Cara Setan Memperdaya Manusia dan Jurus Ampuh Untuk Melawannya

Cara Setan Memperdaya Manusia dan Jurus Ampuh Untuk Melawannya

Fikroh.com - Dalam Al-Quran Al-Kariem, Allah SWT berulang kali menyebut istilah 'jin'. Bahkan, terdapat satu surat khusus yang membahas jin, yaitu surat Al-Jin. Setan, sebagai makhluk yang diciptakan Allah dari jenis jin, menolak untuk sujud kepada Adam, manusia pertama, setelah Allah memerintahkan malaikat untuk melakukannya. Penolakan setan ini disebabkan oleh kesombongannya, yang menjadi awal dari permusuhan antara setan dan manusia hingga hari ini, sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran.

Firman Allah SWT di dalam Quran surat Al Baqarah: 34

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (٣٤)

“dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Setan menggunakan strategi gradual (bertingkat) baik isi maupun metode dakwahnya. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah menyebutkan ada enam tahapan yang dilalui perjalanan dakwah setan.

{tocify} $title={Table of Contents}

Tahap pertama, Pengkafiran atau pemusyirikan manusia. Jika yang didakwahi itu dari kalangan muslimin, maka setan akan melangkah ketahapan dakwah berikutnya.

Tahap kedua, Pembid’ahan. Yaitu menjadikan menusia sebagai Ahlul bid’ah. Seandainya yang diajak dari kalangan Ahli Sunnah, maka dimulailah tahap ketiga.

Tahap ketiga, Pemerangkapan manusia dengan dosa-dosa besar. Jika manusia dilindungi oleh Allah dari melakukan dosa-dosa besar, setan tidak putus asa, untuk terus menggoda.

Tahap keempat, Pemerangkapan manusia dengan dosa-dosa kecil.Jika manusia selamat dari dosa-dosa kecil setan melangkah ketahap yang lain.

Tahap kelima, Penyibukan manusia dalam masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga orang itu menghabiskan waktunya untuk hal yang mubah, tidak sibuk dalam hal yang berpahala, yang kita semua diperintahkan untuk mengamalkannya.

Tahap keenam, Penyibukan manusia dalam urusan-urusan sepele sehingga ia tinggalkan persoalan-persoalan yang lebih penting dan yang lebih baik. Misalnya, sibuk dengan amalan sunnah, meninggalkan amalan wajib .

Jerat-jerat setan itu tidak terhitung jumlahnya. Diantaranya:

1. mengadu domba sesama muslim dan buruk sangka


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Rasulullah bersabda : " Sesungguhnya iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholeh, tetapi ia berusaha mengadu domba di antara mereka."

Yakni setan menyebarkan permusuhan, kebencian dan fitnah di antara mereka.

Buruk sangka itu biasanya datangnya dari setan, sebagaimana hadist Shafiyyah binti Huyay [istri Rasulullah] bekata : "Ketika Rasulullah sedang beri’tikaf di masjid, saya mendatanginya di suatu malam dan bercerita. Kemudian saya pulang diantar beliau. Ada dua orang anshor berjalan dan ketika keduanya melihat Rasulullah mereka mempercepat jalannya, rasulullah bersabda: "Pelan-pelanlah. Dia itu Safiyah binti Huyay". Mereka berkata: Maha suci Allah , Rasulullah!" Rasulullah bersabda . "Sesungguhnya setan berjalan di tubuh anak adam pada peredaran darah, aku khawatir setan itu melontarkan kejahatan di hati kamu berdua , sehingga timbul prasangka yang buruk." (Bukhori 4:240,Muslim 2174-2175)

Setan itu suka mengadu domba antar sesama kita sebagaimana dijelaskan oleh hadist yang diriwayatkan Sulaiman bin Sird, Ia berkata: "Saya pernah duduk bersama Rasulullah di sana ada dua orang yang sedang saling mencaci. Salah satu dari keduanya wajahnya merah dan ototnya mengeras karena marah."Rasulullah besabda : " Akan aku ajarkan satu kalimat yang dapat menghilangkan marah ketika diucapkan. Seandainya dia mengucapkan: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk", maka hilanglah marahnya." (Bukhori 10:431)

2. Menghiasi Bid’ah bagi manusia


Setan mendatangi manusia dengan mengatakan bahwa bid’ah itu sesuatu yang indah seraya mengatakan: "Sesungguhnya manusia di zaman ini sudah meninggalkan ibadah dan sulit dikembalikan. Mengapa kita tidak mengerjakan sebagian peribadahan lalu kita bagus-baguskan dengan tambahan dari kita agar manusia mau kembali beribadah?". Kadang-kadang setan mendatangi dengan cara penambahan terhadap ibadah yang ada dalam sunnah rasulullah. Lalu berkata , "tambahan kebaikan tentu merupakan kebaikan juga. Maka tambahlah dalam sunnah tersebut suatu bentuk ibadah yang mirip dengan sunnah, atau sandarkan ibadah baru pada sunnah tersebut."

Sebagian manusia lain didatangi dengan bujukan, "Sesungguhnya manusia sudah jauh dari Dien ini, mengapa tidak kita buat hadist-hadist yang dapat menakut-nakuti mereka ?"…Maka orang-orang mengarang hadist palsu yang disandarkan pada Rasulullah sambil berdalih, "kami memang berdusta, namun kami bukan berdusta menentang Rasulullah saw melainkan berdusta dalam rangka membela beliau?!"

Mereka berdusta membela Rasulullah ???!! Dikaranglah oleh mereka hadist untuk menakut-nakuti manusia dari neraka, memberikan manusia gambaran dengan cara-cara aneh. Demikian pula mereka menggambarkan surga dengan cara aneh pula!

Kita menegetahui bahwa ibadah itu adalah taufiqiyah, yaitu mengambilnya dari Rasulullah sebagaimana petunjuk Allah yang datang kepada beliau, tidak boleh kita tambahi atau kita kurangi. Kelakuan yang mereka lakukan itu adalah bid’ah dari karangan setan.

3. Membesar-besarkan satu aspek atas aspek lainnya


Kadang seseorang terjatuh pada banyak dosa-dosa dan maksiat, namun dia tetap sholat sebagai alasan penutup kekurangannya itu. Dia berdalih bahwa shalat itu adalah ‘imaadud-dien (tiang agama), yang pertama kali di Hisab di Hari Perhitungan (Akhrat), maka tidak mengapa dirinya jatuh dalam sebagian maksiat.

Dia menjadikan sesuatu yang paling agung, untuk menghalalkan kekurangannya dalam ibadah-ibadah lain. Dibesar-besarkannya urusan shalat atas lainnya.!

Benar bahwa shalat adalah ‘imadud-dien, namun bukan keseluruhan kandungan Dien ini! Setanlah yang mendatangi orang ini untuk menghalalkan kekurangan dirinya!

Kadang setangpun mendatangi seorang manusia lain untuk mengatakan, "Dien ini adalah muamalah (pergaulan/akhlak yang baik)…. Yang paling penting kamu baik terhadap manusia jangan mendustai atau menipu mereka walaupun kamu tidak shalat, bukankah Rasulullah bersabda : "Bahwa Dien ini adalah muamalah ‘?"

Kadang didatanginya seorang lain dengan bujukan , "yang paling penting adalah berniat baik!Asal aku lalui waktu malamku tanpa menyimpan dengki dan kebencian pada manusia, cukuplah sudah.’Akhirnya orang tersebut meninggalkan banyak amalan-amalan shaleh, mencukupkan diri dengan niat baik saja!

Demikian pula dalam tataran kelompok ketika kamu lihat segolongan orang berkata:

"Hal terpenting adalah kita harus mengenal keadaan riil kaum muslimin dan keadaan musuh-musuh mereka. Dengan demikian hal paling penting adalah masalah-masalah politis. Kita hidup di zaman orang-orang berdasi dan berdiplomasi bukan di zamannya arab padang pasir"

Demikianlah pendukung kelompok ini mengetahui segala hal tentang Komunisme, Free masonry, bahaiah, Qadiyaniah,dll. Kemudian kamu Tanya tentang islam mereka tidak faham sedikitpun!

Sebaliknya dari kelompok tadi, ada kelompok yang membesar-besarkan masalah peribadatan. Mereka berpendapat, "Hal terpenting adalah hubunganmu kepada Allah, yaitu shalat. Kamupun harus zuhud dan bertaqwa, lemparkan urusan-urusan lain, selain aspek-aspek keruhanianmu!"

Datang pula kelompok lain, yang benar-benar ada dalam medan dakwah islam sekarang , dengan pendapat, "Hal paling penting adalah menyatukan barisan kaum muslimin. Allah Azza wajalla berfirman yang artinya; "Dan berpeganglah kepada tali (agama) Allah, secara bersama-sama, dan janganlah kalian bercerai-berai."(Q.S. Ali ‘Imran:103).

Mereka menjadikan persatuan hal paling penting walaupun dibandingkan masalah aqidah! Mereka berbicara kepada manusia yang beraqidah meyelisihi aqidah kita, mengklaim bahwa kita harus bersatu, karena kita sekarang berada di zaman berkuasanya musuh-musuh atas kita! Memang benar kita harus bersatu, namun persatuan di atas asas-asas, bersatu di atas Dien. Bukan bersatu dalam kekacauan dan perbedaan aqidah.

4. Menunda-nunda dan tergesa-gesa


Imam ibnul jauzi dalam buku "Talbis iblis" berkata, "betapa banyak orang yang bertekad teguh, dibuat menanti-nanti", yaitu dibuat berkata "nanti saja" oleh setan. Ibnul Jauzi melanjutkan, "betapa banyak pula yang berusaha untuk berbuat baik dipengaruhi setan untuk menunda-nundanya."

5. Kesempurnaan semu


Setan mendatangi manusia untuk menjadikannya merasa sempurna, dengan berkata "kamu lebih baik dari orang lain. Kamu melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang tidak shalat." Kamu diarahkan setan agar memperhatikan orang-orang yang ada di bawahmu dalam beramal shaleh, untuk mencegahmu dari beramal lebih baik. Karena kamu sudah melihat dirimu sebagai manusia paling utama!

Padahal yang dituntut dari kita adalah sebaliknya, yaitu kamu perhatikan orang yang puasa sunah Senin dan Kamis ketika kamu tidak melakukannya, atau perhatikan Fulan yang melakukan amalan-amalan sunah ketika kamu belum melakukannya. Inilah yang dituntut darimu, yaitu melihat orang yang lebih darimu dalam amal shaleh.

6. Tidak menilai diri dan kemampuannya secara tepat


Setan membuat seseorang tergelincir dalam menilai dirinya dengan dua jalan:

A. Pandangan ujub dan menipu diri


Setan berkata "Kamu sudah mengerjakan ini dan itu, lihatlah kamu, beramal dan beramal…". Maka berubahlah orang itu menjadi takabur dan tertipu oleh dirinya, akibatnya dia merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Dia akan menolak pula untuk rujuk dari kesalahannya. Dia akan menolak pula untuk duduk di majelis ilmu untuk belajar dari orang lain.

B. Tawadhu dan memandang diri hina dan rendah


Di sini setan berkata, "Kamu harus tawadhu. Siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan di tinggikan-Nya. Kamu tidak sepadan untuk perkara ini! Urusan ini hanya untuk orang berilmu tinggi saja! ", padahal setan bermaksud untuk menjauhkan dirimu dari tugas dakwahmu. Ini dari bab tawadhu, kamu akhirnya merendahkan dirimu sampai derajad dimana kamu merasa tak berguna pada kemampuanmu yang seharusnya kamu tampilkan, karena kita akan ditanya atas segala kemampuan dan kekuatan kita. Kamu harus mengungkapkan kemampuanmu itu karena kalau tidak kamu gunakan kemampuanmu itu, niscaya kamu akan dihisab atasnya. Ini pada hakekatnya bukan tawadhu, tapi lari dari tanggung jawab, lari dari menunaikan kewajiban. Akan tetap setan berkata kepadanya, "Tinggalkanlah bidang itu untuk orang lain yang lebih baik darimu! Dakwah adalah amal yang mulia, amal bagi orang yang jenius yang amat langka dan yang mendalam ilmunya."

Kadang-kadang setanpun mendorong manusia merendahkan dirinya, dengan mengacaukan akalnya untuk terus-menerus berpikir, "Apa artinya diri saya dibanding syaikh ini? Apalah artinya diriku dibandingkan dengan orang alim ini?" Dimandulkan akalnya sehingga tidak berfikir kecuali dengan fikiran Syaikhnya, dan hanya menerapkan perkataan Syekhnya semata. Jadilah Syaikhnya yang paling benar, dan yang lain salah. Mulailah dia mengagungkan manusia dan mengkultuskannya.

Padahal yang pokok bagi kita mengembalikan semua perkara kepada syari’at Allah, dan orang yang didepanmu itu masih keliru. Karenanya semua perkataan manusia harus ditimbang dengan Kalamullah dan sabda RasulNya

7. Tasyik (Menimbulkan keragu-raguan).


Diantara pintu masuk setan adalah membuat ragu dalam masalah niat, dia berkata kepada manusia, "Kamu riya’, kamu munafiq, kamu beramal karena manusia", supaya orang ini meninggalkan amal.

Contohnya, seseorang ingin bersedekah kemudian dilihat orang lain, dia berkata dalam hatinya, "Kalau aku bershadaqah terlihat olehnya, dia akan menyangka kau riya’. Lebih baik aku tidak memberikan shadaqah ini."

Sesungguhnya memperbaiki niat itu diperintahkan, namun jangan sampai kita meninggalkan amal. Perbaikan niat justru harus menjadikanmu beramal dan meningkatkannya.

Al-Harists bin Qays mengatakan, " Jika setan mendatangimu dalam shalat dan membisikan kepada kamu bahwa kamu riya’, perpanjanglah shalatmu."

8. Takhwif (Menakut-nakuti)


Setan mempunyai dua metode dalam menakut-nakuti manusia:

A. Menakut-nakuti dari wali-wali setan


Disini setan menakut-nakuti manusia dari tentara dan wali-walinya, yaitu para pelaku maksiat dan kejahatan. Setan berkata, waspadalah terhadap mereka, mereka punya kekuatan luar biasa." Dengan ditakut-takuti, orang ini jadi meninggalkan amal.

Padahal Allah telah berfirman ; "Sesungguhnya itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetap takutlah kepada KU, jika kamu benar-benar orang-orang beriman." (QS. Ali ‘imran: 175).

B. Menakut-nakuti dari kefaqiran


Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kefaqiran dan menyuruh kamu berbuat kejahatan.."(QS. Al-Baqarah:268)

Setan berkata kepada manusia: " kalau kamu tinggalkan pekerjaan ini, dimana kamu kan mendapatkan pekerjaan yang lainnya? Kamu akan menjadi sangat faqir." Maka dia menjadikan takut akan kefaqiran. Akhirnya orang itu mengerjakan perbuatan yang haram. Contohnya seorang muslim yang berdagang khamar ditertawakan oleh setan karena sudah berhasil menipunya melalui pintu ini. Padahal Allah telah berfirman ; "dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberikannya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS. Ath-Thalaq:2-3)

Kita dapati para pemakan riba’ takut akan kefaqiran, berkata: "Bagaimana aku hidup? Orang-orang sudah pada kaya, aku masih faqir"!!

Kadang-kadang setan pun menghiasi kebatilan pada juru dakwah, sehingga menghalalkan yang haram, dengan alasan untuk kemaslahatan dakwah kamu perlu berdusta!

Setan menghiasi kebatilan sebagai kebenaran dengan argumen bahwa perkara ini diperlukan untuk kemaslahatan dakwah.

Hal-hal Yang Melancarkan Tugas Setan


1. Kebodohan


Seorang yang berilmu lebih sulit di goda oleh setan daripada seribu ahli ibadah

2. Hawa nafsu, lemah keikhlasan, dan lemah keyakinan


Allah Ta’ala berfirman yang artinya: " Iblis berkata, Demi keagunganMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka" (QS. Shaad: 82-83).

Langkah-langkah Melawannya 


1. Iman kepada Allah


Kita harus benar-benar beriman kepada Allah dan bertawakal kepadanya, sebagaimana firmanNya: "sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang beriman dan orang-orang yang bertawakal hanya kepada Rabb mereka saja." (QS. An-Nahl: 99)

2. Mencari ilmu syar’I dari sumber-sumbernya yang shahih


Dengan ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah seorang hamba akan dapat mengenal batasan-batasan Allah sehingga dia tidak akan tertipu oleh bisikan setan.

3. Ikhlas di jalan Dien ini


Allah ta’ala berfirman yang artinya:" Iblis berkata, Demi keagungan-Mu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka" (QS. Shaad: 82-83).

4. Dzikir (ingat) kepada Allah Ta’ala dan berlindung dari godaan setan terkutuk


Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui." (Al-A’raaf: 200)

Demikian pula pembacaan Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) dijelaskan dalam hadist keutaman keduanya untuk melindungi kita dan mencegah dari gangguan setan. Begitu pula pembacaan ayat kursyi, karena ayat ini dapat menjaga dari setan. Wallahu a’lam.

Sumber: DR. Abdullah Al-Khatir dari bukunya "Madaakhilu As-Syaithan ‘Alash -Shalihin"

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama