Seruan Grand Al-Azhar Untuk Gaza yang Dibungkap Presiden Assisi

Seruan Grand Syaikh Al Azhar untuk Gaza

Grand Syekh Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb, dan institusi Al-Azhar telah secara terbuka menyuarakan dukungan untuk Palestina dan mengecam tindakan Israel di Gaza. Pada bulan Juli 2025, Al-Tayeb menyerukan penghentian "genosida" di Gaza dan mendesak dunia untuk bertindak melawan blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel. Al-Azhar juga mengecam Israel atas blokade bantuan selama Ramadan 2025, menyebutnya sebagai pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Al-Azhar tetap vokal dalam isu Gaza, setidaknya dalam beberapa kesempatan

Namun seruan untuk penyelamatan Gaza dari kelaparan dihapus dari halaman resmi mereka, diduga karena tekanan dari rezim El-Sisi untuk menjaga hubungan dengan Israel. Namun, klaim ini bersumber dari postingan media sosial yang tidak dapat diverifikasi secara independen berdasarkan informasi yang tersedia, sehingga harus dianggap sebagai spekulasi dan bukan fakta pasti.

Hubungan Mesir dengan Israel


Mesir di bawah El-Sisi memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sejak Perjanjian Camp David 1978, termasuk kerja sama militer di Sinai untuk melawan kelompok bersenjata. Mesir juga berperan sebagai mediator dalam konflik Israel-Palestina dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui perbatasan Rafah, meskipun sering dikritik karena pembatasan akses. Sikap Mesir yang hati-hati ini, termasuk penolakan terhadap pemindahan paksa warga Palestina ke Sinai, mencerminkan keseimbangan antara kepentingan keamanan nasional dan tekanan regional. Kritik terhadap El-Sisi, termasuk dari warganet, sering menyebut bahwa Mesir "setengah hati" dalam mendukung Palestina karena prioritas keamanan dan ekonomi.

Isi Seruan Grand Syaikh Al Azhar Untuk Dunia


Terjemaha pernyataan Al Azhar perihal nushroh ahli gaza yang dihapus; diduga Al Azhar diintervensi oleh Fir'aun Mesir Assisi.

Al-Azhar al-Syarif melantangkan seruan duka dan panggilan nurani kepada dunia, menyerukan secara tulus kepada seluruh insan merdeka, para pemilik hati yang hidup, para bijak bestari dan pemegang kehormatan dari seluruh penjuru dunia—mereka yang masih memiliki sensitivitas terhadap sengatan nurani, yang masih percaya pada kesucian tanggung jawab kemanusiaan, serta yang menjunjung hak-hak kaum tertindas dan mereka yang tak berdaya memperjuangkan hak dasar untuk hidup aman dan bermartabat layaknya manusia lain.

Seruan ini ditujukan sebagai panggilan mendesak bagi pergerakan global yang segera dan nyata demi menyelamatkan penduduk Gaza dari kelaparan massal yang mematikan, kelaparan yang diberlakukan dengan kekuatan brutal dan kebiadaban yang melampaui batas-batas sejarah, dan yang—Al-Azhar percaya—tidak akan pernah memiliki padanan moral dalam catatan umat manusia, baik di masa lalu maupun di masa yang akan datang.

Al-Azhar al-Syarif menyampaikan dengan tegas bahwa nurani kemanusiaan kini sedang diuji secara frontal, tatkala ribuan anak-anak dan warga sipil yang tak bersalah dibantai dengan darah dingin. Mereka yang selamat dari peluru, nyaris kehilangan hidupnya karena kelaparan, kehausan, kekeringan, dan ketiadaan obat-obatan; ditambah kolapsnya fasilitas medis yang tak lagi mampu merawat korban menuju ajal yang telah nyata di pelupuk.

Al-Azhar menegaskan bahwa apa yang dilakukan entitas penjajah ini berupa tindakan kelaparan sistemik dan terencana terhadap warga sipil Gaza yang damai, sementara mereka hanya mencari sepotong roti atau seteguk air, adalah kejahatan genosida yang paripurna unsur-unsurnya. Siapa pun yang menyuplai senjata kepada entitas ini, atau mendukungnya secara politik, administratif, bahkan hanya dengan retorika munafik, sejatinya adalah mitra dalam kejahatan tersebut. Mereka kelak akan diadili oleh Tuhan Yang Mahaadil, al-Ḥakam al-ʿAdl, dan al-Muntaqim al-Jabbār, pada hari di mana tidak ada lagi manfaat dari harta ataupun anak. Dan kepada mereka, Al-Azhar mengingatkan akan kearifan klasik yang tak lekang oleh zaman: “Kita dimakan satu per satu, ketika banteng putih pertama kali dimakan.”

Dalam kepedihan dan penderitaannya, Al-Azhar menyeru kepada semua kekuatan yang memiliki pengaruh dan kapasitas untuk mengambil langkah paling maksimal demi menghentikan entitas brutal ini—agar dipaksa menghentikan operasi pembunuhan sistematis, serta memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan medis secara cepat dan aman. Al-Azhar juga menuntut dibukanya seluruh jalur untuk menyelamatkan para korban luka dan sakit yang kondisinya semakin kritis akibat serangan langsung terhadap rumah sakit dan infrastruktur kesehatan—pelanggaran mencolok terhadap semua prinsip agama langit dan perjanjian internasional.

Dengan ini, Al-Azhar al-Syarif menyatakan dirinya bebas di hadapan Allah dari keterlibatan dalam diamnya dunia yang mencurigakan, dari kelambanan komunitas internasional yang memalukan dalam membela rakyat Gaza yang tak bersenjata, serta dari segala bentuk dukungan terhadap rencana jahat untuk memaksa penduduk Gaza meninggalkan tanah air mereka. Al-Azhar menolak setiap bentuk justifikasi terhadap pemindahan paksa ini dan menegaskan bahwa setiap pihak yang terlibat, secara langsung maupun tidak langsung, memikul tanggung jawab atas darah yang ditumpahkan, jiwa yang terenggut, dan perut yang kelaparan di Gaza yang sedang berdarah. Sebagaimana firman Allah: “Dan kelak orang-orang yang zalim akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. al-Syuʿarāʾ: 227)

Akhirnya, Al-Azhar al-Syarif mengimbau seluruh umat Islam untuk senantiasa memperbanyak doa demi kemenangan orang-orang yang tertindas, dengan doa yang pernah diajarkan Nabi ﷺ sebagai benteng dalam menghadapi ketidakadilan: “Ya Allah, Tuhan yang menurunkan Kitab, yang menggerakkan awan, yang mengalahkan pasukan Ahzab, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.”

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama