Oleh: Halimi Zuhdy
Fikroh.com - 1 Rabi'aul Awwal 1447 H bertepatan dengan tanggal 25 Agustus 2025. Rabi’ul Awwal, bulan ketiga dalam kalender Hijriah, namanya mungkin tidak begitu populer di telinga masyarakat Indonesia. Bulan ini kalah masyhur dibanding sebutan Bulan Maulid, sebab pada bulan inilah manusia agung, Nabi Muhammad bin Abdullah, lahir ke dunia.
Pertanyaannya, apakah penamaan Rabi’ul Awwal memang berasal dari kelahiran Nabi, atau sudah ada jauh sebelumnya? Ataukah ada peristiwa penting lain yang melatarbelakanginya? Atau sekadar nama yang diambil dari musim ketika bulan ini hadir, yaitu musim semi (rabi’)?
Makna Rabi’ul Awwal
Kata rabi’ memiliki banyak arti. Salah satunya menunjuk pada musim semi, masa ketika pepohonan mulai menghijau kembali dan bunga-bunga bermekaran. Sedangkan awwal berarti pertama. Maka, Rabi’ul Awwal dapat dimaknai sebagai "musim semi pertama".
Setelah bulan ini, datang bulan berikutnya yang disebut Rabi’uts Tsani (musim semi kedua). Namun, kata awwal (pertama) dan tsani (kedua) bukanlah sifat dari rabi’, melainkan dari kata syahr (bulan).
Menurut kitab Al-Ma‘rifah, nama Rabi’ul Awwal sudah digunakan jauh sebelum Nabi Muhammad saw. dilahirkan. Penamaan ini dipopulerkan oleh Kilab bin Murrah, buyut kelima Nabi, sekitar tahun 412 M. Sejak saat itu, orang-orang Arab akrab dengan kata rabi’ yang melambangkan keindahan, kebahagiaan, dan keberuntungan. Tak heran, banyak ungkapan Arab klasik yang menggunakan kata ini, seperti Akala Rabi’ atau Zahratur Rabi’.
Riwayat Penamaan
Banyak riwayat menjelaskan asal muasal nama Rabi’ul Awwal. Di antaranya, sebagaimana tercatat dalam Al-Ma‘rifah, bulan ini disebut demikian karena manusia dan hewan menantikan datangnya musim semi, masa penuh harapan setelah kerasnya musim sebelumnya.
Ada pula yang menyebutkan bahwa dahulu bulan ini identik dengan musim gugur (kharif), sementara masyarakat Arab menamainya musim semi (rabi’). Bahkan, sebagian ulama membagi musim dingin (syita’) menjadi dua: 1. Rabi‘ al-Ma’, musim mata air dan hujan. 2. Rabi‘ an-Nabat, musim tumbuh-tumbuhan.
Orang Arab juga mengenal dua istilah rabi’: Rabi‘usy Syuhur, menunjuk pada musim semi awal dan kedua. Rabi‘ul Azminah, merujuk pada musim-musim tertentu, termasuk musim gugur.
Ada pula pendapat unik yang mengatakan bulan ini dinamakan Rabi’ul Awwal karena orang Arab pada masa itu mulai "memanen" hasil rampokan dari bulan sebelumnya (Shafar). Sementara sebagian lainnya berpendapat, bulan ini justru identik dengan banyaknya korban peperangan antarkabilah, sehingga kematian demi kematian terjadi di bulan Rabi’ul Awwal.
Rabi’ul Anwar: Cahaya yang Terbit
Sebagian ulama menyebut bulan ini sebagai Rabi’ul Anwar, musim semi penuh cahaya, karena pada bulan inilah lahir cahaya terbesar: Nur Muhammad, yang menerangi alam semesta. Dr. Ali Jum‘ah dalam Elbalad menyebutnya sebagai bulan penuh keberkahan, cahaya, dan kebahagiaan.
Tak hanya di negeri Arab, di Indonesia pun bulan ini dirayakan penuh suka cita. Sepanjang bulan, masyarakat lebih akrab menyebutnya Bulan Maulid, merujuk pada kelahiran Nabi Muhammad saw.
Kapan Nabi Lahir?
Peristiwa paling agung pada bulan ini tentu adalah kelahiran Rasulullah. Namun, para sejarawan berbeda pendapat mengenai tanggal pastinya: ada yang menyebut tanggal 8, 10, atau 12 Rabi’ul Awwal.
Yang lebih disepakati adalah bahwa Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, 9 Rabi’ul Awwal tahun 53 sebelum Hijriah, bertepatan dengan 20 April 571 M, tahun yang dikenal sebagai ‘Amul Fil (Tahun Gajah).
Maulid, Milad, atau Maulud?
Di sinilah muncul pertanyaan menarik: mengapa kita lebih sering mendengar kata Maulid, bukan Milad? Dan apa bedanya dengan Maulud?
✓Milad (ميلاد) berasal dari akar kata walada (ولد) yang berarti lahir. Kata ini merujuk pada momen kelahiran secara umum, dan sering dipakai dalam konteks ulang tahun.
✓Mawlud (مولود) berarti "yang dilahirkan" atau bayi yang baru lahir. Misalnya, mawlud jadid artinya bayi yang baru lahir.
✓Mawlid (مولد) berarti "kelahiran", namun lebih spesifik digunakan untuk menandai peristiwa kelahiran tokoh penting, khususnya Maulid Nabi.
Dalam kaidah bahasa Arab, maulid juga bisa bermakna tempat lahir (ism makan) atau waktu lahir (ism zaman). Jadi, istilah ini dapat menunjuk baik pada lokasi maupun pada hari kelahiran. Sementara itu, maulud merujuk pada sosok yang dilahirkan. Keduanya sama-sama benar, tergantung konteks pemakaian.
Rabi’ul Awwal, atau Rabi’ul Anwar, adalah bulan yang bukan sekadar penanda pergantian musim. Ia adalah bulan kelahiran manusia agung, Nabi Muhammad saw., yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Di bulan ini, umat Islam kembali meneguhkan cinta, rindu, dan penghormatan kepada junjungan tercinta.
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad.
>> Keterangan gambar adalah manuskrip “Takhmis al-Kawākib ad-Durriyyah” karya Ibn Ḥujjah al-Ḥamawī (w. 837 H), syarah atas Qashidah Burdah al-Būṣīrī. Disalin tahun 1051 H oleh Aisyah binti Ismail al-Khāzin dengan khat tsuluts dan naskhi, berhiaskan emas, merah, biru, dan hitam. Kini tersimpan di Perpustakaan Alexandria sebagai salah satu khazanah naskah terindah abad ke-9 H. Diambil dari tawaseeen. Com
Posting Komentar