Fikroh.com - Surga adalah tujuan akhir setiap Muslim yang taat. Allah ﷻ memberikan kabar gembira melalui Rasulullah ﷺ tentang golongan-golongan tertentu yang sudah dijamin mendapat tempat di surga. Dalam sebuah hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ: ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ
“Ahli surga itu ada tiga golongan, yaitu orang yang memiliki kekuasaan namun adil dan disetujui rakyatnya, seorang lelaki yang berhati lembut terhadap kerabat dan kaum Muslimin, serta seorang miskin yang tetap menjaga kehormatan keluarganya.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa surga bukan hanya untuk mereka yang banyak beribadah, tetapi juga bagi orang-orang yang menjalani kehidupan dunia dengan nilai keadilan, kasih sayang, dan kesabaran. Mari kita simak penjelasan tiga golongan istimewa tersebut.
1. Pemimpin yang Adil dan Dicintai Rakyatnya
Kekuasaan adalah amanah besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ. Seorang pemimpin yang adil disebut langsung oleh Rasulullah ﷺ sebagai ahli surga.
Mengapa demikian? Karena kekuasaan seringkali menjadi pintu fitnah dan kezaliman. Namun, bila seorang penguasa tetap teguh menegakkan keadilan, ia tidak hanya dicintai rakyatnya, tetapi juga diridai Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis lain:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ“Sesungguhnya orang-orang yang adil, di sisi Allah berada di atas mimbar dari cahaya.” (HR. Muslim)
Pemimpin yang adil menjadi pondasi masyarakat yang damai dan sejahtera. Karena itu, mereka mendapatkan jaminan surga dari Allah ﷻ.
2. Orang yang Lemah Lembut Hatinya terhadap Sesama
Golongan kedua adalah orang yang memiliki hati penuh kasih sayang, terutama kepada kerabat dan sesama Muslim. Lemah lembut tidak berarti lemah dalam prinsip, tetapi bijaksana, santun, dan penuh kasih dalam berinteraksi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
فَإِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya.” (HR. Muslim)
Sikap lembut menjadikan seseorang dekat dengan manusia, dan yang lebih penting, dekat dengan rahmat Allah. Orang seperti ini akan dimudahkan jalannya menuju surga.
3. Orang Miskin yang Menjaga Kehormatan Keluarganya
Kemiskinan sering menjadi ujian besar bagi manusia. Namun, orang miskin yang tetap menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya, tidak menghinakan diri dengan meminta-minta, serta tetap berusaha mencari rezeki halal, mendapat kedudukan mulia di sisi Allah.
Mereka tetap berjuang demi keluarganya, tidak menyerah pada keadaan, dan bersabar atas keterbatasan hidup. Keteguhan ini menjadikan mereka termasuk ahli surga.
Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Rabb mereka...” (QS. Ar-Ra’d: 22)
Kesabaran dalam menjaga kehormatan dan keteguhan hati inilah yang membuat orang miskin yang taat mendapat balasan surga.
Apakah hadis ini menunjukkan pembatasan, sehingga tidak ada yang masuk surga kecuali tiga golongan tersebut?
Ada beberapa pendapat ulama dalam menafsirkannya:
1. Pendapat pertama: Hadis ini menunjukkan pembatasan
Ada yang berpendapat ya, hadis ini memang menunjukkan pembatasan. Artinya, ahli surga tidak keluar dari tiga golongan manusia tersebut.
- Yang dimaksud dengan penguasa yang adil (السلطان المقسط) adalah setiap orang yang memiliki kewenangan atau otoritas. Maka ini mencakup hakim dalam tugasnya, seorang ayah dalam keluarganya, seorang pemimpin dalam pekerjaannya, atau siapa pun yang memiliki tanggung jawab kepemimpinan atas orang lain.
- Yang dimaksud dengan orang yang penuh kasih sayang dan berhati lembut adalah gambaran umum dari seorang Muslim. Sebab seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya: tidak menzaliminya, tidak menelantarkannya, mencintainya, serta menginginkan kebaikan baginya sebagaimana ia menginginkan untuk dirinya. Ia juga berempati, lembut, dan penuh rahmat terhadap sesamanya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.” (HR. Muslim, no. 54)
Dan beliau juga bersabda:
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman. Sayangilah makhluk di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang ada di langit.” (HR. Abu Dawud, no. 4941; disahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud).
Serta sabdanya:
“Sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Abu Dawud, no. 3125; disahihkan Al-Albani).
- Adapun yang dimaksud dengan orang yang menjaga kehormatan (العفيف) adalah orang yang bertakwa kepada Allah sehingga terhalang dari melanggar batas-batas-Nya dan berani melakukan perbuatan haram. Imam Al-Qari رحمه الله berkata: “Yang dimaksud dengan orang yang menjaga kehormatan (العفيف) adalah kekuatan dalam dirinya yang mampu menahan dari perbuatan keji.” (Mirqah al-Mafatih, 7/3107).
Al-Tibi رحمه الله berkata: “Jika engkau meneliti keadaan manusia dengan segala perbedaan mereka, maka engkau tidak akan menemukan seorang pun yang layak masuk surga kecuali ia pasti termasuk dalam salah satu dari tiga golongan ini, tidak keluar dari padanya.” (Mirqah al-Mafatih, 7/3107).
2. Pendapat kedua: Mayoritas penghuni surga adalah dari golongan ini
Ada pula yang berpendapat bahwa hadis tersebut bukanlah untuk membatasi secara mutlak, melainkan menunjukkan bahwa kebanyakan ahli surga berasal dari tiga golongan ini.
Sering kali ada hadis yang secara lahiriah tampak membatasi, tetapi maksudnya adalah menunjukkan yang dominan atau mayoritas.
Misalnya sabda Nabi ﷺ:
“Khamar itu berasal dari dua jenis pohon: kurma dan anggur.” (HR. Muslim, no. 1985)
Maksudnya bukan hanya dua itu, tetapi karena kebanyakan khamar memang dibuat dari kurma dan anggur. (Nail al-Awthar, 8/201).
Contoh lain: sabda Nabi ﷺ tentang sapi yang berkata ketika ditunggangi:
“Sesungguhnya kami tidak diciptakan untuk ini, melainkan untuk membajak tanah.” (HR. Bukhari, no. 3471; Muslim, no. 2388)
Maksudnya, fungsi utama sapi adalah untuk membajak, meski pada kenyataannya ia juga diciptakan untuk diambil susunya, dagingnya, dan lainnya. (Fath al-Bari, 6/518).
3. Pendapat ketiga: Tidak menunjukkan pembatasan
Pendapat lainnya menyatakan bahwa hadis ini tidak bermakna pembatasan. Sebab ia termasuk kategori mafhum al-‘adad (pemahaman bilangan), sementara menurut mayoritas ulama ushul, mafhum al-‘adad tidak bisa dijadikan hujjah untuk membatasi.
Imam An-Nawawi رحمه الله menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim (13/88):
“Pendapat masyhur dan sahih di kalangan ulama ushul adalah bahwa pemahaman bilangan (mafhum al-‘adad) tidak memiliki hukum tersendiri; sehingga tidak mesti bermakna menafikan tambahan. Jika ada dalil yang menunjukkan adanya tambahan, maka tambahan itu diterima.”
Contohnya adalah hadis Nabi ﷺ:
“Dosa-dosa besar itu ada tujuh: menyekutukan Allah, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, menuduh wanita beriman yang suci, lari dari medan perang, memakan riba, memakan harta anak yatim, dan kembali kepada kehidupan jahiliyah setelah hijrah.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Awsath, no. 5709; dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami‘, no. 4606).
Ketika ditanya kepada Ibnu Abbas رضي الله عنهما: “Apakah dosa besar itu hanya tujuh?” beliau menjawab:
“Bahkan dosa besar itu lebih dekat kepada tujuh puluh.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsir-nya, 8/246, dengan sanad sahih).
Jadi, Hadis tentang tiga golongan ahli surga ini tidak menutup kemungkinan adanya golongan lain yang juga mendapat jaminan surga. Tiga golongan tersebut disebutkan karena mereka menempati kedudukan istimewa, atau karena mayoritas ahli surga memang berasal dari mereka. Wallahu a‘lam.
Penutup
Hadis Rasulullah ﷺ tentang tiga golongan ahli surga memberikan pelajaran berharga bahwa jalan menuju surga terbuka bagi siapa saja, bukan hanya ulama atau ahli ibadah. Pemimpin yang adil, orang yang berhati lembut, dan orang miskin yang menjaga kehormatan adalah teladan nyata bagaimana Islam menekankan nilai keadilan, kasih sayang, dan kesabaran.
Bagi seorang Muslim, hadis ini menjadi motivasi untuk menata diri sesuai peran yang dimiliki dalam kehidupan. Jika menjadi pemimpin, hendaklah adil. Jika menjadi anggota masyarakat, hendaklah penuh kasih. Dan jika diuji dengan kemiskinan, hendaklah tetap menjaga kehormatan. Dengan begitu, insyaAllah kita akan tergolong dalam ahli surga yang dijanjikan Rasulullah ﷺ.
Posting Komentar untuk "Inilah Tiga Golongan yang Dijamin Masuk Surga Menurut Hadits Nabi"