Notification

×

Iklan

Iklan

Ketika Wahyu Turun Demi Membela Seorang Wanita

Senin | September 15, 2025 WIB | 0 Views
Ketika Wahyu Turun Demi Membela Seorang Wanita

Fikroh.com - Aus suatu hari masuk menemui istrinya, Khawlah binti Tsa‘labah, saat ia tengah bersiap menunaikan salat. Ia menginginkan istrinya untuk dirinya, tetapi Khawlah menolak dengan halus dan menegaskan bahwa kewajiban kepada Allah tidak bisa ditunda.

Merasa tersinggung, Aus pun bersumpah: “Jika engkau salat sebelum menuruti keinginanku, maka engkau haram bagiku seperti punggung ibuku.” Namun Khawlah tetap menegakkan salat tanpa gentar oleh sumpah suaminya.

Wanita itu adalah Khawlah binti Tsa‘labah — seorang perempuan yang fasih berbicara, cerdas, berparas cantik, dan hidup bersama sepupunya, Aus bin al-Shamit, dalam kemiskinan. Meski demikian, ia tetap ridha dan bahagia menerima takdir Allah.

Selesai salat, Aus kembali merayunya. Namun Khawlah menolak, hingga Aus menjadi bingung dan marah. Khawlah pun berkata:

“Engkau haram bagiku seperti ibuku. Mari kita pergi kepada Rasulullah ﷺ untuk mengetahui keputusan beliau mengenai sumpah ini.”

Ucapan Aus ini adalah tradisi jahiliyah yang dikenal dengan istilah zhihar (ungkapan:

“Engkau bagiku seperti punggung ibuku”), yang pada masa jahiliyah dianggap sebagai bentuk talak paling keras, tanpa jalan kembali bagi istri kepada suami.
 

Aduan Khawlah kepada Rasulullah ﷺ


Khawlah kemudian mengadu kepada Rasulullah ﷺ:

“Wahai Rasulullah, Aus menikahiku saat aku masih muda dan banyak lelaki menginginkanku. Setelah usiaku menua dan aku melahirkan anak-anaknya, kini ia menyamakanku dengan ibunya. Aku memiliki anak-anak kecil darinya, jika kuserahkan kepada ayahnya, mereka akan tersia-siakan; jika aku yang menanggung mereka, mereka akan kelaparan. Ia telah menghabiskan hartaku, masa mudaku, hingga kini, di saat aku menua dan anak-anakku berkurang, ia men-zhiharku.”

Aisyah ra berkata: “Khawlah terus mengadu hingga aku menangis, dan orang-orang di rumah pun ikut menangis karena iba.”

Saat Khawlah berbicara di hadapan Rasulullah ﷺ, turunlah wahyu. Khawlah hampir pingsan karena khawatir wahyu itu justru memerintahkan perpisahan dan talak.

Namun Rasulullah ﷺ tersenyum lalu bersabda:

“Wahai Khawlah!”
Khawlah menjawab penuh harap: “Aku di sini, wahai Rasulullah.”

Beliau kemudian membacakan firman Allah:

 قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٌ (1) ٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَآئِهِم مَّا هُنَّ أُمَّهَٰتِهِمۡۖ إِنۡ أُمَّهَٰتُهُمۡ إِلَّا ٱلَّٰٓـِٔي وَلَدۡنَهُمۡۚ وَإِنَّهُمۡ لَيَقُولُونَ مُنكَرٗا مِّنَ ٱلۡقَوۡلِ وَزُورٗاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٞ (2) وَٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِن نِّسَآئِهِمۡ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُواْ فَتَحۡرِيرُ رَقَبَةٖ مِّن قَبۡلِ أَن يَتَمَآسَّاۚ ذَٰلِكُمۡ تُوعَظُونَ بِهِۦۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ (3) فَمَن لَّمۡ يَجِدۡ فَصِيَامُ شَهۡرَيۡنِ مُتَتَابِعَيۡنِ مِن قَبۡلِ أَن يَتَمَآسَّاۖ فَمَن لَّمۡ يَسۡتَطِعۡ فَإِطۡعَامُ سِتِّينَ مِسۡكِينٗاۚ ذَٰلِكَ لِتُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۚ وَتِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِۗ وَلِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (4)

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Mereka yang men-zhihar istri-istri mereka, istri-istri itu bukanlah ibu-ibu mereka. Ibu-ibu mereka hanyalah yang melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka benar-benar mengucapkan perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Dan orang-orang yang men-zhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (wajib) membebaskan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kalian, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Maka barang siapa tidak mendapatkan (budak), maka (wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka barang siapa tidak mampu, maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikian itu agar kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah batas-batas Allah. Dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih.” (QS. al-Mujadilah: 1–4)

Rasulullah ﷺ kemudian berkata:

“Perintahkan suamimu untuk membebaskan budak.”

Khawlah menjawab: “Wahai Rasulullah, ia tidak memiliki budak, dan tidak ada pelayan selain aku.”

Beliau bersabda: “Kalau begitu perintahkan dia berpuasa dua bulan berturut-turut.”

Khawlah berkata: “Demi Allah, wahai Rasulullah, ia tidak mampu.”

Beliau bersabda lagi: “Kalau begitu perintahkan dia memberi makan enam puluh orang miskin dengan satu wasaq kurma.”

Khawlah menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah, ia tidak memilikinya.”

Akhirnya Rasulullah ﷺ bersabda: “Kami akan membantunya dengan satu wasaq kurma.”

Khawlah berkata: “Demi Allah, aku pun akan membantunya dengan satu wasaq kurma lagi, wahai Rasulullah.”

Beliau pun bersabda: “Engkau telah berbuat baik dan benar. Pergilah, bersedekahlah untuknya, dan berlaku baiklah kepada sepupumu.”

Khawlah menjawab: “Aku akan melakukannya.”
 

Khawlah dan Umar bin al-Khattab


Di masa kekhalifahan Umar bin al-Khattab ra, Khawlah pernah menegurnya di jalan:

“Wahai Umar, dahulu engkau dipanggil Umair, lalu Umar, dan kini Amirul Mukminin. Maka bertakwalah kepada Allah, wahai Umar. Sesungguhnya siapa yang yakin akan kematian, ia takut kehilangan. Dan siapa yang yakin akan hisab, ia takut azab.”

Umar ra pun berdiri mendengarkan dengan penuh khusyuk. Lalu seseorang berkata kepadanya:

“Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau berdiri lama mendengarkan perempuan tua ini?”

Umar menjawab:

“Demi Allah, seandainya ia menahanku dari pagi hingga petang, aku tidak akan beranjak kecuali untuk salat fardu. Tahukah kalian siapa wanita ini? Dia adalah wanita yang Allah mendengar ucapannya dari atas tujuh langit. Apakah Umar tidak mau mendengar perkataannya?”

Semoga Allah meridai Khawlah binti Tsa‘labah, suaminya Aus bin al-Shamit, serta Umar bin al-Khattab ra.

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.”
×
Berita Terbaru Update