Nasehat Untuk Ustadz Adi Hidayat yang Menyebut Injil Mirip Dengan Ayat Al-Qur'an

Nasehat Untuk Ustadz Adi Hidayat yang Menyebut Injil Mirip Dengan Ayat Al-Qur'an

Fikroh.com - Baru-baru ini beredar potongan video yang memuat dialog Ustadz Adi Hidayat dengan dua orang mahasiswi beragama nasrani. Dalam dialog itu Ustadz Adi Menanggapi ayat Injil yang dibacakan oleh mahasiswi tersebut dengan mengatakan "miripkan"? Sontak pernyataan UAS ini menimbulkan reaksi dari para da'i dan aktivis Islam yang mengganggap pernyataan UAS bermasalah dan rentan merusak Aqidah umat islam.

Berikut ini cuplikan videonya



Atas hal itu seorang Ustadz bernama Abu Usaid Al-Munawi menuliskan kritik dan nasehatnya untuk UAS, berikut tulisan selengkapnya:

Kesalahan besar Pak Adi Hidayat dalam forum itu adalah ketika seorang wanita nashrani membacakan ayat Injil (versi mereka) yang maknanya berupa anjuran untuk berdoa pada Yesus, ia membacakan ayat Al-Qur'an yang maknanya adalah anjuran berdoa hanya kepada Allah -Ta'ala- lalu dia katakan mirip.

Semua Agama akan menyerukan berdoa pada tuhan mereka, semua orang tahu itu. Itu merupakan sesuatu yang aksiomatik. Tapi, ketika ia katakan ayat injil itu mirip dengan ayat Al-Qur'an, disini kefatalan itu muncul. Sebab, Allah tidak pernah ridho manusia berdoa pada selainNya. Ini adalah perbedaan yang paling dasar dalam agama Islam dengan agama lain yang tidak bisa dikatakan mirip.

Makanya, ketika ia katakan mirip, kaum muslimin pasti marah. Apalagi para da'i yang rela berjuang di pedalaman untuk mendakwahkan agar orang hanya berdoa pada Allah -Ta'ala- saja. Mereka berjuang mati-matian, eh dia malah seenaknya bilang ayatnya mirip di atas podium yang disiarkan di media dan bisa disaksikan oleh jutaan manusia.

Yang akan tergambar pada orang awam dengan perkataannya itu yaitu, hal ini adalah sesuatu yang ditolerir dalam Islam. Apalagi ia berikan dana cukup besar untuk masing-masing yang membacakan Injil di atas podium itu, yang mana sebenarnya dengan itu mereka mendakwahkan ditengah hadirin bahwa Tuhan memiliki anak, yang karena kasih sayangnya ia mengaruniakan anaknya yang tunggal. Sebagaimana dalam Injil yang dibacakan.

Muslim sejak dulu sebenarnya sudah toleran terhadap non muslim dengan tidak menganggu mereka dengan keyakinan itu. Bahkan Allah melarang mencela mereka yang beribadah pada selain Allah.

Sebagaimana firmanNya:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ 

Terjemahannya: "Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." (QS. Al-An'am: 108)

Ini bentuk toleransi, agar tidak saling mengganggu, tapi tidak untuk saling membenarkan keyakinan atau mencocokkan keyakinan.

Makanya, ketika pak Adi Hidayat mengatakan mirip antara ayat Injil itu dengan ayat Al-Qur'an, ditambah terjemah yang ia bacakan tidak sesuai dengan teks berbahasa arabnya (entah sengaja atau tidak sengaja Wallahu a'lam) yang tergambar seolah Islam menolerir keyakinan itu, dan keyakinan mereka seolah hampir sama dengan keyakinan kaum muslimin karena ada kemiripan.

Bayangkan saja, ketika wanita nashrani itu membacakan ayat injilnya, "Karena besarnya kasih Allah akan dunia ini, maka ia mengaruniakan anaknya yang tunggal, supaya orang yang percaya padanya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal."

Seorang yang menauhidkan dan mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pasti akan merasa risih hatinya dengan ayat injil ini. Bagaimana tidak, ayat ini jelas menyebutkan inti pokok ajaran mereka, bahwa adanya Tuhan punya anak dan siapa yang percaya padanya tidak akan binasa." 

Bagaimana dengan yang tidak percaya pada ajaran mereka? Pahami sja..

Ayat tersebut lalu ia katakan mirip dengan ayat yang ia bacakan, yaitu firman Allah -Ta'ala-i:

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ

Yang ia terjemahkan: "Tuhan telah mengutus aku untuk menjadi penyebar risalah yang terbaik dan membawa berkah kepada siapapun yang aku ajarkan." Lalu ia berkata, mirip kan...

Sungguh ini adalah kedustaan. Untuk menyerupakan kalimat antara Injil dan Al-Qur'an ia tidak menerjemahkan dengan terjemah yang benar. Padahal, terjemah yang benar pada ayat itu adalah:

"Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat."

Letak fatalnya dimana? Kata Abdullah pada ayat Al-Qur'an itu sebenarnya untuk menjelaskan bahwa Isa itu adalah hamba Allah, bukan anak Allah tidak diterjemahkan. Dan ini adalah salah satu inti ajaran islam, karena Allah murka jika dikatakan Dia mempunyai anak. Ini adalah perbedaan itu.

Tapi, supaya terlihat mirip antara terjemah ayat itu dengan ayat Injil yang dibacakan, yaitu "Karena besarnya kasih Allah akan dunia ini, maka ia mengarnuiakan anaknya yang tunggal," maka diterjemahkanlah ayat Al-Qur'an dengan kalimat "Tuhan telah mengutus aku untuk menjadi penyebar risalah terbaik," lalu ia katakan "mirip". Dengan itu, seolah tidak ada masalah antara keduanya. Padahal karena hal itulah langit hampir pecah, bumi hampir terbelah dan gunung hampir runtuh karena mereka Katakanah punya anak.

La Haula walaa Quwwata illaa Billah.

Toleransi kaum muslimin sudah benar sejak dahulu di Indonesia. Mereka hidup saling berdampingan, tidak saling mencela dan tidak saling mengganggu, tapi tidak saling mencampur adukkan keyakinan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama