Netanyahu: Kata "Kemenangan" Hilang dari Kamus IDF
Dalam wawancara dengan media Amerika Serikat, Newsmax, Netanyahu menyatakan:
“Satu kata telah hilang dari kamus IDF — dan kata itu adalah kemenangan.”
Pernyataan ini menjadi pukulan telak, sebab sebelumnya sangat mustahil seorang pemimpin Israel mengakui kelemahan pasukan militernya sendiri. Kini, kalimat itu menjadi simbol kegagalan sebuah proyek kolonialisme yang terus dipaksakan di tanah Palestina.
Pejabat Keamanan Israel Angkat Tangan
Tak hanya Netanyahu, sejumlah mantan pejabat keamanan Israel juga mulai mendesak agar perang segera dihentikan. Mereka menilai Israel tidak hanya kehilangan arah di Gaza, tetapi juga kehilangan wajah di mata komunitas internasional.
Mantan kepala Mossad, Tamir Pardo, bahkan menegaskan bahwa Israel berada di ambang kekalahan. Menurutnya, Israel gagal meskipun memiliki kekuatan militer modern, sementara para pejuang Gaza bertahan dengan senjata sederhana, tanpa jet tempur, tanpa tank, namun dengan tekad kuat membela kemuliaan Baitul Maqdis serta mempertahankan martabat dunia Islam.
Krisis Moral di Tubuh Tentara Israel
Lebih jauh, laporan dari Tel Aviv menyebutkan krisis moral serius melanda tentara Israel. Pekan lalu, sekelompok prajurit dilaporkan menginterupsi rapat Komite Keamanan Nasional.
Namun, kedatangan mereka bukan untuk melaporkan kemenangan, melainkan memohon agar parlemen segera menangani lonjakan kasus bunuh diri di kalangan pasukan. Fenomena ini menjadi cermin dari beban moral berat yang ditanggung tentara dalam menjalankan perang yang disebut banyak pihak sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.
Simbol Kegagalan Proyek Penjajahan
Pengakuan Netanyahu ini kian memperkuat pandangan bahwa proyek kolonialisme Israel di Gaza tidak hanya gagal secara militer, tetapi juga gagal secara politik dan moral. Dunia internasional semakin gencar mengkritik agresi Israel, sementara dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina terus meningkat.
Kesimpulan
Pengakuan Netanyahu tentang hilangnya kata kemenangan dari kamus militer Israel merupakan babak baru dalam sejarah panjang konflik Palestina. Fakta bahwa tentara Israel sendiri mengalami keputusasaan, bahkan hingga bunuh diri massal, menunjukkan bahwa perang bukan sekadar tentang senjata dan teknologi, melainkan juga tentang moral, tekad, dan keadilan.
Bagi rakyat Palestina, ini menjadi bukti bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia. Dan bagi dunia, peristiwa ini adalah pengingat bahwa penindasan dan kolonialisme, cepat atau lambat, pasti akan runtuh.