“Cukup sudah! FIFA terlalu pilih kasih terhadap Israel. Sementara negara lain mendapat sanksi berat karena konflik politik, Israel tetap diizinkan berkompetisi tanpa konsekuensi apa pun,” ujar Haaland dengan nada tegas.
Pernyataan tersebut merujuk pada keputusan FIFA beberapa tahun lalu yang melarang Rusia berpartisipasi dalam turnamen internasional akibat konflik di Ukraina. Namun, langkah serupa tidak diterapkan terhadap Israel meski tengah menghadapi kecaman global atas agresinya di Gaza.
“FIFA menghukum Rusia dengan larangan berkompetisi, tapi membiarkan Israel terus bermain. Ini adalah standar ganda yang tidak bisa diterima dalam sepak bola internasional,” lanjut striker Manchester City tersebut.
Haaland menegaskan bahwa sepak bola seharusnya menjadi ruang untuk perdamaian, bukan arena politik yang sarat keberpihakan. “Sepak bola seharusnya menjadi simbol perdamaian, bukan alat politik,” ujarnya.
Tak hanya mengkritik, pemain berusia 25 tahun itu juga menyatakan tekadnya untuk menunjukkan sikap di lapangan. Ia berjanji membawa Norwegia menyingkirkan Israel dari jalur kualifikasi sebagai bentuk protes sportif terhadap kebijakan FIFA.
“Di lapangan, kami akan menunjukkan sikap kami. Norwegia akan menyingkirkan Israel dari jalur kualifikasi Piala Dunia. Ini bukan sekadar pertandingan sepak bola, tapi juga pernyataan sikap kami,” tegas Haaland.
Laga Norwegia kontra Israel dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 11 Oktober 2025, dan diperkirakan menjadi salah satu pertandingan paling panas di babak kualifikasi zona Eropa, baik karena tensi politik maupun sorotan publik internasional terhadap pernyataan sang megabintang.
Jika benar-benar terjadi, pernyataan Haaland ini dapat memicu respons keras dari FIFA dan federasi sepak bola Eropa, mengingat organisasi tersebut selama ini berupaya menjaga jarak antara olahraga dan politik. Namun, komentar sang striker mencerminkan kegelisahan banyak pihak yang menilai ada ketidakadilan dalam penegakan prinsip netralitas FIFA.

 
 
 
 
