Kumpulan Hadits Tentang Tauhid (Arab dan Artinya)

Kumpulan Hadits Tentang Tauhid (Arab dan Artinya)

Fikroh.com - Tauhid artinya mengesakan Allah baik dalam rububiyyah, uluhiyyah maupun asmaa’ wa shifat. Tauhid dalam rububiyyah maksudnya meyakini bahwa Allah adalah Rabbul ‘aalamin, yakni yang menciptakan, yang memberi rezeki, yang mengatur, yang mengurus dan menguasai alam semesta. Tauhid dalam uluhiyyah maksudnya, mengarahkan segala macam ibadah hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, seperti berdoa, ruku dan sujud, menyembah, berkurban, meminta pertolongan dan perlindungan, dsb. 

Sedangkan tauhid dalam Asmaa’ wa Shifat adalah dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang Allah tetapkan dalam Al Qur’an dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetapkan dalam As Sunnah tanpa menta’wil, mentamtsil (menyerupakan dengan makhluk), menta’thil (meniadakan) dan mentakyif (menanyakan bagaimana hakikatnya), serta mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan (lihat ‘Aqidatut Tauhid oleh Dr. Shalih Al Fauzan).

Berikut ini kumpulan hadits -hadits shahih yang memuat berbagai keterangan tentang tauhid, seperti keutamaan tauhid, kandungan makna tauhid, hakikat tauhid, dan lain sebagainya. Semoga himpunan hadits tauhid ini bermanfaat bagi segenap kaum muslimin untuk menambah keimanan dan ketauhidan mereka.

Tauhid Adalah Hak Allah Yang Harus Dipenuhi Hamba


عَنْ مُعَاذٍ - رضى الله عنه - قَالَ : كُنْتُ رِدْفَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ ، فَقَالَ :« يَا مُعَاذُ ، هَلْ تَدْرِى حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ ؟ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ ؟ » . قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ :« فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِه شَيْئاً ، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً » . فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَفَلاَ أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ ؟ قَالَ :« لاَ تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا ». 

Dari Mu’adz radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Aku pernah dibonceng Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas sebuah keledai yang bernama ‘Ufair, lalu Beliau bersabda, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah yang wajib dipenuhi hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba yang pasti dipenuhi Allah?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hak hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku beritahukan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab, “Tidak perlu kamu sampaikan, nanti mereka akan bersandar." (HR. Bukhari dan Muslim)

Keutamaan Tauhid, Dimana Dosa-Dosa Dapat Terhapus Olehnya


عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ » 

Dari Ubadah bin Ash Shaamit radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang  siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, demikian pula bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan dengan tiupan ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga adalah benar dan neraka adalah benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga bagaimana pun amal yang dikerjakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mengamalkan Tauhid Dengan Sebenar-benarnya Dapat Memasukkan Seseorang Ke Surga Tanpa Hisab


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « عُرِضَتْ عَلَىَّ الأُمَمُ ، فَجَعَلَ النَّبِىُّ وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ الرَّهْطُ ، وَالنَّبِىُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ ، حَتَّى رُفِعَ لِى سَوَادٌ عَظِيمٌ ، قُلْتُ : مَا هَذَا ؟ أُمَّتِى هَذِهِ ؟ قِيلَ : هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ . قِيلَ : انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ . فَإِذَا سَوَادٌ يَمْلأُ الأُفُقَ ، ثُمَّ قِيلَ لِى : انْظُرْ هَاهُنَا وَهَاهُنَا فِى آفَاقِ السَّمَاءِ فَإِذَا سَوَادٌ قَدْ مَلأَ الأُفُقَ قِيلَ هَذِهِ أُمَّتُكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ هَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ ، ثُمَّ دَخَلَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَهُمْ فَأَفَاضَ الْقَوْمُ وَقَالُوا : نَحْنُ الَّذِينَ آمَنَّا بِاللَّهِ ، وَاتَّبَعْنَا رَسُولَهُ ، فَنَحْنُ هُمْ أَوْ أَوْلاَدُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا فِى الإِسْلاَمِ ؟ فَإِنَّا وُلِدْنَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ . فَبَلَغَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ فَقَالَ : هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَلاَ يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ » . فَقَالَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ : أَمِنْهُمْ أَنَا يا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ :« نَعَمْ » . فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ : أَمِنْهُمْ أَنَا ؟ قَالَ :« سَبَقَكَ عُكَّاشَةُ » . 

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Umat-umat ditunjukkan kepadaku, lalu ada seorang dan dua orang nabi yang lewat dengan beberapa orang pengikut, dan ada seorang nabi tanpa seorang pun pengikut. Kemudian ditampakkan kepadaku sejumlah besar orang. Aku bertanya, "Apa ini? Apakah ini umaku?” Maka dikatakan, “Ini adalah Musa dan kaumnya.” Kemudian dikatakan (kepadaku), “Lihatlah ke ufuk (ujung langit)!” Maka tampak sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Lalu dikatakan kepadaku, “Lihatlah ke sebelah sana dan sebelah situ di beberapa ufuk langit!” Ternyata ada pula sejumlah besar orang yang memenuhi ufuk. Maka dikatakan (keadaku), “Ini umatmu, dan dari mereka itu ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.” Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah dan tidak menerangkan kepada para sahabat (siapa mereka itu). Maka orang-orang sibuk membicarakan. (Di antara mereka) ada yang berkata, “Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, maka mungkin mereka itu adalah kita atau anak-anak kita yang lahir di atas Islam, karena kita lahir di atas Jahiliyyah?” Maka sampailah berita itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau pun keluar dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah (dijampi-jampi penyakitnya), tidak merasa sial (dengan sesuatu), tidak mengobati luka mereka dengan besi panas dan bertawakkal kepada Tuhan mereka.” Lalu Ukkasyah bin Muhshan berkata, “Apakah aku termasuk mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya.” Lalu ada lagi yang berdiri dan berkata, “Apakah aku juga termasuk mereka?” Beliau menjawab, “Kamu telah didahului oleh Ukkasyah.”    (HR. Bukhari dan Muslim)

Takut Terhadap Syirk


عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً.   

Dari Mahmud bin Labid ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kamu adalah syirk kecil.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa syirk kecil itu?” Beliau menjawab, “Riya (beramal agar dipuji manusia). Sesungguhnya Allah Tabaaraka wa Ta'aala akan berfirman pada hari manusia dibalas dengan amalnya, “Pergilah kamu kepada orang-orang yang kamu riya’ (kepada mereka) dengan amalmu di dunia. Lihatlah! Apakah kamu mendapatkan balasan dari mereka.”   [HR. Ahmad, dan dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 1555].

Menjaga Tauhid Hingga Akhir Hayat


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia masuk surga, dan barang siapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan masuk neraka.” [HR. Muslim].

Penyesalan Penghuni Neraka Akibat Menolak Tauhid


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِأَهْوَنِ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا لَوْ كَانَتْ لَكَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا أَكُنْتَ مُفْتَدِيًا بِهَا فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَقُولُ قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ هَذَا وَأَنْتَ فِي صُلْبِ آدَمَ أَنْ لَا تُشْرِكَ أَحْسِبُهُ قَالَ وَلَا أُدْخِلَكَ النَّارَ فَأَبَيْتَ إِلَّا الشِّرْكَ 

Dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Beliau bersabda: Allah Tabaaraka wa Ta'aala berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan azabnya, “Jika seandainya dunia serta seisinya milikmu, maukah kamu menebus dirimu dengannya?” Ia menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Sungguh, Aku telah menginginkan darimu yang lebih ringan dari itu ketika kamu masih di tulang shulbi Adam, yaitu agar kamu tidak berbuat syirk –rawi hadits ini berkata, “Saya kira Beliau menyebutkan pula firman-Nya (dalam hadits qudsi ini), “Dan Aku tidak akan memasukkan kamu ke neraka. Tetapi kamu tidak menginginkan selain berbuat syirk.” [HR. Muslim].

Tauhid, Prioritas Utama Dalam Dakwah


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مُعَاذًا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ  

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Mu’adz berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutusku (ke Yaman), Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi segolongan Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian Laailaahaillallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari-semalam. Jika mereka menaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang yang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang yang fakir di antara mereka. Jika mereka menaatimu juga dalam hal itu, maka hindarilah harta pilihan mereka, dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Keagungan Tauhid


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ نُوحًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ لِابْنِهِ إِنِّي قَاصٌّ عَلَيْكَ الْوَصِيَّةَ آمُرُكَ بِاثْنَتَيْنِ وَأَنْهَاكَ عَنْ اثْنَتَيْنِ آمُرُكَ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَّةٍ رَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ كُنَّ حَلْقَةً مُبْهَمَةً قَصَمَتْهُنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فَإِنَّهَا صَلَاةُ كُلِّ شَيْءٍ وَبِهَا يُرْزَقُ الْخَلْقُ وَأَنْهَاكَ عَنْ الشِّرْكِ وَالْكِبْرِ قَالَ قُلْتُ أَوْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الشِّرْكُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الْكِبْرُ قَالَ أَنْ يَكُونَ لِأَحَدِنَا نَعْلَانِ حَسَنَتَانِ لَهُمَا شِرَاكَانِ حَسَنَانِ قَالَ لَا قَالَ هُوَ أَنْ يَكُونَ لِأَحَدِنَا حُلَّةٌ يَلْبَسُهَا قَالَ لَا قَالَ الْكِبْرُ هُوَ أَنْ يَكُونَ لِأَحَدِنَا دَابَّةٌ يَرْكَبُهَا قَالَ لَا قَالَ أَفَهُوَ أَنْ يَكُونَ لِأَحَدِنَا أَصْحَابٌ يَجْلِسُونَ إِلَيْهِ قَالَ لَا قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا الْكِبْرُ قَالَ سَفَهُ الْحَقِّ وَغَمْصُ النَّاسِ

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Nabiyyullah Nuh ‘alaihis salam ketika akan meninggal berkata kepada anaknya, “Sesungguhnya aku akan menyampaikan wasiat kepadamu; aku perintahkan kamu dua hal dan aku larang kamu dua hal. Aku perintahkan kamu dengan Laailaahaillallah, karena langit yang tujuh dan bumi yang tujuh jika diletakkan di satu daun timbangan, sedangkan Laailaahaillallah diletakkan di daun timbangan yang lain tentu lebih berat Laailaahaillallah, dan sekiranya langit yang tujuh dan bumi yang tujuh adalah lingkaran yang tertutup, tentu akan dibuka oleh Laailaahaillallah. Demikian juga aku memerintahkan kamu dengan Subhaanallah wabihamdih, karena ia adalah shalat segala sesuatu dan dengannya makhluk diberi rezeki. Aku juga melarang kamu dari berbuat syirk dan sombong.” Aku (Abdullah bin ‘Amr) berkata atau ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, syirk telah kami ketahui, lalu apa itu sombong, apakah ketika salah seorang di antara kami memiliki dua sandal yang bagus dengan kedua talinya yang bagus (adalah kesombongan)?” Beliau menjawab, “Tidak.” Lalu ada yang berkata lagi, “Apakah sombong itu jika salah seorang di antara kami memiliki pakaian (indah) yang ia pakai?” Beliau menjawab, “Tidak.” Lalu ada yang berkata, “Apakah sombong itu jika salah seorang di antara kami memiliki hewan kendaraan yang ia naiki?” Beliau menjawab, “Tidak.” Lalu ada yang berkata, “Apakah sombong itu jika salah seorang di antara kami memiliki kawan-kawan dimana mereka duduk-duduk menghadapnya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Lalu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, lalu apa sombong itu?” Beliau menjawab, “Merendahkan kebenaran dan meremehkan manusia.”   [HR. Ahmad, dishahihkan oleh Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi. Al Haitsami berkata, “Para perawi Ahmad adalah tsiqah.” Al Albani dalam Ash Shahihah (1/210) berkata, “Dan sanadnya shahih.”].

Tauhid Memberatkan Timbangan


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الخَلَائِقِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ البَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الحَافِظُونَ؟ فَيَقُولُ: [ص:25] لَا يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَفَلَكَ عُذْرٌ؟ فَيَقُولُ: لَا يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً، فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ اليَوْمَ، فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ: احْضُرْ وَزْنَكَ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ البِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ، فَقَالَ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ "، قَالَ: «فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ البِطَاقَةُ، فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ»

Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Aash ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memisahkan salah seorang dari umatku di hadapan banyak mahkluk pada hari Kiamat, lalu dibukalah 99 catatan amal yang besar, masing-masing catatan amal (panjang dan lebarnya) sejauh pandangan mata, lalu Allah berfirman, “Apakah kamu mengingkari hal ini? Apakah para pencatat-Ku yang selalu menjaga (amalmu) menzalimimu?" Dia berkata, “Tidak, wahai Tuhanku.” Allah berfirman, “Apakah kamu punya alasan?" Ia menjawabnya, “Tidak, wahai Tuhanku.” Allah pun berfirman, “Sebenarnya kamu memiliki kebaikan pada sisi Kami, pada hari ini kamu tidak akan dizalimi,” lalu dikeluarkanlah sebuah lembaran yang tertulis di situ, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”, Allah berfirman, “Siapkan timbangan!”  Ia pun berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana lembaran ini bisa mengalahkan berat catatan-catatan amal (buruk).” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu tidak akan dizalimi.” Kemudian ditaruhlah catatan-catatan amal buruk di daun timbangan yang satu sedangkan lembaran yang tadi ditaruh di daun timbangan yang satu lagi, maka tiba-tiba catatan-catatan amal buruk menjadi ringan dan lembaran tadi menjadi berat. Oleh karena itu tidak ada sesuatu pun yang berat jika dihadapkan dengan nama Allah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim, dan Baihaqi dalam Asy Syu'ab dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1776)

Tafsiran Tauhid


عَنْ أَبِي مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

Dari Abu Malik, dari bapaknya ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengucapkan Laailaahaillallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka terpeliharalah darah dan hartanya, dan hisabnya (terhadap urusan batinnya) terserah kepada Allah.” [HR. Muslim].

Termasuk Syirk Memakai Kalung, Benang Dan Semisalnya Untuk Menolak Bahaya


عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَك

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al Juhanniy, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah didatangi oleh sekelompok orang, lalu Beliau membai’at sembilan orangnya dan tidak membai’at seseorang, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau membai’at sembilan orang dan tidak membai’at orang ini.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya ia memakai tamimah (jimat).” Maka Beliau memasukkan tangannya, lalu memutuskannya kemudian membai’atnya. Beliau bersabda, “Barang siapa mengalungkan jimat, maka ia telah berbuat syirk.” [HR. Ahmad dan Hakim. Al Mundziri dalam At Targhib dan Al Haitsami dalam Al Majma’ berkata, “Para perawi Ahmad adalah tsiqah.” Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah (492)].

Tentang Ruqyah Dan Tamimah


عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتَّوْلَةَ شِرْكٌ.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ruqyah (mantera-mantera), jimat dan susuk adalah syirk.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 1632)

Tentang Mengalungkan Sesuatu Ke Leher Manusia Atau Hewan Dengan Tujuan Menghindarkan Bahaya


عَنِ رُوَيْفِعِ بْنَ ثَابِتٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رُوَيْفِعُ لَعَلَّ الْحَيَاةَ سَتَطُولُ بِكَ بَعْدِي فَأَخْبِرْ النَّاسَ أَنَّهُ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ أَوْ تَقَلَّدَ وَتَرًا أَوْ اسْتَنْجَى بِرَجِيعِ دَابَّةٍ أَوْ بِعَظْمٍ فَإِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَرِيءٌ مِنْهُ

Dari Ruwaifi’ bin Tsabit Al Anshaariy ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku, “Wahai Ruwaifi’, semoga kamu berumur panjang setelahku. Beritahukanlah kepada manusia, bahwa barang siapa yang mengikat janggutnya, memasang tali busur (di lehernya atau leher hewannya dengan maksud menghindarkan bahaya), beristinja’ dengan kotoran hewan atau tulang, maka sesungguhnya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas diri darinya.” (HR. Ahmad dan Nasa’i dengan isnad yang shahih. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 7787).

Tidak Dibenarkan Bertabarruk (Cari Berkah) Kepada Pohon, Batu Dan Semisalnya


عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

Dari Abu Waaqid Al Laitsi, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika keluar menuju Hunain melewati sebuah pohon milik kaum musyrikin yang bernama “Dzat Anwath”, dimana mereka (kaum musyrikin) menggantungkan senjata mereka di atasnya (untuk cari berkah), lalu kaum muslimin berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka memiliki Dzat Anwath.” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Subhaanallah! Hal ini sama seperti ucapan kaum Musa kepada Musa, “Jadikanlah untuk kami sembahan sebagaimana mereka mempunyai sembahan.” Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh kamu akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kamu.” (HR. Tirmidzi dan ia menshahihkannya, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi no. 2180).

Tentang Menyembelih Untuk Selain Allah Subhaanahu Wa Ta’ala


عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ قَالَ قُلْنَا لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَخْبِرْنَا بِشَيْءٍ أَسَرَّهُ إِلَيْكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا أَسَرَّ إِلَيَّ شَيْئًا كَتَمَهُ النَّاسَ وَلَكِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُولُ لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ الْمَنَارَ

Dari Abuth Thufail ia berkata: Kami berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang dirahasiakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepadamu!” Dia menjawab, “Beliau tidak merahasiakan sesuatu kepadaku yang Beliau sembunyikan dari manusia yang lain, akan tetapi aku mendengar Beliau bersabda, “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku kejahatan. Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, dan Allah melaknat orang yang merubah batas tanah.” (HR. Muslim)

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Oleh: Marwan bin Musa
Maraji': Kitabut Tauhid (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), Maktabah Syamilah, Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam), dll.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama