salah seorang pasukannya bertanya penasaran:
“Sebenarnya jimat apa yang digunakan Mas Kyai hingga selalu lolos dan tidak bisa ditangkap oleh penjajah Belanda dan PKI?”
Dengan tenang beliau menjawab:
“Aku punya tiga jimat. Pertama, saat berperang aku selalu dalam keadaan berwudhu. Kedua, aku selalu menunaikan shalat tepat waktu. Ketiga, aku mencintai rakyat sepenuh hatiku.”
1. Wudhu yang Senantiasa Terjaga
Dalam kondisi perang gerilya yang sangat berat, di mana Jenderal Soedirman harus menempuh hutan, menyeberangi sungai, dan bersembunyi di gua-gua, beliau tidak pernah putus dari keadaan wudu. Setiap kali wudunya batal, beliau akan segera mencari air untuk kembali bersuci.
Wudhu adalah sarana kesucian diri. Nabi ﷺ bersabda:
اسْتَقِيمُوا، وَلَنْ تُحْصُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةُ، وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ
“Beristiqamahlah kamu; sungguh, kamu tidak akan mampu menghitung [amal]. Ketahuilah, amalanmu yang terbaik adalah shalat, dan tidaklah seseorang menjaga wudhunya kecuali dia seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah)
2. Shalat Tepat Waktu
Ini adalah kisah yang paling sering diceritakan dan menjadi bukti nyata ketakwaan beliau. Jenderal Soedirman berjuang dalam kondisi fisik yang sangat lemah, menderita penyakit TBC yang menggerogoti paru-parunya. Beliau bahkan harus ditandu oleh pasukannya selama bergerilya.
Namun, saat waktu shalat tiba, beliau memerintahkan pasukannya untuk berhenti. Di tengah medan pertempuran yang mencekam, beliau tetap menunaikan shalat tepat pada waktunya. Bahkan bila kondisi fisik tidak memungkinkan untuk berdiri, beliau akan shalat sambil duduk atau berbaring di atas tandu.
Shalat adalah tiang agama dan penentu kualitas iman. Allah berfirman:
﴿ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ﴾
“Sesungguhnya shalat itu mencegah (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
3. Cinta Sepenuh Hati kepada Rakyat
Cinta terhadap sesama merupakan wujud ḥablun minannās. Bila mencintai tanah air adalah bagian iman, maka mencintai rakyat adalah refleksi dari kasih sayang sejati.
Jenderal Soedirman dikenal sebagai pemimpin yang sederhana dan tidak haus akan kekuasaan. Beliau berjuang bukan untuk dirinya sendiri, bukan untuk meraih jabatan atau harta, melainkan semata-mata untuk kemerdekaan Indonesia dan kemaslahatan rakyat. Ini adalah bentuk jihad yang tulus.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Keteguhan Jenderal Soedirman bukan hanya terlihat dari prinsipnya, tapi juga dari pengorbanan fisiknya.
Dalam perang gerilya, beliau memimpin pasukan dalam kondisi sakit paru-paru yang parah, bahkan sering dipapah atau ditandu di tengah hutan.
Tubuhnya lemah, tetapi semangatnya tidak pernah surut. Beliau tidak pernah meninggalkan wudhu dan shalat tepat waktu, bahkan di tengah hutan yang dingin dan gelap. Semua ini dilakukan demi mempertahankan kemerdekaan dan menjaga amanah rakyat.
Allah berfirman:
﴿ أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ﴾
“Bukankah Allah cukup bagi hamba-Nya?” (QS. Az-Zumar: 36)
Marilah kita amalkan tiga “jimat” ini dalam kehidupan kita — menjaga kesucian, ibadah yang konsisten, serta cinta yang ikhlas kepada orang-orang di sekitar, sehingga kita juga menjadi pribadi yang kokoh dalam iman dan produktif dalam peran kita.
Khutbah Kedua
الحمد لله، الحمد لله الذي أمر بتقواه، ووعد المتقين بجنات النعيم، وحذَّر من معصيته وبالتهديد الأليم، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الصادق الوعد الأمين، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه أجمعين، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
أوصيكم ونفسي المقصِّرة أولاً بتقوى الله، فاتقوا الله حق التقوى، ورَاقِبُوهُ في السر والنجوى، ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾.
معاشر المسلمين رحمكم الله،
إنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿ الأحزاب: 56 ﴾.
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين.
اللَّهُمَّ اجعلنا من الذين يحافظون على وضوعهم، ويقيمون صلاتهم، ويخلصون في حبهم للناس، وألهمنا القوة على الصبر والثبات، وارزقنا الاستقامة في دينك، وآخِرَ كلامنا من الدنيا لا إله إلا الله.
اللَّهُمَّ اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.
اللَّهُمَّ انصر الإسلام والمسلمين، وأعلِ بفضلك كلمة الحق والدين.
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ وَإِيتَآىِٔ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون
