Fikroh.com - Bandung, 5 September 2025 – Suasana duka menyelimuti Kabupaten Bandung setelah peristiwa tragis menimpa sebuah keluarga. Seorang ibu ditemukan meninggal dunia dalam kondisi gantung diri di tiang pintu rumahnya. Lebih memilukan, sebelum mengakhiri hidupnya, ia diduga terlebih dahulu meracuni dua anak kandungnya yang masih berusia 1 dan 9 tahun.
Kabar duka ini sontak menggemparkan masyarakat setempat. Polisi yang datang ke lokasi menemukan sebuah surat wasiat yang ditinggalkan korban. Surat itu kini tengah dianalisis untuk mengetahui motif di balik tindakan keji yang merenggut tiga nyawa sekaligus.
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Hendra Rochmawan, membenarkan peristiwa tersebut. “Iya benar ada kejadian tersebut. Ditemukan juga surat wasiat,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (5/9). Ia menambahkan, pihak kepolisian masih mendalami isi surat serta latar belakang keluarga korban guna mengungkap alasan di balik perbuatan itu.
Hikmah di Balik Tragedi
Menanggapi kabar memilukan tersebut, ulama asal Mesir, Syeikh Ahmad Al-Misry, menyerukan agar masyarakat tidak terjebak dalam keputusasaan dan selalu menjadikan tragedi sebagai pelajaran berharga.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Sungguh peristiwa ini sangat menyayat hati. Seorang ibu yang memilih jalan keliru dengan mengakhiri hidupnya dan anak-anaknya. Kita berdoa semoga Allah mengampuni mereka yang wafat, dan memberikan kesabaran besar bagi keluarga yang ditinggalkan,” ungkap beliau dalam pesan yang diterima wartawan.
Menurut Syeikh Ahmad, peristiwa ini harus dilihat bukan hanya sebagai kabar duka, melainkan juga sebagai cermin bagi umat. Ia menegaskan bahwa dalam Islam, nyawa adalah amanah Allah yang tidak boleh diakhiri dengan tangan sendiri.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا ٢٩
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa: 29)
Rasulullah ﷺ pun memperingatkan:
bersabda,
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang bunuh diri dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa dengan cara itu juga di hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Nyawa bukan milik kita, melainkan titipan Allah. Mengakhiri hidup dengan cara ini bukanlah solusi, tetapi justru menambah kesulitan di akhirat kelak,” tegas Syeikh Ahmad.
Hidup Adalah Ujian
Lebih jauh, Syeikh Ahmad Al-Misry menekankan bahwa kehidupan manusia memang tidak pernah lepas dari ujian. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
“Sungguh, Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
“Setiap manusia pasti menghadapi kesulitan. Tetapi jangan lupa, Allah lebih besar dari segala masalah. Pertolongan Allah datang melalui sabar dan shalat. Jangan pernah menyerah, karena jalan keluar selalu ada,” ujarnya.
Jangan Memendam Masalah Sendiri
Dalam pesannya, Syeikh Ahmad juga menyoroti pentingnya komunikasi. Menurutnya, banyak orang yang terjebak keputusasaan karena memendam masalah sendirian. Padahal, Islam menganjurkan untuk saling menasihati dan saling menolong.
“Berbicaralah dengan keluarga, sahabat, ustadz, atau ahli ilmu. Jangan biarkan beban hidup dipikul sendirian. Nabi ﷺ mengajarkan kita untuk saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-‘Ashr,” ucap beliau.
Peran Keluarga dan Masyarakat
Selain itu, peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting dalam mencegah tragedi serupa. Menurut Syeikh Ahmad, lingkungan sekitar harus peka terhadap tanda-tanda tekanan mental pada seseorang.
“Jika ada saudara atau tetangga yang terlihat tertekan, hampirilah, temani, dengarkan keluh kesahnya. Jangan biarkan mereka berjalan sendirian dalam gelapnya kesedihan. Kepedulian sosial adalah benteng dari runtuhnya jiwa,” katanya.
Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah
Menutup pesannya, Syeikh Ahmad Al-Misry mengingatkan bahwa tragedi ini tidak untuk dicela, melainkan untuk menjadi pelajaran hidup.
“Hidup memang penuh cobaan, tetapi Allah selalu membuka pintu rahmat. Ingatlah, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah,” ujarnya.
Beliau mengutip firman Allah dalam QS. Az-Zumar ayat 53:
لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Tragedi di Bandung ini menjadi pengingat pahit bahwa keputusasaan dapat menjerumuskan pada jalan yang salah. Namun bagi yang masih hidup, peristiwa ini seharusnya menjadi cermin agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat iman, serta mempererat kepedulian antar-sesama.
Dengan mengambil hikmah dari kejadian ini, umat diharapkan dapat membangun keteguhan hati, tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan, dan senantiasa berpegang pada janji Allah bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan.
