Alih-alih mendukung perjuangan rakyat Gaza, kelompok ini justru melancarkan kritik tajam terhadap Hamas dan sayap militernya, Brigade Izzuddin al-Qassam. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan polemik di dunia Islam, tetapi juga menarik perhatian media-media Israel, yang menyoroti bagaimana sebagian ulama Madkhali secara terang-terangan menyerang perlawanan Palestina.
Asal Usul dan Karakteristik Madkhalisme
Gerakan Salafi Madkhali berakar dari Arab Saudi pada awal 1990-an, dipelopori oleh Rabi’ al-Madkhali. Ciri utama manhaj ini dapat diringkas dalam dua prinsip:
- Kesetiaan mutlak kepada penguasa – setiap rezim yang berkuasa harus ditaati sepenuhnya, tanpa kritik terbuka.
- Permusuhan terhadap oposisi Islamis – segala bentuk gerakan Islam politik, khususnya Ikhwanul Muslimin (IM), dianggap sebagai ancaman yang harus dilawan.
Dengan orientasi tersebut, Madkhalisme sering berperan sebagai “pembela rezim” sekaligus “penyerang oposisi”, terutama kelompok Islam yang mendorong perubahan politik.
Peran dalam Arab Spring
Ketika Arab Spring meletus pada 2011, gerakan Madkhali konsisten berdiri di sisi rezim dan menolak gerakan rakyat. Mereka menentang revolusi di Mesir, Suriah, dan Libya. Bahkan, di Libya, kelompok Madkhali secara terbuka mendukung Khalifa Haftar, pemimpin kudeta militer yang menumpas revolusi rakyat.
Dengan sikap itu, Madkhalisme dipandang sebagai salah satu instrumen yang membantu menggagalkan gelombang perubahan politik di dunia Arab.
Permusuhan terhadap Hamas
Setelah operasi besar “Thoufan al-Aqsa” (Badai Al-Aqsa) pada Oktober 2023, yang dilakukan Hamas sebagai respons terhadap pelanggaran Israel di Masjid Al-Aqsa, sejumlah tokoh Madkhali menyebarkan fatwa dan komentar yang menyudutkan Hamas.
Beberapa di antaranya:
- Seorang syekh asal Saudi menyebut Hamas sebagai “entitas keburukan sejati” yang menyebabkan penderitaan rakyat Gaza.
- Ulama dari Bahrain menuduh Hamas sebagai “teroris, Ikhwanul Muslimin, dan Khawarij”, serta menyalahkan mereka atas kehancuran Gaza.
- Sheikh Mohammed Raslan dari Mesir menyatakan Hamas adalah “produk Yahudi-Amerika” dan menyamakan mereka dengan Khawarij kontemporer.
- Sheikh Ibrahim al-Muhaimeed dari Saudi bahkan mengatakan bahwa perang di Gaza hanyalah “jihad demi setan” dan bukan jihad syar’i.
Komentar-komentar seperti ini tersebar luas di media sosial, memperlihatkan betapa kerasnya serangan ideologis Madkhalisme terhadap gerakan perlawanan Palestina.
Posisi Politik yang Sejalan dengan Israel
Pernyataan kontroversial tokoh-tokoh Madkhali tersebut mendapat perhatian dari media Israel. The Times of Israel, misalnya, menulis artikel berjudul: “Apakah Madkhalisme Teman Israel?” (28 Desember 2023).
Artikel itu menyebutkan bahwa:
- Gerakan Madkhali memandang normalisasi dengan Israel bukanlah masalah.
- Madkhalisme sejalan dengan strategi Israel, karena menolak revolusi, menolak perlawanan, dan mendukung rezim Arab pro-Tel Aviv.
- Dalam pandangan penulis, Madkhalisme bahkan lebih bermanfaat bagi Israel dibanding dukungan yang datang dari partai-partai sekuler Barat.
Dengan kata lain, Madkhalisme dianggap sebagai “aset strategis” bagi Israel, karena membantu melemahkan perlawanan Islam dari dalam dunia Arab sendiri.
Kesimpulan
Fenomena Salafi Madkhali menunjukkan bahwa tidak semua kelompok yang berbicara atas nama Islam berdiri bersama Palestina. Dengan doktrin ketaatan mutlak kepada penguasa dan permusuhan terhadap gerakan Islam politik, Madkhalisme telah mengambil posisi yang sering kali sejalan dengan kepentingan rezim Arab pro-Israel, bahkan dengan strategi Israel sendiri.
Bagi Israel, Madkhalisme menjadi keuntungan ganda:
- Melemahkan legitimasi perjuangan Hamas dan kelompok perlawanan lainnya.
- Menguatkan rezim Arab yang siap menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv.
Pada akhirnya, sikap Salafi Madkhali yang menyerang Hamas dan menolak perlawanan Palestina menimbulkan pertanyaan serius: sejauh mana gerakan ini benar-benar mewakili semangat Islam, dan sejauh mana ia telah berubah menjadi instrumen politik yang justru menguntungkan musuh umat?
Diterjemahkan dan disusun ulang dari artikel asli di Al-Estiklal: tautan sumber
Posting Komentar