Notification

×

Iklan

Iklan

Curhatan Warganet, Posting Kematian Charlie Kirk Justru Dipenuhi 1,8 RB Tanda Tawa

Minggu | September 14, 2025 WIB | 0 Views
Curhatan Warganet, Posting Kematian Charlie Kirk Justru Dipenuhi 1,8 RB Tanda Tawa

Fikroh.com - Media sosial kembali menjadi sorotan setelah seorang pengguna Facebook meluapkan kekecewaannya. Ia mengaku postingannya terkait meninggalnya Charlie Kirk, tokoh konservatif Amerika yang dikenal vokal dalam isu politik, justru dibanjiri reaksi tertawa (laugh react) hingga lebih dari 1.800 kali.

Dalam unggahan curhatnya, pengguna tersebut menuliskan betapa menjijikkan rasanya melihat begitu banyak orang tertawa atas kematian seseorang. Ia menilai, tindakan itu menunjukkan betapa rendahnya rasa kemanusiaan sebagian warganet.

“Betapa menjijikkan bahwa postingan saya mendapat 1,8 ribu react tertawa atas kematian seseorang. Pergilah lihat nama-nama orang yang bersorak gembira itu. Dan kamu masih ingin berdiri membela orang-orang dengan mentalitas seperti itu, padahal mereka juga akan bergembira saat kamu mati?” tulisnya penuh emosi.

Ia menambahkan, fenomena ini bukan sekadar soal perbedaan pandangan, melainkan cermin dari krisis moral yang semakin mengkhawatirkan. “Sungguh, sangat menyedihkan bahwa kemanusiaan telah jatuh begitu rendah. Ini adalah masa-masa yang sangat mengkhawatirkan,” lanjutnya.
 

Reaksi Warganet


Curhatan ini memicu perdebatan di lini masa. Sebagian besar mengaku ikut prihatin dan menilai bahwa memberikan tanda tawa atas kabar duka adalah sikap tidak berperikemanusiaan. Namun, ada juga yang menilai reaksi itu sebagai bentuk satire politik terhadap sosok Charlie Kirk, yang selama hidupnya dikenal sebagai figur kontroversial di Amerika Serikat.

Seorang pengamat media sosial menilai fenomena ini menunjukkan “normalisasi” perilaku merayakan kematian lawan politik atau orang yang tidak disukai. “Ketika empati hilang dari ruang digital, orang mudah melihat kematian sebagai bahan lelucon atau kepuasan, padahal ini sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan sosial,” ujarnya.
 

Tren Negatif di Media Sosial


Fenomena laugh react pada kabar kematian sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kasus serupa di mana kabar duka tokoh publik justru dipenuhi reaksi bernada ejekan. Hal ini memperlihatkan bagaimana algoritma dan kebebasan berekspresi sering kali membuka ruang bagi perilaku tidak etis.


 
Para pakar komunikasi menyarankan agar warganet lebih bijak dalam bereaksi. Reaksi cepat dengan satu klik, meski tampak sepele, dapat melukai perasaan keluarga korban dan memicu konflik sosial yang lebih luas.
 

Kekhawatiran Akan Hilangnya Empati


Curhat pengguna Facebook ini menjadi pengingat bahwa di balik layar gawai, ada manusia dengan perasaan. Jika kabar duka diperlakukan sebagai bahan tawa, maka yang dipertaruhkan bukan hanya nama baik almarhum, tetapi juga martabat kemanusiaan itu sendiri.

Kasus kematian Charlie Kirk dan reaksi yang menyertainya pun mengundang refleksi: apakah media sosial saat ini telah kehilangan sentuhan kemanusiaan? Ataukah justru sedang menjadi cermin dari realitas masyarakat yang semakin terpolarisasi dan keras?

Yang jelas, curhatan tersebut mengajak kita untuk menata kembali etika dalam bermedia sosial—agar simpati dan empati tidak lenyap, meski di dunia digital yang serba cepat dan penuh perbedaan.

Sumber: fikroh.com
×
Berita Terbaru Update