Fikroh.com - Kritik tajam terhadap program Makan Bergizi (MBG) yang digagas pemerintahan Presiden Joko Widodo dan kini dijalankan Presiden Prabowo Subianto kembali mencuat. Seorang guru SMP di Riau, Andrimar, S.Pd., M.Pd., CPS, menyampaikan keluhan terkait pelaksanaan program ini yang dinilai justru membebani tenaga pendidik.
Dalam surat terbuka yang beredar luas, Andrimar menilai program MBG—yang sebelumnya dikenal sebagai Makan Siang Gratis—telah menyerap dana besar, yakni sekitar 44 persen dari alokasi dana pendidikan yang berasal dari 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurutnya, alokasi dana tersebut seharusnya diprioritaskan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan memenuhi kebutuhan pendidikan, bukan dialihkan ke program makanan bergizi.
“Pak, dari sekian banyak tenaga kerja yang Bapak angkat, kami para guru malah dijadikan budak dalam program ini. Kami bertugas membagikan makanan, mengumpulkan kembali, menghitung, dan mengembalikan rantang kepada pemasok. Kami tidak dibayar, sementara jika ada rantang hilang kami wajib ganti,” tulis Andrimar dalam suratnya yang ditujukan kepada Presiden Prabowo.
Lebih jauh, Andrimar juga mengkritik pernyataan sejumlah kepala daerah yang mewajibkan guru mencicipi makanan sebelum diberikan kepada siswa. Ia menilai aturan tersebut tidak masuk akal dan merendahkan martabat guru.
“Jadi kami guru ini dijadikan apa? Tumbal racun? Atau tikus laboratorium? Kalau mati tinggal buang ke tong sampah,” tulisnya dengan nada satir.
Selain soal beban kerja tambahan, sang guru juga menyoroti kualitas makanan yang disajikan. Menurutnya, banyak siswa yang enggan mengonsumsi menu yang tersedia karena dianggap hambar dan tidak sesuai selera. Hal itu, kata dia, membuat guru kembali terbebani karena harus membujuk siswa agar mau menyantap makanan tersebut.
“Anak-anak banyak yang tidak suka makanan yang Bapak suguhkan. Tidak bercabai, tidak bersantan, tidak berasa, dan kata anak-anak tidak enak. Kami harus memujuk mereka dengan berbagai cara agar mau makan,” lanjutnya.
Andrimar pun meminta Presiden Prabowo untuk mengkaji ulang pelaksanaan program MBG. Menurutnya, pemerintah sebaiknya fokus memperbaiki kondisi ekonomi agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pangan anak-anak mereka secara mandiri. Ia khawatir program tersebut justru berpotensi menjadi ladang bisnis bagi oknum tertentu.
“Saya khawatir nasinya, sayurnya, ikannya, nyangkut di kantong-kantong rekanan Bapak. Nanti kantong mereka bau, dan beraroma tikus pula,” kritiknya.
Hingga kini, pemerintah belum memberikan tanggapan resmi atas kritik yang disampaikan Andrimar. Namun, polemik program MBG terus menuai perhatian publik, terutama dari kalangan guru yang merasa terbebani oleh implementasinya.
Posting Komentar untuk "Guru Kritik Keras Program Makan Bergizi, Keluhkan Beban Kerja Tambahan"