Lajnah Daimah: Berdzikir dengan Biji Tasbih Boleh

Lajnah Daimah: Berdzikir dengan Biji Tasbih Boleh

Fikroh.com - Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Lajnah Daimah, lembaga pemegang otoritas resmi pemberi fatwa di KSA, menghitung bacaan dzikir dengan biji tasbih hukumnya boleh, bukan haram apalagi kesesatan.

«فتاوى اللجنة الدائمة - المجموعة الثانية» (7/ 125):
س 1: ما ‌حكم الدين في‌‌ التسبيح بالمسبحة أثناء خطبة الجمعة والإمام على المنبر وكذا التسبيح على اليدين؟

Pertanyaan, “Apa hukum agama terkait menghitung tasbih dengan biji tasbih saat khutbah Jum’at disampaikan? Khatib sedang menyampaikan khutbah di atas mimbar dan biji tasbih ada di tangan”.

ج 1: الواجب الإنصات أثناء خطبة الجمعة لأمر النبي صلى الله عليه وسلم – بذلك ونهيه عن الكلام والحركة عند ذلك، فلا يجوز التسبيح ولا استعمال ‌المسبحة أثناء ذلك، 

Jawaban Lajnah Daimah, “Makmum shalat Jum’at memiliki kewajiban untuk diam menyimak saat khutbah Jum’at berlangsung karena Nabi SAW memerintahkan demikian dan melarang berbicara dan melakukan gerakan yang tidak perlu dilakukan ketika itu. Oleh karenanya saat khutbah berlangsung tidak diperbolehkan berdzikir membaca tasbih, tidak pula menggunakan biji tasbih.

وأما في غير حال الخطبة فاستعمال ‌المسبحة لعد التسبيح جائز إذا لم يعتقد فيها فضل أو تتخذ شعارا، والتسبيح بالأصابع أفضل؛ لفعل النبي صلى الله عليه وسلم، ولأن الأصابع مستشهدة ومستنطقة يوم القيامة.»

Sedangkan dalam kondisi di luar khutbah Jum’at menggunakan biji tasbih untuk menghitung tasbih yang dibaca hukumnya BOLEH dengan syarat tidak menyakini adanya pahala khusus karena menggunakan biji tasbih dan biji tasbih tidak dijadikan sebagai simbol dzikir. 

Meski demikian menghitung tasbih dengan menggunakan jari jemari itu yang lebih baik karena itu yang dilakukan oleh Nabi SAW dan karena jari jemari itu besok pada hari Kiamat akan dimintai persaksian dan diminta untuk berbicara”. 

Fatwa ini ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdurrazzaq ‘Afifi, Abdullah bin Ghadayan, Shalih al-Fauzan dan Abdul Aziz alu asy-Syaikh [Fatawa al-Lajnah ad-Daimah-majmu’ah tsaniah- 7/125-126, nomor fatwa 15662].

«فتاوى اللجنة الدائمة - المجموعة الأولى» (24/ 206):
س 1: ما ‌حكم الإسلام في استخدام ‌السبحة، وهل يجوز استخدام ‌السبحة التي أدخل في صنعها بعض الأحجار الكريمة، حتى إن هناك سبحات مصنوعة من الذهب الخالص، ومطعمة بالماس والياقوت والمرجان، وما هو أفضل: التسبيح بالأصابع أم بالسبحة المصنوعة بالأحجار الكريمة؟

Pertanyaan, “Apa hukum Islam mengenai penggunaan biji tasbih? Apakah penggunaan biji tasbih yang dalam pembuatannya memasukkan unsur batu mulia sampai-sampai ada biji tasbih yang terbuat dari emas murni  dan diisi dengan unsur intan, yaqut dan marjan? Manakah yang lebih afdhal menghitung tasbih dengan jari jemari ataukah dengan biji tasbih yang terbuat dari batu mulia?”.

ج 1: استخدام ‌السبحة من الأمور العادية، والأصل فيها الجواز، ولا نعلم دليلا يدل على منعها، وأما استخدام ‌السبحة المصنوعة من ذهب أو فضة أو أدخل في صناعتها ذهب أو فضة فلا يجوز استخدامها، للأدلة الدالة على ذلك.»

Jawaban Lajnah Daimah, “Penggunaan biji tasbih itu perkara non ritual ibadah yang hukum dasarnya adalah diperbolehkan dan kami TIDAK MENGETAHUI adanya dalil yang MELARANG PENGGUNAAN BIJI TASBIH. 

Sedangkan biji tasbih yang terbuat dari emas, perak atau dimasukkan unsur emas dan perak dalam proses pembuatannya tidak boleh dipergunakan karena menimbang sejumlah dalil yang melarangnya”.

Fatwa ini ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Abdullah bin Ghadayan dan Abdullah bin Qu’ud. [Fatawa al-Lajnah ad-Daimah-majmu’ah ula- 24/206, nomor fatwa 4300]. 

Orang yang menggunakan biji tasbih semata-mata untuk menghitung bacaan dzikir baik berupa tasbih, tahmid, tahlil, takbir atau pun kalimat thayyibah selainnya hukumnya boleh. 

Hal ini karena penggunaan biji tasbih itu perkara non ritual ibadah yang hukum asalnya adalah boleh. 

Pihak yang melarang perkara non ritual ibadah itulah yang dituntut membawakan dalil dan argumen pelarangan, bukan pihak yang menegaskan kebolehannya. Menurut Lajnah Daimah tidak dijumpai dalil dan argumen yang bisa digunakan untuk melarang penggunaan biji tasbih.

Penggunaan biji tasbih hanya bermasalah dalam dua keadaan. Pertama, ketika ada keyakinan adanya pahala khusus dalam penggunaan biji tasbih. Kedua ketika biji tasbih dijadikan sebagai simbol dzikir. Artinya orang yang mau berdzikir harus menggunakan biji tasbih. Jika tidak ada biji tasbih keinginan untuk berdzikir lebih baik ditunda.  

Jadi menggunakan biji tasbih dengan maksud semata-mata alat untuk menghitung bacaan dzikir adalah hal yang sama sekali tidak bermasalah.

Nabi SAW sendiri tidak berdzikir dengan menggunakan biji tasbih karena Nabi SAW itu berdzikir dengan menggunakan jari jemarinya. Meskipun demikian menurut Lajnah Daimah berdzikir dengan menggunakan biji tasbih itu diperbolehkan.

Jadi tidak semua yang tidak Nabi SAW lakukan terkait teknis ibadah adalah hal yang terlarang. Tidak semua melakukan hal yang tidak Nabi SAW lakukan itu berdampak dosa meski itu terkait ibadah tepatnya terkait teknis ibadah.

Menimbang fatwa Lajnah Daimah di atas adalah sebuah kejahatan menilai penggunaan biji tasbih untuk berdzikir sebagai sebuah kesesatan. Adalah lisan yang keji, lisan yang dengan mudahnya menuduh sesat dan menyimpang orang yang berdzikir menggunakan biji tasbih.

Oleh: Aris Munandar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama