Doa Rasulullah ﷺ dalam Pengepungan Madinah dan Relevansinya dengan Palestina Hari Ini

Doa Rasulullah ﷺ dalam Pengepungan Madinah dan Relevansinya dengan Palestina Hari Ini

Fikroh.com - Sejarah Islam penuh dengan momen-momen penting yang bukan hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga menjadi sumber kekuatan spiritual bagi umat Islam di sepanjang zaman. Salah satunya adalah peristiwa al-Khandaq atau Pengepungan Madinah, ketika kaum Muslimin berada dalam kondisi sangat terdesak, kelaparan, kehausan, dan ketakutan karena dikepung oleh pasukan besar dari Quraisy, Yahudi, dan kabilah-kabilah sekutu mereka.

Dalam keadaan demikian, Rasulullah ﷺ tidak hanya menyiapkan strategi militer, tetapi juga memperkuat benteng spiritual umat dengan doa. Beliau bangkit pada malam hari, menengadahkan tangan, dan memohon kepada Allah dengan doa yang begitu mendalam:

Doa Rasulullah ﷺ pada Pengepungan Madinah

اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، وَسَرِيعَ الْحِسَابِ، وَهَازِمَ الْأَحْزَابِ، اللَّهُمَّ زَلْزِلِ الْأَرْضَ مِنْ تَحْتِ أَقْدَامِ الْيَهُودِ الْمُغْتَصِبِينَ، يَا عَزِيزُ يَا كَرِيمُ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُودِ وَمَنْ هَاوَدَهُمْ، وَمَنْ نَاصَرَهُمْ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَكَ، اللَّهُمَّ أَرْسِلْ عَلَيْهِمْ جُنْدًا مِنْ عِنْدِكَ، مِنْ فَوْقِهِمْ، وَمِنْ تَحْتِهِمْ، وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ، وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ، وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ.

Teks Latin (Transliterasi)

Allāhumma munzila al-kitāb, wa mujriya as-saḥāb, wa sarī‘a al-ḥisāb, wa hāzima al-aḥzāb. Allāhumma zalzil al-arḍa min taḥti aqdāmi al-yahūdi al-muġtaṣibīn, yā ‘azīzu yā karīm. Allāhumma ‘alaika bil-yahūd wa man hāwadahum, wa man nāṣarahum. Allāhumma ‘alaika bihim fa-innahum lā yu‘jizūnak. Allāhumma arsil ‘alaihim jundan min ‘indika, min fauqihim, wa min taḥtihim, wa ‘an aimānihim, wa ‘an shamā’ilihim, wa khudhum akhdha ‘azīzin muqtadir.

Terjemahan Bahasa Indonesia

“Ya Allah, wahai Dzat yang menurunkan Kitab, yang mengalirkan awan, yang cepat hisab-Nya, yang mengalahkan golongan-golongan (al-Ahzab).

Ya Allah, guncangkanlah bumi dari bawah kaki orang-orang Yahudi yang merampas (tanah suci), wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Mulia.

Ya Allah, binasakanlah orang-orang Yahudi, dan siapa saja yang bersekutu dengan mereka, serta siapa yang menolong mereka.

Ya Allah, binasakanlah mereka, karena mereka sekali-kali tidak akan melemahkan-Mu.

Ya Allah, kirimkanlah kepada mereka tentara dari sisi-Mu, dari atas mereka, dari bawah mereka, dari kanan mereka, dan dari kiri mereka, lalu binasakanlah mereka dengan kebinasaan dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.”

Doa ini bukan hanya sebatas permintaan untuk mengalahkan musuh, melainkan sebuah pengakuan penuh akan kekuasaan Allah. Ia menjadi bukti bahwa kemenangan bukanlah hasil dari jumlah pasukan atau kekuatan senjata semata, tetapi karena pertolongan Allah.

Makna Doa Menurut Ulama

Para ulama klasik memberi penjelasan mendalam tentang makna doa ini:

  1. Tawassul dengan sifat Allah
    Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menegaskan bahwa doa ini menunjukkan adab dalam berdoa: mendahului permintaan dengan pujian kepada Allah melalui sifat-sifat-Nya yang agung.

    فيه التوسل إلى الله تعالى بصفاته، وذكر عظيم قدرته على ما يريد
    “Di dalamnya ada tawassul kepada Allah dengan sifat-sifat-Nya, dan pengakuan atas kebesaran kuasa-Nya dalam melakukan apa yang Dia kehendaki.”

  2. Permohonan guncangan bagi musuh
    Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa doa agar bumi diguncangkan di bawah kaki musuh bermakna memohon agar Allah melemahkan hati mereka, mencabut keberanian, dan menimbulkan kekacauan dalam barisan mereka.

  3. Doa kebinasaan bagi musuh yang menzalimi
    Imam al-Nawawi dalam Sharh Sahih Muslim menafsirkan doa اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ sebagai permintaan agar Allah membinasakan musuh yang secara nyata memerangi umat Islam. Bukan terhadap semua orang, melainkan hanya mereka yang melancarkan perang.

  4. Keyakinan mutlak pada kuasa Allah
    Ibn al-Qayyim dalam Zād al-Ma‘ād menegaskan bahwa kalimat فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَكَ adalah bentuk tauhid rububiyyah: pengakuan bahwa sehebat apa pun makar musuh, mereka tidak akan pernah mampu melemahkan kuasa Allah.

Kondisi Pengepungan Madinah

Pengepungan Madinah adalah masa paling kritis dalam sejarah Rasulullah ﷺ. Pasukan musyrikin Quraisy bersekutu dengan kabilah-kabilah besar Arab dan Yahudi Bani Quraizhah. Mereka membentuk koalisi besar—al-Ahzab—yang jumlahnya mencapai lebih dari 10.000 pasukan, sedangkan kaum Muslimin hanya sekitar 3.000 orang.

Situasi semakin sulit karena:

  • Persediaan makanan sangat terbatas.
  • Suhu dingin menusuk tulang.
  • Musuh mengepung dari berbagai arah.
  • Ada pengkhianatan dari dalam, yakni Bani Quraizhah yang sebelumnya terikat perjanjian damai dengan Rasulullah ﷺ.

Dalam kondisi yang hampir putus asa ini, doa Nabi ﷺ justru menjadi penguat hati para sahabat. Dan benar, Allah menjawab doa tersebut: Allah menurunkan angin kencang yang menghancurkan tenda musuh, memadamkan api mereka, dan menimbulkan ketakutan di hati mereka. Pasukan al-Ahzab pun tercerai-berai tanpa pertempuran besar.

Palestina Hari Ini: Cermin Pengepungan Madinah

Jika kita melihat Palestina hari ini, ada kesamaan mencolok dengan peristiwa Pengepungan Madinah. Gaza dikepung dari segala sisi: udara, laut, dan darat. Warga sipil menghadapi kelaparan, kehausan, kekurangan obat-obatan, serta tekanan psikologis akibat bombardir.

Musuh mereka bukan hanya satu pihak, tetapi koalisi besar negara-negara yang mendukung penjajahan, sama seperti al-Ahzab yang dulu bersekutu. Bahkan ada pula pihak-pihak dari dalam dunia Islam yang berkhianat, sebagaimana Bani Quraizhah dahulu.

Dalam kondisi ini, doa Rasulullah ﷺ seakan hidup kembali, menjadi relevan untuk umat Islam di abad ke-21. Kalimat:

اللَّهُمَّ زَلْزِلِ الْأَرْضَ مِنْ تَحْتِ أَقْدَامِ الْيَهُودِ الْمُغْتَصِبِينَ
“Ya Allah, guncangkanlah bumi di bawah kaki orang-orang Yahudi yang merampas (tanah suci)”

tidak sekadar doa, melainkan teriakan hati kaum tertindas yang berharap pada keadilan Allah.

Pesan Spiritual untuk Umat Islam

Dari doa ini, ada beberapa pesan penting untuk umat Islam hari ini:

  1. Jangan putus asa dari pertolongan Allah
    Sebesar apa pun kekuatan musuh, mereka tidak akan pernah mampu melemahkan Allah. Keyakinan ini harus menjadi pondasi keteguhan hati umat Islam.

  2. Perlawanan spiritual sama pentingnya dengan fisik
    Dalam Perang Khandaq, Rasulullah ﷺ tidak hanya menggali parit, tetapi juga menghidupkan malam dengan doa. Ini pelajaran bahwa kemenangan membutuhkan kekuatan iman dan doa.

  3. Kebersamaan dalam doa
    Rasulullah ﷺ berdoa di tengah malam, sementara para sahabat pun mengikutinya. Begitu pula umat Islam hari ini hendaknya bersatu dalam doa, memohon pertolongan Allah bagi saudara-saudara kita di Palestina.

  4. Kemenangan adalah janji Allah
    Sebagaimana Allah menghancurkan pasukan al-Ahzab tanpa pertempuran besar, demikian pula Allah mampu menolong Palestina dengan cara-cara yang tidak pernah disangka oleh manusia.

Penutup

Doa Rasulullah ﷺ pada malam pengepungan Madinah bukan hanya doa yang terikat waktu, tetapi sebuah warisan spiritual yang relevan sepanjang zaman. Ia menjadi senjata doa bagi setiap generasi Muslim yang menghadapi tirani, penjajahan, dan ketidakadilan.

Hari ini, doa itu kembali kita panjatkan, dengan keyakinan penuh bahwa:

فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَكَ

“Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan melemahkan-Mu (wahai Allah).”

Maka, bagi Palestina, doa Rasulullah ﷺ adalah cahaya harapan. Umat Islam di seluruh dunia bersatu mengulang doa yang sama, dengan harapan agar Allah menurunkan bala tentara-Nya, mengguncangkan kedzaliman, dan menegakkan keadilan di bumi-Nya.

Posting Komentar untuk "Doa Rasulullah ﷺ dalam Pengepungan Madinah dan Relevansinya dengan Palestina Hari Ini"