Menggali Makna Dibalik Syair "AMUK" Karya UAS

Menggali Makna Dibalik Syair AMUK Karya UAS


Fikroh.com - Ustadz Abdul Somad (UAS), seorang ulama yang dikenal lantang menyuarakan kebenaran, menghadirkan sebuah syair berjudul “Amuk”. Karya ini memotret kekecewaan rakyat, keresahan atas janji politik yang tak kunjung ditepati, serta peringatan tentang potensi ledakan sosial bila keadilan diabaikan. Dengan gaya bahasa sederhana namun penuh simbol, UAS mengajak pembaca merenungkan kondisi bangsa sekaligus memahami suara hati rakyat kecil yang sering terabaikan.

A M U K

Mengamuk seperti nyamuk
Ramai berdengung dan menusuk
Pernah membunuh namrudz terkutuk
400 tahun berkuasa di pucuk
Tumbang jatuh terkulai membusuk
Seperti batang kayu lapuk
Nampak kokoh padahal remuk

Kemarahan yang mengkristal
Terus menggumpal
Seperti ikan buntal
Pecah terpental
Berakibat fatal
Uya, Eko dan Sahroni hanya lagi sial
Hari sial yang tak punya tanggal

Masyarakat sudah lama kecewa
Mereka dimiskinkan tapi tidak gila
Dimanjakan BLT tiap pilpres dan pilkada
Janji-janji semata
Esemka tak kunjung tiba
Investor katanya antri ternyata tak ada
Katanya tak ada nafsu politika
Nyatanya mintak periode ketiga
Konstitusi diperkosa
Demi anak menantu berkuasa
Janji dan bohong semakin nyata
19 juta lapangan kerja
Tak kunjung tiba
Luka semakin menganga
Bertambah sakit kepala 
Dari ijazah palsu sampai fufufafa
Jenuh, muak, bosan, nyaris putus asa

Masyarakat tidak minta banyak
Beri jalan yang layak
Anak sekolah murah dan enak
Tamat sekolah kerja tampak
Kalau sakit berobat tak tebayak
Jangan terlalu banyak pajak
Buzzer jangan diternak

Orang lapar 
Jangan disuruh sabar
Bisa makin sangar
Menjarah dan membakar
Berikan solusi segar bukan kelakar
Tunjuk ajar supaya pintar
Agar hidup menjadi benar.

Menggali Makna Dibalik Syair AMUK

Syair “Amuk” karya UAS ini sarat dengan kritik sosial-politik yang dibungkus dalam gaya bahasa puitis dan metaforis. Mari kita gali maknanya bagian demi bagian:

1. Amuk seperti nyamuk

  • Nyamuk dijadikan simbol: kecil, remeh, tetapi mampu menimbulkan dampak besar.
  • Referensi historis: kisah Namrud yang mati karena seekor nyamuk masuk ke dalam kepalanya. Ini menegaskan bahwa penguasa besar sekalipun bisa tumbang oleh sesuatu yang tampak kecil.
  • Pesan: kekuasaan yang kokoh sekalipun bisa runtuh bila rapuh di dalam.

2. Kemarahan yang mengkristal

  • Digambarkan seperti ikan buntal, kecil namun berbahaya ketika tertekan.
  • “Pecah terpental, berakibat fatal” → menandakan ledakan sosial yang tidak terkendali.
  • Nama-nama yang muncul (Uya, Eko, Sahroni) mungkin hanya simbol bahwa siapa saja bisa jadi korban “hari sial” ketika rakyat mengamuk.

3. Kekecewaan rakyat terhadap janji politik

  • BLT, Esemka, investor asing, periode ketiga, ijazah palsu, hingga “fufufafa” → sindiran keras terhadap janji manis yang tidak ditepati.
  • “Konstitusi diperkosa” → kritik pada upaya mempermainkan hukum demi kepentingan politik.
  • Rakyat dimiskinkan, dibohongi, dan akhirnya kehilangan harapan.

4. Tuntutan sederhana rakyat

  • Rakyat tidak menuntut istana megah, cukup jalan layak, pendidikan terjangkau, lapangan kerja, kesehatan murah, dan beban pajak yang wajar.
  • Kritik pada fenomena “buzzer” yang justru menambah luka sosial.

5. Peringatan bahaya kelaparan

  • “Orang lapar jangan disuruh sabar” → lapar bisa melahirkan amuk sosial.
  • Bila tidak ditangani, rakyat bisa “menjarah dan membakar.”
  • Solusi yang ditunggu adalah nyata, bukan sekadar retorika atau kelakar politik.

Makna Utama Syair

Syair ini adalah gugatan moral sekaligus peringatan keras:

  • Rakyat bisa menahan kecewa, tetapi tidak bisa menahan lapar.
  • Kekuasaan yang terlihat kokoh bisa runtuh karena kemarahan rakyat kecil.
  • Kritik diarahkan pada ketidakadilan, korupsi, politik penuh dusta, serta kelalaian pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat.
  • Pesannya: bila pemimpin tidak segera memberi solusi nyata, amuk sosial bisa meledak seperti nyamuk kecil yang meruntuhkan Namrud.

Posting Komentar untuk "Menggali Makna Dibalik Syair "AMUK" Karya UAS"