Adnan Menderes: Presiden Turki Yang Mengembalikan Adzan Berbahasa Arab

Fikroh.com - Sejarah Turki modern tidak bisa dilepaskan dari sosok Adnan Menderes, seorang pemimpin yang berani mengambil langkah kontroversial demi mengembalikan identitas Islam di negaranya. Di masa ketika sekularisme ketat yang diwariskan oleh Mustafa Kemal Atatürk menguasai seluruh aspek kehidupan rakyat Turki, Menderes tampil sebagai tokoh yang berusaha menghidupkan kembali nilai-nilai keagamaan.

Salah satu keputusan paling monumental yang membuat namanya dikenang adalah keberaniannya mengembalikan azan ke dalam bahasa Arab, setelah sebelumnya dipaksakan dalam bahasa Turki sejak tahun 1932. Kebijakan ini bukan hanya simbol kembalinya kebebasan beragama, tetapi juga menandai babak baru dalam hubungan negara dan agama di Turki.

Nazar Adnan Menderes di Tengah Bahaya

Kisah perjalanan spiritual Menderes bermula dari sebuah peristiwa dramatis. Saat ia berada di dalam pesawat, salah satu mesinnya terbakar dan kapten mengumumkan keadaan darurat. Di tengah kepanikan itu, Menderes berdoa dengan penuh keikhlasan:

“Jika Engkau selamatkan aku, akan kuhidupkan kembali Islam di Turki.”

Pesawat itu akhirnya jatuh, namun Menderes menjadi satu-satunya yang selamat. Sejak saat itu, ia meneguhkan tekad untuk mewujudkan nazarnya dengan mengembalikan Islam ke tengah kehidupan rakyat Turki.

Kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu 1950

Tahun 1950 menjadi titik balik besar dalam sejarah politik Turki. Partai Demokrat yang dipimpin oleh Adnan Menderes maju dalam pemilu dengan membawa program-program yang secara langsung menyentuh hati umat Islam, di antaranya:

  • Mengembalikan azan dalam bahasa Arab.
  • Mengizinkan rakyat Turki menunaikan ibadah haji.
  • Menghidupkan kembali pengajaran agama di sekolah.
  • Menghapus campur tangan negara dalam pakaian perempuan.

Hasilnya sungguh mengejutkan. Partai Republik Rakyat (CHP) yang merupakan partai warisan Atatürk hanya meraih 32 kursi, sementara Partai Demokrat berhasil memenangkan 318 kursi. Menderes pun diangkat sebagai perdana menteri, sementara Celal Bayar menjadi presiden.

Kebijakan Pro-Islam Pertama

Pada sidang perdana kabinet yang bertepatan dengan awal Ramadan, Menderes langsung memberikan hadiah besar bagi rakyat Turki:

  • Azan dikembalikan ke bahasa Arab.
  • Perempuan diberi kebebasan berpakaian.
  • Pendidikan agama kembali diajarkan.
  • Pembangunan masjid digalakkan.

Keputusan tersebut membuat rakyat Turki menyambutnya dengan penuh suka cita. Azan yang selama hampir dua dekade terdengar asing dengan bahasa Turki akhirnya kembali berkumandang dalam bahasa Arab yang penuh makna dan syiar.

Keberhasilan Politik dan Kebijakan Religius

Kebijakan Menderes tidak berhenti di situ. Pada pemilu 1954, Partai Demokrat kembali meraih kemenangan telak, sementara kursi Partai Atatürk turun lagi menjadi hanya 24 kursi. Selama masa kepemimpinannya, Menderes:

  • Mengizinkan pembelajaran bahasa Arab dan Al-Qur’an di sekolah menengah.
  • Mendirikan lebih dari 10.000 masjid baru di seluruh Turki.
  • Mendirikan 22 institut di Anatolia untuk mencetak imam, khatib, dan guru agama.
  • Mengembalikan fungsi masjid yang sebelumnya dijadikan gudang menjadi tempat ibadah.
  • Memberikan izin penerbitan majalah dan buku yang menyerukan penguatan nilai-nilai Islam.

Dengan kebijakan tersebut, Menderes berhasil menghidupkan kembali semangat keislaman yang lama dipendam rakyat Turki akibat represi rezim sekular sebelumnya.

Kontroversi Hubungan Luar Negeri

Meski berhasil meraih dukungan rakyat, kebijakan Menderes yang semakin condong pada Islam menimbulkan kegelisahan di kalangan elite politik Turki dan negara Barat. Sejarawan dan jurnalis Sami Cohen menulis:

“Penyebab langsung yang menjerat Menderes ke tiang gantungan adalah politiknya yang mendekat ke dunia Islam dan merenggangkan hubungan dengan Israel.”

Selain itu, Menderes juga diketahui diam-diam pernah menunaikan ibadah haji dalam salah satu kunjungannya ke negara Teluk. Fakta ini semakin memperkuat pandangan bahwa ia berusaha menempatkan Turki kembali pada orbit dunia Islam, sesuatu yang ditentang keras oleh kelompok sekularis.

Akhir Tragis Sang Pemimpin

Langkah-langkah besar Menderes pada akhirnya memicu perlawanan keras dari lawan politiknya. Kudeta militer tahun 1960 menggulingkan pemerintahannya. Ia dituduh melakukan pelanggaran konstitusi dan korupsi, meskipun banyak pihak meyakini tuduhan itu hanyalah alasan politik.

Pada tahun 1961, Adnan Menderes dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi gantung. Keputusan ini mengguncang rakyat Turki yang mencintainya. Bagi sebagian besar masyarakat, ia dianggap sebagai syahid yang gugur karena memperjuangkan Islam di tanah kelahirannya.

Warisan Adnan Menderes Bagi Turki dan Dunia Islam

Meskipun wafat dengan cara tragis, warisan Menderes tetap hidup hingga kini. Ia dikenang sebagai:

  • Pemimpin yang berani melawan arus sekularisme ekstrim.
  • Tokoh yang mengembalikan identitas Islam di ruang publik Turki.
  • Perintis kebebasan beragama yang membuka jalan bagi generasi selanjutnya.

Azan yang kembali berkumandang dalam bahasa Arab adalah salah satu warisan terbesarnya. Kini, jutaan umat Islam di Turki dapat merasakan kembali keindahan syiar Islam sebagaimana yang berlaku di seluruh dunia Muslim.

Kesimpulan

Kisah Adnan Menderes adalah pelajaran berharga tentang keberanian, pengorbanan, dan keteguhan iman. Dari nazarnya yang lahir di tengah bahaya, hingga kebijakan besar yang mengembalikan Islam ke tengah masyarakat Turki, semuanya menunjukkan betapa kuatnya tekad seorang pemimpin yang mencintai agamanya.

Meski berakhir dengan eksekusi gantung, nama Menderes tetap harum dalam sejarah Turki dan dunia Islam. Ia adalah simbol perjuangan melawan sekularisme yang mengekang, serta teladan bahwa iman dan keberanian bisa mengubah arah sebuah bangsa.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama