Dedi Mulyadi Pengagum Sosok Mitologi Sunda dan Bahayanya Bagi Aqidah Islam

Dedi Mulyadi Pengagum Sosok Mitologi Sunda dan Bahayanya Bagi Aqidah Islam


Fikroh.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), memberikan klarifikasi terkait video viral yang memperlihatkan dirinya memberi penghormatan kepada seorang perempuan berbusana menyerupai Nyi Roro Kidul. Setelah dikonfirmasi, sosok tersebut ternyata merupakan perwujudan Sunan Ambu dalam rangkaian kirab bendera pada Minggu (17/8).

Makna Sunan Ambu dalam Tradisi Sunda

Istilah Sunan Ambu berasal dari bahasa Sunda Susuhunan Ambu. Kata susuhunan berarti "seseorang yang dimuliakan", sedangkan ambu bermakna "ibu". Dengan demikian, Sunan Ambu dapat dimaknai sebagai "Ibu yang dimuliakan", "Ratu Ibu", atau "Dewi Ibu". Dalam mitologi masyarakat Sunda, sosok ini dipandang sebagai "ibu" yang merawat tanah air sekaligus penjaga kelestarian lingkungan hidup yang patut dihormati.

Nama Sunan Ambu kerap muncul dalam kisah-kisah rakyat Sunda, seperti Lutung Kasarung dan Mundinglaya Dikusumah. Dalam cerita-cerita tersebut, Sunan Ambu digambarkan sebagai penguasa kahyangan yang berwujud perempuan, penuh kebijaksanaan, dan memiliki peran penting dalam mengatur keseimbangan alam semesta.

Hingga kini, penghormatan terhadap Sunan Ambu masih hidup di tengah masyarakat Sunda. Salah satu bentuknya adalah penggunaan nama Sunan Ambu oleh ISBI Bandung untuk gedung pertunjukan seni mereka. Gedung tersebut menjadi ruang bagi berbagai pementasan budaya, mulai dari tari, wayang kulit, hingga teater, yang sekaligus menjadi wujud penghargaan terhadap nilai-nilai kearifan lokal Sunda.

Mitos-mitos yang Berkembang di Masyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di daerah pedesaan dan pedalaman, masih banyak masyarakat yang berpegang teguh pada mitos-mitos lama yang diwariskan turun-temurun. Sebagian besar mitos tersebut hanya bersumber dari cerita orang terdahulu tanpa dasar yang jelas. Sayangnya, kepercayaan ini kerap menjerumuskan pada perilaku yang mendekati syirik, seperti memuja roh-roh yang diyakini bersemayam di pohon besar, mengagungkan benda pusaka seperti keris, hingga memberikan sesajen.

Rasulullah saw. telah mengingatkan umatnya mengenai hal ini melalui berbagai hadis. Di antaranya hadis yang menolak adanya anggapan penyakit menular yang berdiri sendiri tanpa izin Allah, larangan meramal nasib melalui burung, mempercayai pertanda buruk dari burung hantu, bulan Shafar, atau makhluk halus gentayangan (ghul). Beliau juga menegaskan tidak benar adanya keyakinan tentang tiga hal yang dianggap membawa kesialan, ramalan bintang atau zodiak, serta praktik tafa’ul yang keliru.

Rasulullah saw. menegaskan bahwa mempercayai mitos-mitos semacam itu termasuk perbuatan syirik. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk menghapus kebiasaan jahiliyah yang berkembang sebelum Islam, tetapi juga untuk membersihkan akidah umat dari keyakinan warisan turun-temurun yang bertentangan dengan tauhid.

Pengaruhnya Terhadap Aqidah Islam

Dalam khutbahnya, Buya Yahya memberikan pencerahan mengenai kontroversi seputar kepercayaan terhadap makhluk halus, seperti Nyi Roro Kidul dan Sunan Ambu dari perspektif Islam. Dengan pendekatan yang jelas dan berlandaskan ajaran agama, beliau menjelaskan bagaimana umat Islam seharusnya menyikapi isu ini. Artikel ini menguraikan pandangan Buya Yahya secara mendalam.

Buya Yahya memulai dengan merespons pertanyaan umum, “Mengapa kita tidak bisa percaya bahwa Nyi Roro Kidul adalah ciptaan Allah, seperti jin?” Beliau menegaskan bahwa inti permasalahan bukan sekadar keberadaan makhluk halus, melainkan bagaimana keyakinan tersebut memengaruhi keimanan seorang Muslim. Dalam Islam, keimanan harus berpijak pada sumber yang sahih, yaitu Alquran dan hadis, bukan pada mitos atau cerita rakyat.

Makhluk Halus dalam Ajaran Islam


Menurut Buya Yahya, Alquran dan hadis dengan jelas menyebutkan keberadaan jin dan malaikat sebagai bagian dari ciptaan Allah. Namun, Nyi Roro Kidul tidak disebutkan dalam kedua sumber tersebut. Beliau menegaskan, “Sebagai umat Muslim yang cerdas, kita harus memahami bahwa Nyi Roro Kidul tidak memiliki dasar dalam Alquran maupun hadis, berbeda dengan jin yang keberadaannya diakui.” Dengan demikian, mempercayai Nyi Roro Kidul sebagai entitas dengan kekuatan tertentu tidak selaras dengan ajaran Islam.

Sumber Keyakinan yang Sahih


Buya Yahya menekankan pentingnya berpegang pada Alquran dan hadis sebagai landasan keyakinan. Keberadaan jin dan malaikat diakui karena disebutkan dalam sumber-sumber sahih, sedangkan Nyi Roro Kidul berasal dari tradisi dan mitologi yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Umat Islam diajak untuk kritis dan tidak mudah menerima keyakinan yang tidak didukung oleh dalil yang kuat.

Menghormati Keyakinan Agama Lain


Dengan bijak, Buya Yahya mengingatkan bahwa setiap agama memiliki pandangan dan keyakinan masing-masing. Namun, pembahasannya dalam konteks ini ditujukan khusus untuk umat Islam. Beliau mendorong umat Islam untuk menjaga keimanan mereka sesuai dengan ajaran Alquran dan hadis, tanpa mencampuradukkan dengan kepercayaan dari tradisi lain.

Bahaya Syirik dalam Keyakinan


Salah satu poin utama dari Buya Yahya adalah peringatan terhadap bahaya syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk lain. Beliau menjelaskan bahwa mempercayai Nyi Roro Kidul memiliki kekuatan atau kuasa tertentu, meskipun dianggap sebagai ciptaan Allah, dapat mengarah pada syirik. “Jika seseorang meyakini bahwa makhluk seperti Nyi Roro Kidul memiliki kuasa sendiri, ini sudah termasuk syirik,” tegas Buya Yahya. Umat Islam harus berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam keyakinan yang menyimpang dari tauhid.

Pentingnya Menjaga Kemurnian Tauhid


Buya Yahya menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak. Meyakini bahwa makhluk tertentu memiliki kekuatan setara dengan Allah, meskipun dalam konteks mitologi, dapat melemahkan keimanan. Oleh karena itu, umat Islam harus senantiasa menjaga kemurnian tauhid dengan menghindari keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Melalui penjelasannya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber ajaran yang sahih, yaitu Alquran dan hadis, dalam menyikapi isu seperti Nyi Roro Kidul. Beliau menegaskan bahwa keyakinan yang tidak didukung oleh dalil dapat membawa kepada syirik, yang harus dihindari demi menjaga keimanan yang kokoh. Pesan ini relevan bagi umat Islam yang ingin memahami batas-batas keimanan sesuai ajaran agama.

Posting Komentar untuk "Dedi Mulyadi Pengagum Sosok Mitologi Sunda dan Bahayanya Bagi Aqidah Islam"