Mengapa Raja-Raja Spanyol Tidak Memakai Mahkota?

Fikroh.com - Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa raja-raja Spanyol, meskipun memiliki sejarah kerajaan yang megah, tidak pernah terlihat mengenakan mahkota dalam upacara resmi? Berbeda dengan raja-raja Inggris atau Prancis yang sering digambarkan dengan mahkota berkilauan, monarki Spanyol memiliki tradisi unik di mana raja hanya diproklamasikan, bukan dikronasi dengan mahkota. Jawabannya ternyata berakar pada sebuah peristiwa dramatis di abad ke-16: kegagalan ekspedisi militer besar-besaran ke Aljazair pada tahun 1541. Legenda mengatakan bahwa Raja Spanyol Karl V (juga dikenal sebagai Charles V atau Carlos V) melemparkan mahkotanya ke laut setelah kekalahan memalukan itu, dan sejak saat itu, tidak ada raja Spanyol yang memakainya lagi. Kisah ini bukan hanya cerita lama; ia mencerminkan bagaimana Aljazair, dengan perlawanan heroiknya, membuat seluruh Eropa bertekuk lutut. Mari kita telusuri sejarah menarik ini secara mendalam.

Latar Belakang Konflik: Bentrokan antara Kekaisaran Eropa dan Kekuatan Ottoman di Mediterania


Untuk memahami mengapa raja Spanyol tidak memakai mahkota, kita harus kembali ke era Renaisans Eropa, di mana konflik antara Kekaisaran Kristen dan Kekaisaran Ottoman mencapai puncaknya. Pada awal abad ke-16, Aljazair (atau Algiers) menjadi basis penting bagi bajak laut Barbarossa bersaudara, yang setia kepada Sultan Ottoman Suleiman the Magnificent. Kota ini bukan hanya pelabuhan perdagangan, tapi juga pusat perlawanan terhadap ekspansi Eropa.

Charles V, yang memerintah sebagai Kaisar Romawi Suci dan Raja Spanyol, melihat Aljazair sebagai ancaman utama. Alasan utamanya? Aljazair sering menyelamatkan Muslim dan Yahudi yang melarikan diri dari pengusiran di Andalusia pasca-Reconquista Spanyol pada 1492. Kapal-kapal Aljazair menyusup ke pantai Spanyol untuk menyelamatkan para pengungsi, yang membuat marah para pemimpin Eropa. Selain itu, pasukan Aljazair berhasil merebut kembali kota-kota pesisir seperti Oran dan Mers el-Kebir dari tangan Spanyol, memicu kemarahan kampanye salibis.

Charles V, yang dikenal sebagai penguasa terkuat Eropa saat itu, memutuskan untuk menghancurkan Aljazair sekali dan untuk selamanya. Ia mengumpulkan aliansi besar: Kekaisaran Spanyol, Kekaisaran Romawi Suci, Ordo Santo Yohanes (Ksatria Malta), Republik Genoa, Negara Kepausan, Kerajaan Sisilia, dan Kerajaan Napoli. Armada ini disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah, terdiri dari sekitar 500 kapal (termasuk 65 kapal perang dan ratusan kapal pengangkut), 12.000 pelaut, 24.000 tentara, dan 700 pasukan berkuda. Ini adalah kekuatan yang seharusnya tak terkalahkan, mirip dengan Armada Invincible Spanyol yang terkenal di kemudian hari.

Persiapan dan Perjalanan: Ambisi yang Terlambat


Ekspedisi dimulai pada akhir September 1541 dari Pulau Mallorca, Spanyol. Namun, Charles V terlambat berangkat karena masalah internal di Jerman dan Flanders. Musim gugur di Mediterania dikenal berbahaya dengan badai yang sering terjadi, tapi ambisi Charles mengabaikan peringatan itu. Armada raksasa ini berlayar menuju pesisir Aljazair, dengan tujuan mendarat di dekat kota Algiers dan merebutnya dalam waktu singkat.

Di sisi lain, pasukan Aljazair jauh lebih kecil. Dipimpin oleh Hassan Agha (wakil dari Khair ad-Din Barbarossa), mereka hanya memiliki sekitar 5.000 tentara lokal, 700 Janissari Ottoman, dan beberapa relawan dari penduduk setempat. Meski kalah jumlah, mereka mengandalkan pengetahuan medan, benteng yang kuat, dan dukungan dari cuaca alam. Barbarossa sendiri tidak hadir karena sedang bertugas di Istanbul, tapi perlawanan Aljazair sudah siap.

Pertempuran Sengit: Badai dan Perlawanan yang Menghancurkan


Pada 23 Oktober 1541, armada Charles tiba di pantai Aljazair. Pasukan mendarat di bawah hujan deras dan angin kencang. Badai dahsyat menghantam, menghancurkan lebih dari 150 kapal perang dan pengangkut. Ribuan tentara tenggelam atau terdampar di pantai, menjadi sasaran mudah bagi pasukan Aljazair yang menyerang dari benteng.

Perlawanan Aljazair luar biasa. Dengan senjata api Ottoman dan taktik gerilya, mereka memukul mundur gelombang demi gelombang serangan Eropa. Charles V memimpin langsung, tapi cuaca buruk membuat artileri basah dan pasukan kehilangan moral. Dalam beberapa hari, sekitar 10.000 tentara Spanyol tewas, mayat mereka terapung di laut selama berhari-hari. Charles terpaksa mundur, meninggalkan 8.000 tentaranya di pantai karena kapal yang tersisa tidak cukup untuk membawa mereka pulang.

Kekalahan ini adalah bencana bagi Eropa. Tidak hanya kehilangan ribuan nyawa dan kapal, tapi juga merusak reputasi Charles V sebagai pemimpin tak terkalahkan. Ekspedisi yang seharusnya menjadi kemenangan salibis berubah menjadi mimpi buruk, membuktikan bahwa Aljazair bukanlah target mudah.

Legenda Mahkota: Simbol Kekalahan yang Abadi


Di sinilah legenda mahkota muncul. Saat mundur melalui daerah yang kini dikenal sebagai Tamanfoust (dekat Algiers), Charles V diliputi rasa malu. Menurut cerita yang diceritakan oleh Dr. Raghib as-Sirjani dalam Kisah Islam, sang raja melepas mahkotanya dan berkata, "Wahai mahkota, aku tidak pantas membawamu." Kemudian, ia melemparkannya ke laut. Legenda ini menyebar luas, terutama di kalangan masyarakat Aljazair dan Muslim, sebagai simbol bagaimana perlawanan kecil bisa menundukkan kekuatan besar.

Wikipedia dan sumber sejarah lainnya menyebutkan bahwa Charles memang melemparkan kuda-kudanya dan "mahkota" ke laut untuk meringankan kapal selama badai, tapi apakah mahkota fisik benar-benar dilempar? Ini lebih condong ke legenda daripada fakta historis yang diverifikasi. Namun, dampaknya nyata: sejak saat itu, raja-raja Spanyol tidak lagi mengenakan mahkota dalam upacara. Mereka hanya diproklamasikan di depan Cortes (parlemen), tanpa ritual pemahkotaan seperti di negara Eropa lain. Tradisi ini bertahan hingga hari ini, bahkan pada Raja Felipe VI.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa tradisi non-mahkota Spanyol sudah ada sebelum 1541, berakar pada pengaruh Aragon dan Castilla yang lebih menekankan pada sumpah setia daripada simbol kerajaan. Tapi legenda Aljazair memberikan narasi dramatis yang membuat cerita ini abadi.

Dampak Jangka Panjang: Aljazair sebagai Benteng Tak Terkalahkan


Kekalahan di Aljazair bukan hanya memengaruhi tradisi mahkota Spanyol, tapi juga mengubah dinamika kekuasaan di Mediterania. Aljazair tetap menjadi basis Ottoman hingga abad ke-19, ketika Prancis menjajahnya pada 1830. Ekspedisi 1541 memperkuat citra Aljazair sebagai "penakluk Eropa", membuat negara-negara seperti Spanyol dan Prancis berpikir dua kali sebelum menyerang lagi.

Bagi Charles V, kegagalan ini adalah pukulan berat. Ia yang pernah menaklukkan Tunis pada 1535 kini harus menghadapi kritik dari sekutu. Kekaisaran Ottoman, di sisi lain, semakin kuat, dengan Barbarossa melanjutkan serangan ke Eropa Selatan. Kisah ini juga menginspirasi sastra dan seni, termasuk dalam karya Miguel de Cervantes, yang pernah ditawan di Aljazair.

Di era modern, legenda ini menjadi simbol nasionalisme Aljazair. Saat perang kemerdekaan melawan Prancis (1954-1962), cerita tentang bagaimana Aljazair membuat Eropa bertekuk lutut sering dikutip untuk membangkitkan semangat. Bahkan hari ini, di museum dan buku sejarah Aljazair, ekspedisi 1541 digambarkan sebagai kemenangan heroik.

Kesimpulan: Pelajaran dari Sejarah yang Terlupakan


Mengapa raja-raja Spanyol tidak memakai mahkota? Jawabannya terletak pada kekalahan memalukan di Aljazair tahun 1541, di mana legenda Charles V melempar mahkotanya ke laut menjadi simbol abadi. Meski mungkin lebih ke mitos daripada fakta, kisah ini mengajarkan kita tentang kerapuhan kekuasaan. Aljazair, dengan pasukan kecil tapi tekad besar, berhasil membuat seluruh Eropa bertekuk lutut – sebuah pengingat bahwa ambisi berlebih sering berakhir tragis.

Jika Anda tertarik dengan sejarah Mediterania atau misteri kerajaan Eropa, cerita ini hanyalah permulaan. Bagaimana menurut Anda? Apakah legenda seperti ini layak dijadikan pelajaran hari ini? Bagikan pendapat Anda di komentar di bawah!

*Artikel ini berbasis pada sumber sejarah seperti Kisah Islam oleh Dr. Raghib as-Sirjani dan catatan historis lainnya.

Post a Comment

أحدث أقدم