Kisah Islami yang Cocok Untuk Bayi Dalam Kandungan

Kisah Islami yang Cocok Untuk Bayi Dalam Kandungan


Fikroh.com
- Apakah Anda sedang mencari cerita untuk bayi dalam kandungan? Jika iya, maka Anda berada di tempat yang tepat. Banyak penelitian dan pengalaman orang tua membuktikan bahwa janin sudah dapat merespons suara sejak usia kehamilan tertentu. Membacakan cerita sejak dalam kandungan bukan hanya menenangkan bayi dengan irama suara ibu atau ayah, tetapi juga menumbuhkan ikatan emosional yang hangat antara orang tua dan calon buah hati. Cerita-cerita islami yang penuh nilai kebaikan, doa, serta kata-kata yang lembut akan menjadi bekal indah bagi perkembangan jiwa bayi sejak dini.

Berikut ini cerita islami untuk si buah hati yang masih dalam kandungan.

Kisah Delapan Dirham

Pada suatu hari yang cerah di kota Madinah, Rasulullah ﷺ berangkat menuju pasar. Beliau berjalan dengan tenang, wajahnya berseri-seri, dan setiap orang yang melihat beliau selalu merasa damai. Rasulullah ﷺ berniat membeli beberapa kebutuhan rumah tangga serta bahan makanan untuk keluarganya.

Pasar Madinah hari itu begitu ramai. Suara orang-orang yang berjual beli terdengar di sana-sini. Ada pedagang kurma yang memanggil pembeli, ada penjual kain yang merapikan dagangannya, dan ada pula orang-orang yang sedang menawar harga dengan riang. Di tengah keramaian itu, Rasulullah ﷺ mendengar suara tangisan pelan.

Beliau segera mencari asal suara itu, dan ternyata ada seorang budak kecil sedang duduk di sudut pasar sambil menangis tersedu-sedu. Wajahnya tampak murung, matanya sembab, dan tangannya gemetar. Rasulullah ﷺ, dengan hati yang penuh kasih sayang, menghampirinya.

“Wahai anakku, mengapa engkau menangis?” tanya Rasulullah ﷺ dengan suara lembut.

Budak kecil itu menoleh, terkejut melihat orang yang menegurnya. Ia pun berkata, “Aku menangis, ya Rasulullah, karena uang yang dititipkan majikanku untuk berbelanja telah hilang. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku takut sekali.”

Rasulullah ﷺ mendengarkan dengan penuh perhatian. Beliau tahu, budak kecil itu sangat takut dimarahi. Lalu dengan senyum penuh ketenangan, Rasulullah ﷺ merogoh sakunya dan mengeluarkan uang sebanyak delapan dirham, jumlah yang sama dengan uang yang hilang.

“Ambillah uang ini, wahai anakku. Gunakanlah untuk membeli kebutuhan majikanmu,” ujar beliau sambil menyerahkan uang itu dengan tangan penuh kasih.

Budak kecil itu menerima uang tersebut. Namun, anehnya, ia tetap menangis. Rasulullah ﷺ heran, lalu bertanya kembali, “Mengapa engkau masih menangis, padahal uang majikanmu sudah kembali?”

Sambil terisak, budak itu berkata, “Aku tetap takut, ya Rasulullah. Walaupun uang ini bisa kupakai, tapi aku sudah terlalu lama. Aku takut majikanku marah karena aku terlambat pulang.”

Mendengar jawaban itu, Rasulullah ﷺ tersenyum lembut. Beliau tidak ingin budak kecil itu terus merasa sedih. Maka, Rasulullah ﷺ memutuskan untuk menemaninya pulang. Dengan penuh kesabaran, beliau berjalan bersama budak itu menuju rumah majikannya.

Sesampainya di depan rumah, budak itu menundukkan kepala, masih merasa takut. Namun Rasulullah ﷺ berdiri di sampingnya, lalu mengetuk pintu dengan sopan. Sang majikan keluar, terkejut melihat siapa yang datang bersama budaknya.

“Assalamu’alaikum,” sapa Rasulullah ﷺ.

“Wa’alaikumussalam… Ya Rasulullah! Mengapa engkau datang ke rumahku?” tanya sang majikan, keheranan.

Rasulullah ﷺ lalu menjelaskan dengan tenang, “Budakmu ini tadi menangis di pasar. Ia kehilangan uang yang engkau titipkan, lalu merasa sangat takut. Maka aku membantunya dengan mengganti uang itu. Dan kini aku mengantarkannya kembali kepadamu.”

Sang majikan terdiam. Ia menatap budaknya, lalu menatap Rasulullah ﷺ. Hatinya bergetar hebat melihat betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad ﷺ. Betapa besar kasih sayang beliau, bahkan kepada seorang budak kecil. Seharusnya ia bisa marah, seharusnya ia bisa menghukum, tetapi melihat kelembutan Rasulullah ﷺ, tiba-tiba semua amarahnya lenyap.

Dengan suara pelan, ia berkata, “Ya Rasulullah, aku benar-benar malu. Engkau begitu mulia, sementara aku hampir saja menyakiti budakku. Mulai hari ini, aku tidak akan memarahinya. Bahkan aku ingin memerdekakannya, karena aku tahu inilah ajaran Islam yang penuh kasih sayang.”

Air mata haru menetes di wajah budak kecil itu. Ia merasa sangat lega, karena bukan hanya selamat dari hukuman, tapi juga memperoleh kebebasan.

Sang majikan melanjutkan, “Aku pun bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan engkau, Muhammad, adalah utusan Allah. Izinkan aku masuk Islam, agar aku bisa belajar akhlak mulia darimu.”

Mendengar itu, Rasulullah ﷺ tersenyum bahagia. Beliau memuji Allah atas hidayah yang diberikan kepada orang tersebut. Dari kejadian sederhana itu, lahirlah sebuah perubahan besar: seorang majikan masuk Islam, seorang budak kecil terbebas dari rasa takut, bahkan mendapatkan kebebasan.


✨ Anak-anak tersayang, dari kisah Delapan Dirham ini kita bisa belajar bahwa kebaikan kecil bisa membawa perubahan besar. Rasulullah ﷺ selalu menolong tanpa pamrih, bersikap lembut kepada siapa saja, dan tidak pernah marah ketika ada yang melakukan kesalahan.

Kita pun bisa mencontoh beliau dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, membantu teman yang kesusahan, memaafkan orang yang berbuat salah, atau berbagi dengan orang yang sedang kekurangan. Karena sesungguhnya, kebaikan yang kita lakukan akan selalu kembali kepada kita, dan Allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat baik. 

Posting Komentar untuk "Kisah Islami yang Cocok Untuk Bayi Dalam Kandungan"