Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Ada yang bertanya: a𝘧𝘸𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘺𝘢𝘪, 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘪𝘳𝘢-𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘩𝘪𝘬𝘮𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘵𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘸𝘢𝘧𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘕𝘢𝘣𝘪 𝘥𝘪 𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢?
𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻:
Segala ketetapan Allah ta’ala atas hambaNya tentu memiliki hikmah dan tujuan yang baik, terlebih jika itu terjadi kepada kekasihNya dan makhluk terpilihNya, Rasulullah ﷺ. Maka sudah lah pasti semua peristiwa hingga musibah wafatnya seluruh anak laki-laki beliau di usia bayi mengandung hikmah yang besar. Di antaranya kemungkinan sebagai berikut :
𝟭. 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗵𝗶𝗻𝗱𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗧𝗲𝗿𝗷𝗮𝗱𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗣𝗲𝘄𝗮𝗿𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗯𝗶𝗮𝗻
Di antara hikmah dari wafatnya anak-anak laki-laki Nabi ﷺ di usia dini adalah untuk menghindarkan asumsi bahwa kenabian akan diwariskan kepada keturunan beliau. Karena di masa lalu, kenabian sering kali diwariskan dari seorang Nabi kepada anak keturunannya, seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim yang memiliki dua anak, Ismail dan Ishaq, dan kenabian terus berlanjut dalam keturunan Ishaq. Seperti yang tergambar di ayat berikut :
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الفَضْلُ المُبِينُ
"𝘋𝘢𝘯 𝘚𝘶𝘭𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘸𝘢𝘳𝘪𝘴𝘪 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢: '𝘞𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢! 𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢𝘫𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶. 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 (𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢) 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘳𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢'."(QS. An Naml: 16)
Dengan tidak adanya anak laki-laki yang melanjutkan garis keturunan Rasulullah ﷺ, Allah ingin memastikan bahwa umat memahami misi risalah beliau bukan untuk diwariskan kepada keturunan semata, tetapi harus diteruskan oleh seluruh umat Islam. Hal ini juga untuk mencegah salah paham bahwa ada pewaris langsung kenabian setelah Nabi Muhammad ﷺ, karena beliau adalah penutup para nabi.
𝟮. 𝗠𝗲𝗻𝗲𝗴𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗔𝗱𝗮 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗦𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 ﷺ
Wafatnya anak laki-laki Nabi ﷺ juga mengandung hikmah untuk menegaskan bahwa kenabian telah berakhir dengan di utusnya beliau ﷺ. Itu mengapa Allah ﷻ ketika menegaskan bahwa Rasulullah ﷺ adalah penutup risalah bagi para nabi dan rasul mengkaitkan dengan sangkaan bahwa beliau adalah bapak dari seorang laki-laki dari umatnya. FirmanNya :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
"𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘱𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘯𝘢𝘣𝘪. 𝘋𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘔𝘢𝘩𝘢 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶."
(QS. Al Ahzab: 40)
Dengan demikian, wafatnya anak-anak laki-laki beliau sebelum dewasa menjadi hikmah besar agar tidak ada harapan atau dugaan bahwa akan ada nabi setelah beliau, sehingga umat Islam tetap berpegang pada keyakinan bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ.
𝟯. 𝗠𝗲𝗻𝗰𝗲𝗴𝗮𝗵 𝗳𝗶𝘁𝗻𝗮𝗵 𝗱𝗶 𝗸𝗮𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘂𝗺𝗮𝘁
Di antara hikmahnya pula, dengan itu Allah menghendaki untuk mencegah sebagian fitnah di kalangan umat dengan sebab keturunan Nabi ﷺ. Menghilangkan anggapan bahwa kenabian atau sebagian dari urusan kenabian adalah hak keturunan yang harus diwariskan, seperti halnya dalam tradisi kenabian bani Israil dan umat terdahulu. Allah ta’ala menghendaki agar umat Islam tidak menjadikan nasab sebagai tolak ukur utama untuk menilai sebagai kebenaran, tapi dalil dengan landasan al Kitab dan sunnah nabi lah yang menjadi ukurannya.
Demikian juga hal ini memberikan penegasan bahwa kemuliaan dan keagungan dalam Islam itu bukan diukur dari nasab, kesukuan atau ras tertentu, namun ditentukan oleh kadar ketaqwaan seseorang. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firmanNya :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘬𝘸𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶."(QS. Al Hujurat: 13)
Demikian pula Nabi ﷺ bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
"𝘞𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘱𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘵𝘶. 𝘒𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘈𝘳𝘢𝘣 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘰𝘯-𝘈𝘳𝘢𝘣, 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘰𝘯-𝘈𝘳𝘢𝘣 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘈𝘳𝘢𝘣, 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮, 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘩, 𝘬𝘦𝘤𝘶𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘸𝘢." (HR. Ahmad)
𝟰. 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗲𝗺𝗽𝘂𝗿𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗶𝘀𝗶 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 ﷺ 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗿𝗮𝗵𝗺𝗮𝘁 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗮𝗹𝗮𝗺
Wafatnya anak-anak laki-laki Nabi ﷺ juga memberikan hikmah bahwa beliau diutus sebagai "rahmatan lil 'alamin" (rahmat bagi seluruh alam) bukan untuk membangun sebuah dinasti atau kerajaan keluarga,.
Kepemimpinan umat ini tidak boleh hanya dimonopoli oleh satu keluarga atau kelompok tertentu, melainkan harus menjadi tanggung jawab setiap individu yang menerima risalah beliau. Ajaran ini lah yang kemudian diterjemahkan oleh Khulafaur Rasyidin yang memimpin umat Islam sepeninggal Nabi ﷺ. Yang mereka diangkat karena ilmu, ketaqwaan dan pengorbanannya untuk Islam, bukan karena pertimbangan nasab.
Dengan hikmah ini, Allah ta’ala dengan kehendak-Nya yang sempurna telah mengatur semua hal untuk memastikan agar risalah yang telah disampaikan oleh sang Rasul bisa diterima, dipahami, dan dijaga oleh umat Islam secara kolektif dan berkesinambungan.
𝟱. 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗲𝗷𝗲𝗸𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝗳𝗶𝗿
Orang-orang kafir Quraisy dahulu mengejek Rasulullah ﷺ dengan sebutan "abtar" (terputus keturunan) karena tidak memiliki anak laki-laki yang hidup hingga dewasa. Yang mana kemudian Allah ﷻ membalas ejekan mereka dengan menurunkan firmanNya :
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪𝘮𝘶, 𝘥𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴."
(QS. Al Kausar: 3)
Dengan ayat ini Allah ta’ala menegaskan bahwa kemuliaan Rasulullah ﷺ tidak lah bergantung pada keturunan anak laki-laki, melainkan pada misi dan ajaran yang dibawanya. Dan Allah juga memastikan bahwa musuh-musuh Nabi ﷺ yang justru akan terputus, sementara beliau terus dikenang dan dicintai oleh umat sepanjang masa, bahkan sebagian anak keturunan Nabi shalallahu’alaihi wassalam masih ada dan terjaga hingga hari ini.
𝟲. 𝗨𝗷𝗶𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗿𝗽𝗶𝗹𝗶𝗵 𝗶𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗮𝘁
Peristiwa wafatnya anak-anak laki-laki Rasulullah ﷺ di usia belia adalah termasuk ujian yang sangat berat, terutama di masa ketika memiliki anak laki-laki di masa itu dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberlanjutan keturunan. Kesedihan Nabi begitu mendalam saat menerima ujian ini satu persatu. Bahkan beliau diriwayatkan saat salah satu putranya wafat menangis hingga bercucuran air mata dan mengungkapkan rasa kesedihannya dengan kalimat yang sangat menyentuh.
Sebagai seorang kekasih Allah dan makhluk pilihanNya, sang Nabi ﷺ diuji sesuai dengan kedudukan beliau yang tinggi di sisi Allah. Dalam hadits disebutkan:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
"𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘵 𝘶𝘫𝘪𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘯𝘢𝘣𝘪, 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 (𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘯), 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢." (HR. Tirmidzi)
Ujian adalah salah satu bagian dari cara Allah ﷻ meninggikan derajat hamba-hamba-Nya yang terpilih. Rasulullah ﷺ telah menghadapi berbagai macam musibah yang berat tak terkira dalam kehidupannya, guna mengajarkan kepada kita bahwa adanya iman dan keshalihan pada diri seseorang bukanlah penjamin untuk bebas dari ujian dan musibah.
𝟳. 𝗔𝗴𝗮𝗿 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗸𝘂𝗹𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻
Tidak adanya keturunan laki-laki yang hidup hingga dewasa menghindarkan Rasulullah ﷺ dan keluarganya dari potensi pengkultusan. Ini mengajarkan bahwa kemuliaan yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ tidak terletak pada keturunannya, melainkan pada risalah dan sunnah yang beliau ajarkan. Bahkan ketika ada keluarga dan orang yang sangat beliau cintai sekalipun, di antaranya Abu Thalib yang menolak ajaran beliau, tak sedikitpun hubungan nasab itu bisa memberi manfaat kepada sosok tersebut.
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
"𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 (𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥) 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪."(QS. Al Qasas: 56)
𝟴. 𝗠𝗲𝗻𝗲𝗽𝗶𝘀 𝗮𝘀𝘂𝗺𝘀𝗶 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗸𝗲𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗸𝗶-𝗹𝗮𝗸𝗶 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗸𝗲𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹𝗮𝗻
Pada zaman Arab jahiliyah, memiliki anak laki-laki dianggap sebagai lambang kekuatan dan keberhasilan, sedangkan anak Perempuan hanya dianggap sebagai bentuk kesialan. Dengan wafatnya semua anak laki-laki Nabi ﷺ, Allah ﷻ menunjukkan bahwa meski tanpa anak laki-laki Rasulullah ﷺ terbukti menjadi sosok yang sukses dan mulia, dan semua keagungan itu semua terjaga dengan baik sepanjang zaman.
Sebaliknya beliau ﷺ membawa ajaran untuk memuliakan kaum wanita dan anak-anak perempuan dengan sabdanya :
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ، فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَأَطْعَمَهُنَّ، وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ، كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮, 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘱𝘪 𝘯𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘢𝘮𝘢𝘵." (HR. Ahmad)
Demikian di antara hikmah yang bisa kami jabarkan dari peristiwa mengapa putra-putra Nabi ﷺ ditaqdirkan oleh Allah ﷻ wafat di usia kecil.
📚Wallahu a’lam.
________
Referensi : Abna' al-Nabi ﷺ al-Banun wa al Banat wa Ummahatuhum, karya Ibrahim al jamal, Syamail ar Rasul karya Ahmad Zawawi, Hadatsah wafat Ibrahim Ibnu Nabi karya Khalid Ouabo.
Tags:
Sejarah