Kepergian beliau meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam bagi keluarga besar pesantren, para santri, alumni, serta masyarakat luas. KH. Thoifur Mawardi dikenal sebagai sosok ulama yang masyhur, penuh keteladanan, dan istiqamah dalam menyebarkan ilmu agama serta membimbing umat.
Melalui pesan suara WhatsApp, putra beliau, Gus Sahnun, menyampaikan bahwa insyaAllah jenazah akan dimakamkan pada Rabu, 20 Agustus 2025 pukul 11.00 WIB di kompleks Pondok Pesantren Darut Tauhid Kedungsari Purworejo.
Sosok Yang Dikenal Kewaliannya di Timur Tengah
Tidak ada syak bahwa beliau adalah seorang ‘Allamah yang juga InsyaAllah (Qila) Seorang Wali Abdal yang mempunyai segudang Karomah dari Bi’ru Thoifur, Do’a-doa yang mustajabah, selalu bermimpi bertemu Rosululloh, berjalan di bawah hujan tanpa basah sekalipun serta karomah-karomah lain yg sudah banyak orang tahu terutama para putra didik beliau.
“Kyai Sae seko Purworejo” ini lahir pada 8 Agustus 1955 putra dari KH.R Mawardi, Dzuriyah KH.R Imam Maghfuro (R. Hasan Benawi) keturunan Joko Umbaran trah Sultan Agung yg di Karesidenan Kedu terkenal sebagai Tokoh Ulama Islamisasi Bagelen.
Kealiman dan Karomah yang terpancar dari Beliau Abah Thoifur tidak lantas muncul seketika tanpa sebuah keistiqomahan dan tirakat yang kuat, yang juga didukung pada tabarrukan beliau melanglang buana dalam Tholabul ‘Ilmi di Jawa seperti di Pondok Sugihan Kajoran Magelang, Pondok Lasem Rembang dan yang masyhur di Rushoifah di tempat “Imam Ahlussunnah wal jama’ah Abad 21” Al Qutb Al Irsyad wadda’wah Assayyid Muhammad bin ‘Alawi Almaliki Alhasani dari tahun 1976 – 1988.
Keluasan beliau dalam keilmuan bahkan sampai digelari “Kitab berjalan” dan itu sangat tidak berlebihan mengingat banyaknya Alim Ulama dan Habaib yg menaruh rasa Hurmat wattakriman kepada Beliau.
Mimpi Bertemu Rasulullah
Di Makkah itu ada sumur yg bernama bi’ru Thoifur (sumur thoifur), sumur itulah yang digunakan keperluan sehari-hari oleh santri-santri Abuya Sayyid Maliki di Ma’had Rusaifah.
Dan sejarahnya dulu ketika Abuya ingin membuat sumur, beliau meminta saran kepada santri kesayangannya yati Abah Thoifur yang sudah menjadi kebiasaan baginya untuk bermimpi bertemu Rosululloh, agar sekiranya Rosululloh bisa memberi petunjuk dimana tempat yang memang cocok untuk dibuatkan sumur, dan akhirnya dibuatlah sumur yang sesuai dengan petunjuk dari Rosululloh lewat mimpi santri tersebut, dan atas jasanya sumur itu diabadikan dengan nama beliau.
Pesan-Pesan Kiyai Thoifur
Pesan-pesan KH. Thoifur Mawardi dan KH. Ahmad Wafi Maimoen dalam HBH Santri Sarang Purworejo-Wonosobo dan Santri Darut Tauhid Kedungsari.
1. Santri Harus cerdas (Kiyai Thoifur)
Abuya Sayyid Muhammad berkata:
كن رجلا كان عقله أكبر من ع لمه
"Jadilah kalian seseorang yang akalnya itu lebih besar dari pada ilmunya"
Kemudian, Kyai Thoifur menjelaskan makna ungkapan di atas dengan uraian beliau:
العالم قد يحب أن يقدم والعاقل يحب السلامة
"Orang Alim, terkadang senang dijadikan orang yang di depan (harus memimpin), sementara orang yang cerdas lebih suka selamat (walau tidak jadi pemimpin di depan)"
2. Santri jangan hasud akan kenikmatan orang lain. (Kyai Thoifur dan Kyai Wafi).
Bahkan kalau orang lain mendapat kenikmatan diberi bantuan orang - misalnya - hendaknya seorang santri bisa berterima kasih pada si pemberi dengan mendoakan:
جزاك الله عن الإسلام والمسلمين خيرا
Kyai Thoifur berkata bahwa ini adalah manhaj Abuya al-Maliki.
Kyai Wafi juga menjelaskan bahwa Santri harus bisa Ridha dengan takdir Allah dan semangat berjuang. Walaupun belum mandapatkan kenikmatan seperti halnya teman/orang lain. Sebagaimana itu sering disampaikan oleh Al-Maghfur Lah Simbah KH. Maimoen.
3. Santri Ridha dengan Qodho Qodar Allah (Kyai Wafi).
Hadits Nabi yang sering disitir oleh Syaikhuna Maimoen adalah:
من لم يرض بقضائي فليطلب ربا سوائي
Maka, dengan kondisi apapun, kita harus ridha. Walaupun itu kadang menyesakkan hati. Sebagaimana dulu baginda Nabi juga sesak hatinya sebab Sayyid Hamzah dibunuh oleh wahsyi atas perintah Hindun bin Umayyah. Tetapi diingatkan oleh Allah:
ليس لك من الأمر شيء ...
Akhirnya Wahsyi inilah yang membunuh Musailimah al-Kaddzab, si Nabi palsu.
4. Santri harus pinter nguwongke uwong (Kyai Wafi).
Sebagaimana Kanjeng Nabi nguwongke Abu Sufyan, sehingga dengan itu, Fathu Makkah terjadi dengan damai. Tidak ada pertumpahan darah. Padahal sebelumnya, Abu Sufyan lah dedengkot Kafir penyebab hampir semua peperangan Nabi dengan Suku Quraisy.
Bagaimana cara Nabi nguwongke Abu Sufyan? Dengan dawuhan beliau:
من دخل دار أبي سفيان فهو آمن
Rumah Abu Sufyan di samakan dengan Ka'bah, yang mana siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan maka aman. Inilah Siyāsat Nabawiyah.
5. Santri jangan sampai mencela pemimpin di atas mimbar (Kyai Thoifur)
Kyai Thoifur cerita bahwa dulu saat beliau mondok di Makkah, pernah latihan pidato. Lalu, ada salah satu teman beliau yang bernama Utsman Lubis, itu berpidato. Sampai-sampai menjadikan sebagian santri-santri lain ketawa cekikikan. Mendengar itu, Abuya Al-Maliki bertanya:
"Ada apa kok pada tertawa?"
"Mendengar ceramah Utsman Lubis"
"Apa yang bikin ketawa?", Tanya Abuya lagi.
Eh ternyata bahan yang dijadikan ceramah lelucuan adalah Pak Suharto, Presiden Indonesia waktu itu.
Lalu Abuya Al-Maliki dawuhan:
لا تكن كذلك. النصيحة على المنبر فضيحة. لم تصل بعد إليه النصيحة وقعت الفتنة.
"Jangan begitu. Memberikan nasehat pada pemimpin di atas mimbar adalah mencela (bukan memberi nasehat). Nasehatnya belum sampai kepada pemimpin, malah yang terjadi adalah Fitnah"
Lalu Kyai Thoifur dawuhan kurang lebih:
"Sampean wae nek dinasehati neng ngarepe wong akeh cok tersinggung tho. Opo maneh wong-wong seng nduwe kedudukan. Nasehat gak sampai, malah jadi fitnah seng muncul.
Nek ape aweh nasehat, usahakan empat mata. Opo maneh maring wong seng duwe kedudukan. Insya Allah akeh legowone. Wonge yo enak. Ora ngroso tersinggung. Begitulah Manhaj Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki"
Demikian sedikit nasehat dua piyantun Alim tersebut yang bisa kami tuangkan dalam artikel ini. Semoga Allah mengampuni keduanya dan melimpahkan rahmat-Nya yang luas.
Posting Komentar