Iran Serang Israel, Bagaimana Sikap Kita?

Sikap Umat Islam Atas Serangan Iran Ke Israel

Fikroh.com - Iran meluncurkan sekitar 180 rudal ke Israel, kata militer Israel. Serangan kali ini sedikit lebih besar daripada serangan April lalu, yang melibatkan sekitar 110 rudal balistik dan 30 rudal jelajah. Aksi Iran dilakukan beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon.

Pertanyaan bagaimana sikap kita atas serangan mereka ke Israel? Kita mendukung atau gimana? Soalnya di medsos akun-akun salafi malah kok kaya meledek serangan Iran dan malah seperti membela zionis ..? Pihak pejuang dibuat serba salah oleh mereka. Jazakumullah.

Jawaban:

Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillahirrahmanirrahim...

Kita sangat merindukan negeri-negeri Ahlussunah bahu membahu memberikan tindakan militer kepada zionis untuk membela saudara mereka yang teraniaya di Gaza. Tapi sampai hari ini belum ada tindakan militer apa pun walau skala kecil. Seolah kerinduan tersebut bagai pungguk merindukan bulan. Justru yang terjadi sebagian pemimpin sunni berdiri pada pihak zionis dan sama-sama membenci para pejuang Palestina.

Ada pun menyikapi serangan Iran yg notabene syiah ke Zionis, maka jangankan Iran, seandainya Rusia, Jerman, atau negara-negara yang notabene kafir yang melakukan serangan itu, kita pun setuju.

Kita tidak mendukung aqidah mereka, sama sekali tidak. Tapi, jika ada saudara kita sesama muslim yang terzalimi tidak berdaya, kita pun tidak berdaya, lalu ada bantuan dari orang kafir untuk membebaskan sdr muslim tsb maka bukan hal yang salah secara syar'i bagi umat Islam menerima pertolongan mereka. Sama-sama terikat oleh nilai universal yaitu membela orang-orang yang teraniaya.

Saat perang Uhud, para shahabat nabi dibantu oleh seorang Musyrik bernama Quzman bahkan Quzman ikut membunuh musuh. Begitu pula musyrikin Bani Khuza'ah, ikut bersama Rasulullah menghadapi Quraisy di tahun Fathu Makkah. (Imam asy Syaukani, Nailul Authar, jilid. 7, hal. 267)

Imam al Hazimi Rahimahullah mengatakan –seperti yang dikutip Imam az Zaila’i Rahimahullah- tentang bolehnya menerima sokongan dari orang kafir dalam melakukan perlawanan melawan musuh:

وَذَهَبَتْ طَائِفَةٌ: إِلَى أَنَّ لِلْإِمَامِ أَنْ يَأْذَنَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَغْزُوا مَعَهُ وَيَسْتَعِينَ بِهِمْ وَلَكِنْ بِشَرْطَيْنِ:
(1) أَنْ يَكُونَ فِي الْمُسْلِمِينَ قِلَّةٌ وَتَدْعُو الْحَاجَةُ إِلَى ذَلِكَ.
(2) أَنْ يَكُونُوا مِمَّنْ يُوثَقُ بِهِمْ فَلَا تَخْشَ ثَائِرَتُهُمْ.

Segolongan ulama berpendapat: “Pemimpin bisa mengizinkan orang-orang musyrik bergabung bersamanya dalam peperangan dan membantu kaum muslimin, dengan dua syarat:

Pertama, jumlah kaum muslimin hanya sedikit dan ada faktor yang mendorong kebutuhan itu.

Kedua, orang-orang musyrik tersebut bisa dipercaya dan tidak dikhawatiri akan memberontak.” (Imam az Zaila’i, Nashb ar Rayah Li Ahadits al Hidayah, 3/424)

Imam Al Hazimi menambahkan:

وَلَا بَأْسَ أَنْ يُسْتَعَانَ بِالْمُشْرِكِينَ عَلَى قِتَالِ الْمُشْرِكِينَ إِذَا خَرَجُوا طَوْعًاً وَلَا يُسْهَمُ لَهُمْ

Boleh meminta pertolongan kepada orang musyrik untuk memerangi orang musyrik lainnya, selagi mereka bergabung dengan patuh dan tidak memberi andil bagi musuh. (Ibid)

Ada pun Iran versus Zionis, maka kita teringat bagaimana sikap Rasulullah ﷺ dan para sahabat nabi ketika mendukung Romawi saat perang melawan Persia. Keduanya sama-sama kafir dan sama-sama musuh, tapi umat Islam saat itu mendukung Romawi. Menurut Imam Al Qurthubi Romawi masih "mending" dibanding Persia karena Romawi adalah Ahli Kitab sementara Persia adalah musyrik penyembah api.

Maka, Iran yang Syiah Rafidhah, dibanding Zionis yang kafir harbi tentu masih "mending" Syiah Rafidhah. Yang mana syiah Rafidhah masih diperdebatkan kekafirannya menurut para ulama Ahlussunah. Imam Malik dan yang sepakat dengannya menyatakan kafirnya Syiah Rafidhah, sementara al 'Allamah Al Qaradhawi, Hadhratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, dan sederetan ulama Al Azhar seperti Mahmud Syaltut, menyatakan Rafidhah adalah ahli bid'ah namun masih Islam.

Ada pun orang-orang yang selalu nyinyir atas semua perlawanan bersenjata untuk memerdekakan Palestina ... ketika pejuang Sunni (HAMAS dan Jihad Islami) melawan, mereka nyinyir .. ketika Syiah melawan, mereka juga nyinyir .. Entah siapa lagi yang mereka harapkan, sementara negeri-negeri yang penguasanya Sunni tidak ada tindakan militer yang nyata.

Tentunya orang-orang ini lebih baik diam, dibanding justru lisannya sering menyakiti dan menyinyir perjuangan para mujahidin bagaikan orang-orang munafiq zaman dulu.

Syaikh Yusuf Abdul Hayy berkata:

"Mencela para mujahid adalah sifat kaum munafiq. Kaum munafiq mencela para mujahidin, mencela para pimpinan mujahid, menciptakan keraguan atas niat mereka, dan menganggap bodoh perbuatan mereka. Inilah perilaku kaum munafiq sejak masa lalu. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَٰلَهُمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا

Mereka (kaum munafiq) kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. Al Ahzab: 19)

Sumber: https://youtu.be/LGHwzc5qRxk

Demikian. Wallahu A'lam. Wa Shalallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam.

Dijawab oleh: Farid Nu'man Hasan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama