Dwi Hartono: Crazy Rich Berlumur Darah, Dalang Kematian Kacab BRI

Dwi Hartono: Crazy Rich Berlumur Darah, Dalang Kematian Kacab BRI


Fikroh.com - Ia masih muda. Zodiaknya Libra, lahir di Oktober 1985. Di usia yang bahkan belum genap 40 tahun, Dwi Hartono sudah hidup bak raja kecil di kampungnya, Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi. “Crazy Rich,” begitu warga menjulukinya. Lelaki berwajah manis, murah senyum, dan selalu tampak dermawan. 

Rumahnya megah, mobilnya berjejer, dan lingkaran pergaulannya? Bukan kaleng-kaleng. Ia masuk lingkaran kaum elit, pejabat, pengusaha papan atas. Di berbagai forum ia kerap tampil sebagai motivator, menggebu-gebu berbicara soal kesuksesan. Citranya dipoles bersih dengan “dagang air liur”, lewat aneka motivasi sukses yang mengalir lancar dari bibirnya.

Namun, Sabtu malam, 23 Agustus 2025, segalanya runtuh. Dunia yang dibangunnya dari sorak-sorai dan puja-puji, luluh lantak oleh satu momen yang mengagetkan banyak orang. Dwi Hartono diborgol polisi. Sang motivator, pengusaha, dermawan yang dielu-elukan, kini disebut-sebut sebagai otak di balik kematian mengenaskan Muhammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang BRI Cempaka Putih, yang ditemukan tak bernyawa di semak belukar, Kampung Karangsambung, Bekasi—tubuh terikat lakban, luka-luka di sekujur badan. Publik terperangah. 

Dwi memang lelaki petarung kehidupan. Ia meninggalkan kampung halaman di usia 26 tahun, merantau, berkuliah di Institut Sains dan Teknologi (IST) AKPRIND Yogyakarta, jurusan Teknik Informatika. Lulus cum laude tahun 2005. Sejak kuliah, Dwi mendirikan warnet, persewaan PS2, kafe, warteg. Sukses, lalu ambruk di 2012. 

Usahanya bangkrut, utangnya menumpuk. Tapi ia bangkit lagi. Warung nasi, ayam penyet, apa saja ia jalani. Pelan tapi pasti, rezeki kembali mengalir. Ia mendirikan PT Hartono Mandiri Makmur, PT Digitalisasi Aplikasi Indonesia yang mengelola Guruku.com. Nama Dwi menanjak. Di kampungnya ia disebut teladan anak muda. Tahun 2015 ia mendirikan Hartono Foundation, yayasan yang memberi beasiswa untuk korban kekerasan seksual. Sejak 2016 ia membantu pembangunan kampungnya. Puja-puji mengalir deras, mengangkatnya setara pahlawan lokal.

Di YouTube, Dwi menjadi idola baru. “9 Ide Bisnis Online Tanpa Modal,” “Cara Sukses Sebelum Usia 30” adalah beberapa videonya ditonton jutaan kali. Ia menyihir banyak orang untuk menjadi pengikutnya. 169 ribu subscribers. 4,9 juta views. Seolah hidupnya hanya cerita indah. Tapi, Sabtu malam itu, segalanya tamat.

Di sebuah jalanan Solo yang sibuk, ketika banyak orang bersantai menikmati akhir pekan, belasan personel Jatanras Polda Metro Jaya justru mengintai. Satu mobil melaju pelan. Dalam hitungan detik, penyergapan dilakukan. Polisi mengepung, menyerbu. Tiga pria di dalam mobil tak berkutik. Salah satunya, Dwi Hartono. “Crazy Rich” Jambi itu digiring, dimasukkan ke kendaraan aparat. Wajahnya pucat, mata kosong, bibirnya kelu. Semua aura karismatiknya lenyap. Sang “Robin Hood” dari Tebo kini hanyalah pria biasa, ditundukkan oleh borgol baja. Pukul 20.15 WIB, perjalanan hidupnya resmi berubah.

Bagi banyak orang, Dwi adalah simbol kebaikan. Sosok yang dianggap pahlawan. Tapi kini, di balik citra dermawan itu, terungkap dugaan noda darah. Lelaki yang pernah disebut “nabi kecil” di kampungnya, kini disorot sebagai dalang pembunuhan seorang ayah dua anak. Ironis, nasibnya justru pernah mengajarinya arti jatuh. 

Tahun 2012, ia pernah merasakan dinginnya sel penjara karena kasus pemalsuan rapor dan ijazah mahasiswa untuk masuk Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Divonis 6 bulan, bangkrut, lalu bangkit kembali. Kini, sejarah mengulang diri, tapi dengan dosa yang lebih berat.

Dwi Hartono, yang dulu berjalan di antara tepuk tangan, kini meringkuk di sudut dingin sel tahanan. Namanya tak lagi wangi. Maret 2025, ia masih tersenyum di hadapan kamera bersama Sandiaga Uno dalam acara buka puasa bersama. Agustus 2025, ia hanya sosok buram yang menatap lantai penjara.

Hidup memang sandiwara. Manusia bisa menyamarkan wajahnya dengan topeng kebaikan. Namun cepat atau lambat, topeng itu retak. Dan mungkin benar kata-kata dalam kitab suci: Tuhan Maha Membolak-Balikkan Hati Manusia.

Soal motif? Polisi masi merampungkan penyidikannya, menggali peran masing masing dan biarkan korps bhayangkara itu kelak menjelaskan dengan rigid. 
#AMR

Posting Komentar untuk "Dwi Hartono: Crazy Rich Berlumur Darah, Dalang Kematian Kacab BRI"