Fikroh.com - New York, 27 September 2025 — Kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke New York menuai gelombang protes besar. Ratusan demonstran mengepung hotel tempat Netanyahu menginap di Manhattan, sambil membawa spanduk dan meneriakkan slogan mengecam operasi militer Israel di Gaza.
Kerumunan massa yang terdiri dari aktivis pro-Palestina, warga Israel diaspora, hingga kelompok HAM internasional, berkumpul di kawasan Lenox Hill, Manhattan. Mereka membawa poster bertuliskan “Stop the war”, “Bring them home”, dan “There is no military solution”.
Sebagian demonstran mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan kecaman terhadap agresi militer Israel. Aparat kepolisian New York tampak bersiaga penuh di sekitar lokasi, bahkan sempat mengamankan beberapa orang dari barisan massa. Meski demikian, aksi berjalan relatif tertib tanpa bentrokan besar.
Di sisi lain, tim komunikasi Netanyahu meluncurkan kampanye publik berupa konvoi truk berlayar keliling kota New York. Truk-truk tersebut dipasangi billboard digital yang menampilkan pesan seperti “Remember October 7”, merujuk pada serangan Hamas tahun 2023.
Kampanye ini dimaksudkan untuk memengaruhi opini publik Amerika dan dunia, sekaligus menegaskan narasi Israel bahwa operasi militer di Gaza merupakan upaya “melawan terorisme dan membebaskan sandera.”
Netanyahu hadir di Markas Besar PBB untuk menyampaikan pidato di Majelis Umum. Namun, momen itu diwarnai aksi walk-out dari puluhan delegasi negara, termasuk Indonesia, yang menolak kebijakan Israel di Gaza.
Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan Israel “harus menyelesaikan tugasnya melawan Hamas”, meski pengamat menilai retorika tersebut semakin memperdalam isolasi diplomatik Israel di forum internasional.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran ke Jalur Gaza. Menurut data PBB, lebih dari 40 ribu warga sipil tewas, sementara infrastruktur utama, termasuk rumah sakit dan sekolah, mengalami kerusakan parah.
Gelombang protes terhadap Netanyahu di New York menjadi simbol semakin besarnya tekanan internasional agar Israel menghentikan serangan militer dan membuka jalur diplomasi.
Demonstrasi di Sekitar Hotel
Kerumunan massa yang terdiri dari aktivis pro-Palestina, warga Israel diaspora, hingga kelompok HAM internasional, berkumpul di kawasan Lenox Hill, Manhattan. Mereka membawa poster bertuliskan “Stop the war”, “Bring them home”, dan “There is no military solution”.
Sebagian demonstran mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan kecaman terhadap agresi militer Israel. Aparat kepolisian New York tampak bersiaga penuh di sekitar lokasi, bahkan sempat mengamankan beberapa orang dari barisan massa. Meski demikian, aksi berjalan relatif tertib tanpa bentrokan besar.
Konvoi Truk Diplomasi Publik
Di sisi lain, tim komunikasi Netanyahu meluncurkan kampanye publik berupa konvoi truk berlayar keliling kota New York. Truk-truk tersebut dipasangi billboard digital yang menampilkan pesan seperti “Remember October 7”, merujuk pada serangan Hamas tahun 2023.
Kampanye ini dimaksudkan untuk memengaruhi opini publik Amerika dan dunia, sekaligus menegaskan narasi Israel bahwa operasi militer di Gaza merupakan upaya “melawan terorisme dan membebaskan sandera.”
Reaksi di PBB
Netanyahu hadir di Markas Besar PBB untuk menyampaikan pidato di Majelis Umum. Namun, momen itu diwarnai aksi walk-out dari puluhan delegasi negara, termasuk Indonesia, yang menolak kebijakan Israel di Gaza.
Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan Israel “harus menyelesaikan tugasnya melawan Hamas”, meski pengamat menilai retorika tersebut semakin memperdalam isolasi diplomatik Israel di forum internasional.
Latar Belakang
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran ke Jalur Gaza. Menurut data PBB, lebih dari 40 ribu warga sipil tewas, sementara infrastruktur utama, termasuk rumah sakit dan sekolah, mengalami kerusakan parah.
Gelombang protes terhadap Netanyahu di New York menjadi simbol semakin besarnya tekanan internasional agar Israel menghentikan serangan militer dan membuka jalur diplomasi.