Fikroh.com - Tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kerap kali menjadi sorotan karena dianggap memiliki kedekatan hubungan dengan Israel, baik melalui kunjungan pribadi maupun undangan kepada tokoh pro-Israel, yang memicu polemik di kalangan masyarakat. Meskipun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara konsisten menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan mengutuk agresi Israel, beberapa peristiwa seperti kunjungan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke Israel sebelum 1999, kehadiran Yahya Cholil Staquf di Yerusalem pada 2018, kunjungan lima Nahdliyin ke Israel pada 2024, hingga undangan kepada akademisi pro-Zionis Peter Berkowitz pada Agustus 2025, mencerminkan interaksi yang kontroversial.
Peristiwa-peristiwa ini, meski kerap diklaim sebagai inisiatif pribadi dan tidak mewakili organisasi, sering kali memicu persepsi adanya hubungan tertentu antara tokoh NU dengan Israel, yang bertentangan dengan sikap resmi PBNU yang pro-Palestina.
Rentetan peristiwa pertemuan antara tokoh atau anggota Nahdlatul Ulama (NU) dengan pihak Israel yang diketahui dari informasi yang tersedia adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke Israel
Waktu: Sebelum 1999 (selama hidupnya, Gus Dur disebut mengunjungi Israel tiga kali).
Konteks: Gus Dur, yang menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (1984–1999) dan Presiden RI (1999–2001), menghadiri acara seperti American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Washington, AS, dan melakukan kunjungan ke Israel. Kunjungan ini dilakukan setelah berkonsultasi dengan para kiai NU, yang merestui keberangkatannya. Gus Dur melaporkan hasil kunjungannya kepada para kiai setelah kembali, meskipun kunjungan ini juga memicu pro-kontra di kalangan masyarakat.
Tujuan: Tidak disebutkan secara spesifik, tetapi konteksnya terkait diskusi dan konsolidasi, kemungkinan untuk isu-isu akademis atau dialog lintas agama.
2. Kunjungan Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) ke Israel (2018)
Waktu: Juni 2018.
Konteks: Gus Yahya, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, menghadiri undangan American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Yerusalem, Israel, sebagai pembicara dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh The Israel Council on Foreign Relations. Ia menegaskan bahwa kunjungan ini dilakukan atas nama pribadi, tidak membawa nama NU, dan hanya menyebut Gus Dur sebagai gurunya. Kunjungan ini juga menuai kontroversi, namun Gus Yahya melaporkan hasilnya kepada publik dan tokoh seperti Wapres Ma'ruf Amin serta mantan Ketum PBNU Said Aqil.
Tujuan: Diskusi akademis dan dialog lintas agama, dengan penegasan bahwa kunjungan tidak terkait dengan kebijakan organisasi NU.
3. Kunjungan Lima Nahdliyin ke Israel (2024)
Waktu: Sekitar Juli 2024.
Konteks: Lima anggota NU (Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Barul Ulum, Izza Anafisa Dania, dan Syukron Makmun) bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Kunjungan ini memicu kontroversi besar karena dilakukan di tengah konflik Israel-Palestina yang sedang memanas, terutama setelah serangan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023. PBNU menegaskan bahwa kunjungan ini bersifat pribadi, tanpa mandat organisasi, dan diinisiasi oleh sebuah NGO yang dianggap sebagai advokat untuk memperbaiki citra Israel. PBNU menyayangkan tindakan ini karena dianggap tidak sensitif terhadap konteks geopolitik dan melukai perasaan warga NU serta rakyat Palestina.
Tujuan: Disebutkan untuk diskusi terkait konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel, tetapi PBNU menilai tindakan ini tidak membantu citra Israel dan justru merusak kredibilitas para individu yang terlibat. PBNU berencana memberikan sanksi kepada pengurus yang terlibat setelah klarifikasi.
Sikap PBNU terhadap Isu Israel-Palestina
PBNU memiliki kebijakan tegas bahwa hubungan atau keterlibatan dengan pihak Israel hanya diperbolehkan jika bertujuan untuk membantu rakyat Palestina. Organisasi ini secara konsisten mendukung kemerdekaan Palestina, mengutuk agresi militer Israel, dan mendorong gencatan senjata serta solusi damai, seperti yang ditunjukkan dalam pertemuan Gus Yahya dengan Duta Besar Palestina Zuhair al-Shun pada Juli 2024.
Catatan Penting
Semua kunjungan yang disebutkan di atas, terutama yang terjadi pada tahun 2024, dinyatakan sebagai inisiatif pribadi, bukan atas nama PBNU.
Kontroversi muncul karena kunjungan-kunjungan ini sering dianggap tidak selaras dengan sikap resmi NU yang pro-Palestina, terutama di tengah situasi konflik yang sensitif.
PBNU menegaskan bahwa setiap keterlibatan internasional, termasuk dengan Israel, harus melalui persetujuan organisasi untuk menghindari miskomunikasi atau dampak negatif terhadap citra NU.
4. PBNU Undang Peter Berkowitz
Pada tahun 2025, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengundang akademisi Amerika Serikat, Peter Berkowitz, yang dikenal sebagai pendukung Zionisme dan pro-Israel, untuk menjadi narasumber dalam Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) di Jakarta pada 15-16 Agustus 2025.
L Peristiwa ini memicu polemik di kalangan masyarakat karena latar belakang Berkowitz yang vokal mendukung kebijakan Israel, termasuk dalam artikel-artikelnya yang menyebut penjajahan Israel atas Palestina sebagai bentuk "hak membela diri" dan mengusulkan pemindahan warga Gaza ke Sinai, Mesir.
Kronologi dan Konteks:
Alasan Undangan: Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), menjelaskan bahwa Berkowitz diundang karena dianggap memiliki keahlian dalam bidang hukum dan hak asasi manusia, berdasarkan pengalamannya sebagai peneliti di The Hoover Institution, Universitas Stanford, dan sebagai anggota Commission on Unalienable Rights di Kementerian Luar Negeri AS. Gus Yahya mengaku telah mengenal Berkowitz sejak 2020 dan tertarik pada karya-karyanya, tanpa awalnya mencermati latar belakang pro-Zionisnya.
Reaksi Publik: Undangan ini menuai kritik keras, terutama di media sosial, karena dianggap tidak selaras dengan sikap PBNU yang secara konsisten mendukung kemerdekaan Palestina dan mengutuk genosida Israel di Gaza. Polemik ini diperparah karena Berkowitz juga diundang oleh Universitas Indonesia (UI) sebagai narasumber dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Program Pascasarjana pada 23 Agustus 2025, yang juga mendapat sorotan publik.
Permintaan Maaf PBNU: Pada 27-28 Agustus 2025, Gus Yahya menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan dalam mengundang Berkowitz. Ia mengakui kurang cermat dalam menyeleksi narasumber dan menegaskan bahwa sikap PBNU tetap mendukung perjuangan Palestina untuk kemerdekaan dan kedaulatan. Dalam pernyataannya, Gus Yahya juga mengutuk tindakan genosida Israel di Gaza dan mengajak pihak internasional untuk menghentikan kekerasan serta mencari solusi damai.
Pernyataan Resmi Gus Yahya:
"Saya mohon maaf atas kekhilafan dalam mengundang Dr Peter Berkowitz tanpa memperhatikan latar belakang zionisnya. Hal ini terjadi semata-mata karena kekurangcermatan saya dalam melakukan seleksi dan mengundang narasumber."
"Saya dan PBNU mengutuk tindakan-tindakan genosida brutal yang dilakukan oleh pemerintah Israel di Gaza. PBNU mengajak semua pihak dan aktor internasional untuk bekerja keras menghentikan genosida di Gaza dan mengusahakan terciptanya perdamaian."
Konteks Tambahan:
Sikap PBNU terhadap Palestina: PBNU secara tegas menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan menentang agresi Israel. Hal ini diperkuat oleh aktivitas seperti pertemuan Gus Yahya dengan Duta Besar Palestina Zuhair al-Shun pada Juli 2024 untuk membahas dukungan terhadap Palestina, serta seruan PBNU dalam acara R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) 2023 untuk menghentikan kekerasan di Gaza.
Kontroversi Sebelumnya: Insiden ini bukan kali pertama PBNU menghadapi polemik terkait Israel. Pada Juli 2024, lima anggota NU bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, yang juga memicu kecaman karena dianggap tidak mencerminkan sikap organisasi. PBNU menegaskan bahwa kunjungan tersebut bersifat pribadi dan tidak mendapat mandat dari organisasi.
Kesimpulan:
Undangan kepada Peter Berkowitz pada Agustus 2025 merupakan kekhilafan yang diakui oleh PBNU karena kurangnya kecermatan dalam memeriksa latar belakang narasumber. PBNU telah meminta maaf dan menegaskan kembali sikap pro-Palestina serta anti-genosida Israel. Insiden ini menambah daftar kontroversi terkait interaksi tokoh NU dengan pihak pro-Israel, setelah kunjungan Gus Dur, Gus Yahya, dan lima Nahdliyin sebelumnya, yang semuanya menegaskan bahwa tindakan tersebut bersifat pribadi, bukan atas nama organisasi.
Posting Komentar untuk "Tokoh-tokoh NU yang Menjalin Kedekatan dengan Israel"