Biografi Syaikh Hussain Athwi, Pimpinan Jama'ah Islamiyyah dan Ikhwanul Muslimin

Biografi Syaikh Hussain Athwi, Pimpinan Jama'ah Islamiyyah dan Ikhwanul Muslimin

Biografi Syaikh Hussain Athwi, Pimpinan Jama'ah Islamiyyah dan Ikhwanul Muslimin yang Dibunuh oleh Zio—nis Beberapa Hari Lalu

Pada 22 April beberapa hari yang lalu, Zi—onis membunuh Syaikh Hussain ‘Athwi di Desa Baaouerta, yang terletak di wilayah Gunung Lebanon. Beliau adalah seorang ulama Islam terkemuka, akademisi, da’i, dan mujahid.

Beliau menjabat sebagai komandan Pasukan Fajr, sayap militer Jama‘ah Islamiyyah — cabang Ikhwanul Muslimin di Lebanon — dan merupakan pemimpin senior dalam organisasi tersebut. Kematian beliau merupakan kehilangan besar bagi komunitas Islam dan akademik di Lebanon. Beliau dikenal karena dedikasinya seumur hidup terhadap jihad, dakwah, dan pendidikan. Semoga Allah menerimanya sebagai syuhada Islam.

Masa Awal Kehidupan dan Latar Belakang


Syaikh Hussain ‘Athwi lahir pada tahun 1968 di Kota Habbariyeh, Lebanon Selatan, di Distrik Hasbaya. Sejak kecil, beliau tumbuh dalam suasana perlawanan yang menjadi ciri khas Lebanon Selatan. Jalan ini sangat pribadi baginya — pada tahun 1977, ketika beliau baru berusia sembilan tahun, ibunya terbunuh oleh peluru kendali Israel, sebuah tragedi yang meninggalkan luka mendalam. Pada tahun 1986, di usia 18 tahun, beliau bergabung dengan kelompok Islam Sunni yang terlibat dalam perlawanan terhadap pendudukan Israel di Lebanon Selatan.

Pendidikan dan Kegiatan Dakwah


Syaikh ‘Athwi menempuh pendidikan di bidang Studi Islam dan meraih gelar sarjana dan magister dari Universitas Beirut. Perjalanan akademik dan profesionalnya meliputi berbagai peran:
1. Sekretaris mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi Islam.
2. Kepala cabang perguruan tinggi di wilayah al-Arqoub.
3. Direktur Dewan Dunia untuk Bahasa Arab
4. Imam dan jurnalis, beliau dikenal juga atas publikasinya dalam studi Islam.

Beliau memainkan peran penting dalam pendidikan dan penyebaran Islam. Beliau juga merupakan pejabat administrasi di College of Islamic Propagation, sebuah lembaga di bawah pengawasan Syaikh ‘Abdunnashir al-Jabri, ketua Gerakan Umat dan anggota Majelis Ulama Muslim.

Selain itu, Syaikh ‘Athwi juga diketahui menjadi anggota Asosiasi Ulama Muslim, dengan laporan keanggotaan dikonfirmasi pada tahun 2014.

Afiliasi Politik dan Keagamaan


Syaikh ‘Athwi telah lama aktif dalam barisan Jama‘ah Islamiyyah (afiliasi Ikhwanul Muslimin di Lebanon). Meskipun kemudian mundur dari peran organisasi formal, beliau tetap selaras dengan gerakan tersebut. Keluarganya juga memiliki hubungan kuat dengan kelompok itu. Saudaranya, Syaikh ‘Abdul Hakim ‘Athwi, adalah pemimpin Jama‘ah Islamiyyah di wilayah Arqoub dan imam di Habbariyeh.

Syaikh ‘Athwi menjalin hubungan luas dan berpengaruh di berbagai gerakan Islam dan komunitas ulama di Lebanon maupun luar negeri.

Dukungan terhadap Revolusi Suriah


Syaikh Hussain ‘Athwi dikenal sebagai pendukung vokal revolusi Suriah. Beliau secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan rakyat Suriah dalam pemberontakan mereka melawan rezim Assad yang beliau sebut kriminal dan represif. Sikapnya ini membuat beliau berseberangan dengan Hizbullah yang beliau kritik secara terbuka karena mendukung rezim Assad secara militer dan politik.

Akibat sikap tegasnya, beliau menghadapi intimidasi dan tekanan dari kelompok pendukung Assad di Lebanon. Beliau bahkan dilarang mengajar di beberapa institusi karena dukungannya yang terang-terangan terhadap revolusi. Namun demikian, beliau tetap teguh dalam komitmennya, terus membela perjuangan rakyat Suriah melalui ceramah, tulisan, dan penampilannya di ruang publik.

Insiden Peluncuran Rudal 2014


Peluncuran rudal dari Lebanon Selatan ke permukiman Israel pada 25 Juli 2014, saat agresi Israel di Jalur Gaza, menjadi titik balik penting dalam perjalanan beliau dan kembali menempatkannya di sorotan publik.

Dalam wawancaranya dengan situs "Janoubia", beliau menyatakan bahwa motivasinya adalah perang di Gaza, pembakaran terhadap anak laki-laki Mohammad Abu Khdeir, pendudukan dan pelanggaran Israel yang terus berlangsung, serta pernyataan menteri Lebanon yang mengakui hak untuk melakukan perlawanan.

Setelah salat Tarawih pada malam 25 Juli, beliau bersama dua orang lainnya membawa roket ke ladang Ain Arab dan meluncurkannya ke tiga permukiman. Malfungsi menyebabkan ledakan kecil yang melukai dirinya dan membuatnya pingsan sejenak sebelum akhirnya mundur.

Beliau dirawat di Lembah Beqaa sebelum akhirnya teridentifikasi dan ditangkap berdasarkan laporan dan deskripsi yang disebar ke rumah sakit. Beliau menghadapi tekanan internasional di bawah Resolusi 1701, tetapi mendapat dukungan luas dari rakyat dan kalangan Islam, yang membuat perlakuan awal terhadapnya cukup baik. Beliau kemudian dipindahkan ke rumah sakit militer, di mana beliau mengeluhkan pengabaian awal dan kemudian dibelenggu, sampai intervensi dari saudaranya dan tokoh lain memperbaiki kondisinya dan membebaskannya pada 1 Agustus 2014.

Beliau ditahan untuk diselidiki, tetapi beliau mengkritik kebocoran fotonya oleh aparat keamanan dan menyebutnya sebagai ancaman bagi nyawanya. Beliau juga mengkritik beberapa politisi Lebanon yang menyalahkannya karena dianggap membahayakan Lebanon dengan menegaskan bahwa Israel selalu menjadi pihak agresor.

Kembalinya ke Panggung dan Pembunuhannya


Beberapa tahun setelah insiden 2014, Syaikh ‘Athwi tampaknya kembali memainkan peran kepemimpinan langsung dalam operasi militer terorganisir di barisan “Pasukan al-Fajr,” sayap militer Jama'ah Islamiyyah, yang perannya meningkat dalam konfrontasi yang berlangsung di perbatasan selatan sejak Oktober 2023. Kelompok ini telah melakukan serangan terhadap posisi Israel dan beberapa anggotanya menjadi target pembunuhan.

Pembunuhan terhadap Syaikh Hussain ‘Athwi merupakan bagian dari kampanye Israel untuk menargetkan tokoh-tokoh utama dalam faksi-faksi yang terlibat dalam konfrontasi dari wilayah Lebanon.

*Diterjemahkan dari tulisan Akh Abu Isma‘il ad-Dahlawi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama