Berikut syarah hadits fitnah akhir zaman. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Hadits Fitnah Akhir Zaman
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «تَكُونُ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ فِتَنٌ كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ أَقْوَامٌ دِينَهُمْ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا»
Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
“Sebelum tibanya hari Kiamat akan ada banyak fitnah, seperti potongan malam yang gelap. Ketika itu, ada seorang yang paginya sebagai orang mukmin, namun sorenya sebagai orang kafir, atau sorenya sebagai orang mukmin, namun pagi harinya sebagai orang kafir. Ada orang-orang yang menjual agamanya dengan perhiasan dunia yang sedikit.” (Hr. Tirmidzi, dinyatakan hasan shahih oleh Al Albani)
Syarah (Penjelasan)
Hadits ini di antara bukti kenabian Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dimana sebelum tibanya hari kiamat Beliau menyatakan akan ada banyak fitnah, dan itu telah kita saksikan sekarang. Di zaman ini telah tersebar berbagai fitnah (godaan) baik fitnah syubhat maupun fitnah syahwat, yang nanti akan diterangkan lebih lanjut tentang fitnah-fitnah itu insya Allah.
Keadaan fitnah itu seperti potongan malam yang gelap, yakni perumpamaannya seperti di malam yang gelap, yang seseorang tidak mengetahui apa yang ada di sekitarnya sampai-sampai ia tidak bisa mengira apa yang dirabanya apakah tali atau ular karena suasananya yang gelap. Demikianlah fitnah ketika itu, dimana kebenaran saat itu menjadi samar.
Saking dahsyatnya fitnah itu, sampai ada seorang yang paginya sebagai seorang mukmin, namun sorenya berubah menjadi orang kafir, atau sorenya sebagai seorang mukmin, namun keesokan paginya berubah menjadi seorang kafir. Dan hal ini telah kita rasakan sekarang, dimana berbagai fitnah mudah sekali tersebar di zaman ini, seperti melalui media sosial, internet, televisi, dan sebagainya serta membuat seseorang meninggalkan agamanya. Bahkan ada yang menggadaikan agamanya hanya karena perhiasan dunia yang rendah ini, wal ‘iyadz billah.
Pembagian Fitnah
Jika kita perhatikan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah, kita dapat mengetahui bahwa fitnah itu ada yang berupa fitnah syubhat dan ada yang berupa fitnah syahwat.
Fitnah Syubhat
Fitnah syubhat berupa pernyataan-pernyataan yang batil namun dihias dengan kalimat yang indah oleh kawan-kawan setan seakan-akan menjadi kebenaran. Misalnya –di zaman dahulu- pernyataan kelompok-kelompok menyimpang seperti Jahmiyyah yang menolak sifat Allah, Qadariyyah yang mengingkari takdir, Ittihadiyyah yang menganggap tuhan menyatu dengan makhluk, dan lain-lain. Di zaman sekarang contoh fitnah syubhat adalah liberalisme yang menyeru kepada kebebasan, sekularisme yang hendak memisahkan agama dari negara, pluralisme yang menyatakan semua agama sama, komunisme yang menolak ajaran agama, dan lain-lain.
Kita dapat mengetahui batilnya pernyataan-pernyataan itu dengan mempelajari kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta dengan bertanya kepada para ulama.
Batilnya liberalisme karena di dalamnya menyeru kepada kebebasan yang akan membuat manusia hidup seperti hewan tanpa aturan dan norma, dan keadaannya akan seperti di jalan umum ketika tidak ada rambu-rambu lalu lintas, maka yang ada adalah kekacauan, kemacetan, dan kecelakaan.
Batilnya sekularisme karena sama saja tidak mengindahkan ajaran agama Islam yang Allah turunkan agar dijadikan pedoman dalam hidup di dunia, dan karena Islam adalah agama yang lengkap; yang bukan hanya mengatur terkait hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, tetapi mengatur pula hubungan seorang hamba dengan orang lain. Allah Ta’ala juga berfirman,
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124)
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.--Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (Qs. Thaahaa: 123-124)
Batilnya pluralisme; karena orang yang menyatakan semua agama sama tidak memperhatikan ajaran masing-masing agama yang jelas berbeda. Kalau semua ajaran agama sama, tentu semuanya akan bersama shalat Jumat, shalat jamaah, berpuasa Ramadhan, membayar zakat, berhaji, dsb. Di samping itu, Allah menyatakan bahwa Dia tidak menerima agama selain Islam. Dia berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs. Ali Imran: 85)
Oleh karena itu, jalan menuju surga Allah hanya satu yaitu lewat jalan Islam, karena semua jalan telah ditutup oleh Allah Azza wa Jalla selain Islam sebagaimana ketika ketika menuju ke sebuah tempat, kemudian semua pintu ke tempat itu ditutup selain satu pintu, maka kita tidak bisa masuk ke tempat itu kecuali melalui satu pintu itu.
Sedangkan batilnya komunisme sangat jelas sekali karena mereka menolak ajaran agama, dan terbukti ketika mereka berkuasa melakukan tindak kezaliman kepada manusia dan tidak mengindahkan norma-norma agama.
Fitnah syubhat ini pertama kali dimunculkan oleh Iblis ketika ia menolak perintah Allah Azza wa Jalla untuk sujud kepada Adam dengan menyatakan bahwa dirinya lebih baik daripada Adam; ia diciptakan dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Padahal jika diperhatikan dengan seksama, tanah lebih baik daripada api, keadaan tanah mudah diolah, lebih stabil, bermanfaat, dan menumbuhkan. Berbeda dengan api yang membahayakan, membakar, tergesa-gesa, dan labil.
Fitnah syubhat ini dihias indah oleh para pengikut setan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Qs. Al An’aam: 112)
Seorang ulama bernama Abu Bakar bin Ayyasy rahimahullah,
“Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi sedangkan mereka berada dalam kerusakan, maka Allah memperbaiki kondisi mereka dengan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, barang siapa yang mengajak untuk mengikuti selain petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang mengadakan kerusakan.”
Maka berbagai ideologi dan pemikiran yang bertentangan dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah batil dan sebagai ajakan kepada kerusakan, seperti liberalisme, sosialisme, komunisme, pluralisme, kapitalisme, sekularisme, dan sebagainya.
Fitnah Syahwat
Fitnah syahwat adalah godaan-godaan yang sejalan dengan hawa nafsu yang memalingkan seseorang dari agamanya, seperti fitnah atau godaan wanita, harta, dan tahta (kekuasaan). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imran: 14)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang fitnah wanita,
«إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ»
“Dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah (pengganti) bagi generasi sebelum kalian, lalu Dia memperhatikan apa yang kalian kerjakan. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah terkait wanita.” (Hr. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari hadits Abu Sa’id Al Khudri)
Tentang fitnah harta, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي المَالُ»
“Sesungguhnya setiap umat mempunyai fitnah, dan fitnah umatku adalah harta.” (Hr. Tirmidzi dan Hakim dari hadits Ka’ab bin Iyadh, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Tentang fitnah tahta atau kekuasaan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ المَرْءِ عَلَى المَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ»
“Dua ekor serigala yang lapar dan dilepas di tengah-tengah kambing tidaklah lebih berbahaya daripada daripada bahayanya ketamakan seseorang terhadap harta dan kedudukan terhadap agama seseorang.” (Hr. Tirmidzi dari hadits Ka’ab bin Malik, dishahihkan oleh Al Albani)
Bahkan keluarga; anak dan istri bisa sebagai fitnah dalam arti membuat seseorang lalai terhadap agama, membuatnya meninggalkan perintah Allah dan mengerjakan larangan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At Taghabun: 15)
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Wahai orang-orang beriman! Janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs. Al Munafiqun: 9)
Fitnah syahwat ini pernah menimpa Adam ‘alaihis salam ketika ia tergoda memakan buah yang dilarang Allah, akhirnya Beliau dikeluarkan dari surga, setelah itu Beliau bertobat dan Allah pun menerima tobatnya. Untuk menghadapi fitnah syahwat ini adalah dengan bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat, dan istiqamah di atas agama-Nya.
Faedah:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Fitnah itu sebabnya dua: kurangnya ilmu atau lemahnya kesabaran." (Al Furu 10/181)
Kiat Istiqamah di atas agama
Agar kita tetap istiqamah di atas agama Allah dan tidak terbawa oleh fitnah, di antara kiatnya adalah sebagai berikut:
1. Berdoa kepada Allah Azza wa Jalla meminta keteguhan di atas agama-Nya
Allah Azza wa Jalla menyebutkan permohonan Ahli Ilmu ketika mereka menghadapi fitnah syubhat; mereka berdoa,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha pemberi (karunia)". (Qs. Ali Imran: 8)
Anas radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sering berdoa,
«يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ»
“Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati ini agar tetap di atas agama-Mu.”
Maka Anas bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa, lalu apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?” Beliau bersabda,
«نَعَمْ، إِنَّ القُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ»
“Ya. Sesungguhnya hati manusia di antara dua jari dari jari-jari Allah, Dia mudah membalikkannya bagaimana pun yang dikehendaki-Nya.” (Hr. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
2. Berpegang dengan kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Qs. Ali Imran: 101)
Ayat ini jelas sekali, bahwa sarana terbesar untuk istiqamah di atas agama Allah adalah mendatangi Al Qur’an dengan membacanya, memahaminya, dan mengamalkannya, serta mendatangi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan mempelajarinya, karena keduanya membuat seseorang tidak kembali kepada kekafiran sebagaimana diterangkan dalam ayat di atas. Di samping itu, karena di dalam Al Qur’an memuat targhib (dorongan) dan tarhib (peringatan), kisah-kisah, dan nasihat yang sangat membantu sekali seseorang untuk istiqamah di atas agama Allah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat setelahnya dengan berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah sampai mendatangi telagaku.” (Hr. Hakim dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 2937 dan Ash Shahihah no. 1761)
3. Mengamalkan ilmu yang telah diketahui
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),” (Qs. An Nisaa: 66)
Ayat ini juga menunjukkan, bahwa istiqamah dapat diperoleh dengan mengamalkan nasihat yang disampaikan, tidak cukup hanya banyak mendengar nasihat, namun tidak diamalkan.
4. Membaca kisah para nabi dan orang-orang terdahulu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Huud: 20)
5. Bergaul dengan orang-orang saleh
Allah Ta’ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan sore hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu melewati batas.” (Qs. Al Kahfi: 28)
Allah Azza wa Jalla juga menceritakan penyesalan orang-orang yang zalim karena salah memilih teman, Dia berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, "Wahai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"--Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).--Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia.” (Qs. Al Furqan: 27-29).
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam. Marwan bin Musa.
Tags:
Hadits