Fikroh.com - Kairo, 25 Agustus 2025 – Mesir meningkatkan kesiagaan militernya dengan mengerahkan sekitar 40.000 tentara, tank, kendaraan lapis baja, dan sistem pertahanan udara di sepanjang perbatasan Gaza-Sinai, khususnya di wilayah Rafah dan Sinai Utara. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kekhawatiran atas rencana operasi militer Israel di Jalur Gaza yang dapat memicu eksodus massal warga Palestina ke wilayah Mesir.
Menurut sumber militer senior yang dikutip Middle East Eye, pengerahan pasukan ini merupakan perintah langsung dari Presiden Abdel Fattah el-Sisi setelah rapat darurat dengan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata dan Dewan Keamanan Nasional. Pasukan tersebut ditempatkan di Zona C, wilayah yang berbatasan langsung dengan Gaza, dengan jumlah hampir dua kali lipat dari yang diizinkan dalam Perjanjian Damai Mesir-Israel 1979. “Tentara Mesir berada dalam kondisi siaga tertinggi yang pernah terlihat dalam beberapa tahun,” ujar sumber tersebut.
Mesir menegaskan bahwa mobilisasi ini bersifat defensif, bertujuan mengamankan perbatasan dari potensi krisis kemanusiaan. Gubernur Sinai Utara, Khaled Megawer, memperingatkan bahwa setiap upaya mendekati perbatasan Mesir akan menghadapi “respons yang tak terduga dan keras.” Kairo khawatir operasi Israel, terutama di Rafah, dapat mendorong jutaan pengungsi Palestina menyeberang ke Sinai, mengulang tragedi Nakba 1948.
Presiden el-Sisi berulang kali menolak skenario relokasi warga Palestina ke Sinai, menyebutnya sebagai ancaman terhadap kedaulatan Mesir dan hak rakyat Palestina atas tanah mereka. “Kami tidak akan pernah menerima pengusiran warga Palestina dari Gaza,” tegasnya. Penolakan ini juga didukung masyarakat lokal Sinai dan para pemimpin suku, yang menegaskan bahwa wilayah mereka tidak akan menjadi “tanah air alternatif” bagi Palestina.
Selain ancaman kemanusiaan, Mesir juga menghadapi risiko keamanan di Sinai Utara, yang selama ini menjadi arena operasi kelompok militan. Kehadiran pengungsi dalam jumlah besar dikhawatirkan dapat memperburuk situasi keamanan, ditambah tantangan logistik dan krisis sosial karena infrastruktur Sinai yang terbatas.
Pengerahan militer ini juga mencakup 40 tank dan kendaraan tempur infanteri yang telah ditempatkan sejak Februari 2024, menjelang operasi Israel di Rafah. Mesir telah memperkuat perbatasan dengan tembok beton setinggi enam meter dan kawat berduri, serta meningkatkan pengawasan untuk mencegah penyelundupan.
Di tengah ketegangan, Mesir tetap berupaya menjaga hubungan diplomatik dengan Israel, meski relasi kedua negara berada di titik terendah akibat tuduhan pelanggaran Perjanjian Damai, khususnya terkait penguasaan Koridor Philadelphi oleh Israel. Kairo menegaskan bahwa menerima pengungsi Gaza sama dengan melegitimasi strategi Israel untuk mengosongkan Gaza, yang akan merusak reputasi Mesir di dunia Arab.
Eskalasi ini menjadi ujian bagi Mesir dalam menjaga keseimbangan antara keamanan nasional, peran diplomatik, dan solidaritas terhadap Palestina. Dunia kini memantau langkah Mesir di tengah ancaman konflik yang semakin memanas di kawasan.
Penulis: Tim RedaksiSumber: Middle East Eye, Tribunnews, SINDOnews
Posting Komentar untuk "Mencegah Eksodus Warga Gaza, Mesir Kerahkan 40 Ribu Pasukan di Perbatasan Jelang Serangan Israel"