Mengenal Ghazwatul Hind, Nubuwah Perang Akbar Di Akhir Zaman

Mengenal Ghazwatul Hind, Nubuwah Perang Akbar Di Akhir Zaman

Fikroh.com - India secara terbuka nyatakan perang dengan Pakistan. Dalam serangan yang dijuluki ‘Operasi Sindoor’ pada Rabu (7/5) dini hari waktu setempat, militer India telah menargetkan sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir dengan bom dan rudal. Pakistan pun tak akan diam, dengan tegas mereka akan membalas serangan brutal ini

Menurut klaim India, alasan serangan mereka karena di Pakistan ada kelompok ekstrimis ( Lashkar-e-Taiba) yang telah menembak mati 26 warga sipil yang tengah berlibur di tempat wisata mereka di Lembah Baisaran pada 22 April lalu.

India pun menuduh Pakistan mendukung militan bersenjata yang terlibat dalam operasi lintas batas. Perdana Menteri India Narendra Modi pun memberikan restu untuk lakukan "kebebasan operasional penuh" kepada angkatan bersenjata India untuk menanggapi serangan teroris.

Sedikitnya 8 orang terbunuh dan 35 orang lainnya terluka akibat serangan ini, mereka yang menjadi korban mulai dari wanita, hingga anak-anak.

Perang ini menjadi salah satu nubuwat yang pernah disabdakan oleh Rasulullah di akhir zaman nanti. Pakistan mewakili poros Muslimin, sementara India bersekutu dengan Amerika Serikat dan Zionis. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:

“Ada dua golongan dari umatku yang Allah akan bebaskan dari api neraka: yaitu golongan yang akan menyerang India, dan golongan yang akan bersama Isa bin Maryam ‘alaihissalam.” (HR. An-Nasa’i)

Ghazwatul Hind, sebuah perang akhir zaman antara kaum Muslimin dan kafirin yang dengan izin Allah akan berakhir dengan penaklukan anak benua India.

Salah satu fragmen peperangan akhir zaman yang sengit dan mendebarkan adalah peperangan antara umat Islam dengan kaum Al-Hind (Hindu). Perang ini sangat dahsyat, banyak kesulitan dan rintangan yang dihadapi. Oleh karena itu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjanjikan bahwa pasukan jihad yang memerangi Al-Hind tidak akan disentuh oleh api neraka.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

عِصَابَتَانِ مِنْ أُمَّتِي أَحْرَزَهُمَا اللَّهُ مِنْ النَّارِ عِصَابَةٌ تَغْزُو الْهِنْدَ وَعِصَابَةٌ تَكُونُ مَعَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلَام

“Ada dua kelompok dari umatku di mana Allah akan menyelamatkan mereka dari api neraka; kelompokyang memerangi Al-Hind dan kelompok yang berperang bersama Nabi Isa ‘Alaihissalam.” (HR. An-Nasa'i : 3124 )

Sebagian ulama mengatakan bahwa peperangan melawan Al-Hind ini telah terjadi pada zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Namun, hadits di atas tidak menunjukkan pembatasan pada waktu tertentu. Artinya hadits di atas bersifat mutlak, bisa sudah atau belum terjadi.

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa perang melawan Al-Hind belum terjadi. Salah satunya Syaikh Hamud at-Tuwaijiri yang menegaskan dalam Ittihaful Ikhwan, 2/5, bahwa peperangan melawan Al-Hind, akan terjadi menjelang kiamat.

Jihad melawan Al-Hind ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Dalarri riwayat Ishaq bin Rahawaih disebutkan, ketika mendengar hadits keutamaan mujahidin yang memerangi Al-Hind, Abu Hurairah berkata;

“Jika aku bisa bergabung dalam jihad itu, Saya akan menjual semua milik saya, baru dan lama, dan bergabung. Kemudian Allah memberi kita kemenangan setelah itu kita akan bebas bergabung dengan dan bertemu Masih (Isa) bin Maryam di Syam. “

Dari ungkapan Abu Hurairah di atas, bisa disimpulkan bahwa perang melawan Al-Hind hampir bersamaan dengan kedatangan Isa bin Maryam Hadits lain yang menegaskan bahwa peperangan ini akan terjadi menjelang kiamat diriwayatkan Na’im bin Hammad dalam Kitabul Fitan halaman 252-253.

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah bercerita tentang Al-Hind, diantara yang beliau sabdakan, ‘Sekelompok pasukan dari kalian akan memerangi Al-Hind, Allah memenangkan mereka, sehingga mereka mengikat raja Al-Hind dengan rantai. Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka (anggota pasukan itu). Ketika mereka akan kembali mereka akan bertemu dengan ‘Isa bin Maryam di Syam’.”

Hadits di atas menunjukkan kedekatan antara perang melawan Al-Hind dengan munculnya Nabi ‘Isa Jelas sudah bahwa peperangan yang dimaksud adalah perang akhir zaman. Hadits serupa juga ada dalam Musnad Ishaq bin Rahwiya Hadis 477 dan Kanzul Amal hadits 39719.

Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah yang melakukan penelitian tentang hadits-hadits itu menyebutkan, hadits ini memiliki banyak jalur (syawahid) sehingga, kelemahan riwayat tidak mengurai nilai hadits ini. Dengan demikian, secara implisit hadits ini otentik.

Konflik India–Pakistan: Akar Sejarah, Penyebab Utama, dan Dampaknya

Konflik antara India dan Pakistan merupakan salah satu perseteruan geopolitik paling kompleks dan berkepanjangan di Asia Selatan. Kedua negara yang dulunya satu wilayah di bawah kekuasaan Inggris ini kini telah beberapa kali terlibat perang, bentrokan militer, dan persaingan strategis, terutama soal wilayah Kashmir. Untuk memahami akar konflik ini, kita perlu menelusuri sejarahnya sejak sebelum kemerdekaan.

Asal Mula Konflik: Partisi 1947

Segalanya bermula ketika India merdeka dari Inggris pada 15 Agustus 1947, namun kemerdekaan itu disertai dengan pemisahan wilayah berdasarkan mayoritas agama. Wilayah India dibagi menjadi dua negara: India (sebagian besar Hindu) dan Pakistan (dirancang sebagai negara Muslim). Pembagian ini dikenal sebagai Partisi India, yang didalangi oleh kebijakan Inggris dan didorong oleh perbedaan ideologis serta tekanan politik dari Liga Muslim pimpinan Muhammad Ali Jinnah.

Partisi ini menimbulkan kekacauan besar. Sekitar 15 juta orang terpaksa mengungsi melintasi perbatasan baru, dan lebih dari 1 juta orang tewas dalam kekerasan antaragama. Tragedi kemanusiaan ini meninggalkan luka sejarah yang dalam, menjadi fondasi permusuhan antara kedua bangsa.

Kashmir: Jantung Sengketa

Masalah utama dalam konflik India–Pakistan adalah sengketa wilayah Kashmir. Saat partisi, negara bagian Jammu dan Kashmir adalah wilayah mayoritas Muslim, tetapi dipimpin oleh seorang raja Hindu, Maharaja Hari Singh. Ia awalnya ingin merdeka, namun saat pasukan bersenjata dari Pakistan menyerbu wilayahnya, ia meminta bantuan India. Sebagai syarat bantuan, India mengharuskannya menandatangani Instrumen Aksesi, yang menyatakan Kashmir bergabung dengan India.

Keputusan ini tidak diterima oleh Pakistan. Maka, meletuslah Perang India–Pakistan pertama (1947–1948). Perang ini berakhir dengan campur tangan PBB dan gencatan senjata, menghasilkan pembagian de facto Kashmir menjadi dua: Jammu dan Kashmir (dikuasai India), dan Azad Kashmir serta Gilgit-Baltistan (dikuasai Pakistan). Garis pemisah ini disebut Line of Control (LoC).

Namun, perjanjian ini tidak menyelesaikan masalah. Kedua negara tetap mengklaim seluruh wilayah Kashmir sebagai miliknya.

Perang dan Krisis yang Berulang

Selain perang pertama tahun 1947, India dan Pakistan juga terlibat perang besar pada:

  • 1965: Perang kedua pecah ketika Pakistan mencoba menyusup ke Kashmir. India melakukan serangan balasan. Konflik berakhir dengan Perjanjian Tashkent yang dimediasi Uni Soviet.
  • 1971: Perang ketiga, dipicu oleh krisis kemanusiaan di Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). India membantu gerakan kemerdekaan Bangladesh dan menang telak. Ini membuat hubungan kedua negara makin memburuk.
  • 1999 (Perang Kargil): Pasukan Pakistan menyusup ke wilayah Kargil di Kashmir. India berhasil merebut kembali wilayah itu. Dunia internasional mengecam Pakistan atas pelanggaran LoC.

Perlombaan Senjata dan Ancaman Nuklir

Situasi menjadi semakin berbahaya saat kedua negara mengembangkan senjata nuklir. India melakukan uji coba nuklir pertama pada 1974, dan Pakistan menyusul pada 1998 sebagai respons atas uji coba India yang dilakukan pada tahun yang sama. Sejak saat itu, kedua negara berada dalam status deterrence atau saling menahan diri karena ancaman kehancuran besar-besaran.

Namun, meskipun tidak ada perang besar sejak 1999, ketegangan tetap tinggi, terutama karena aksi-aksi terorisme lintas batas. India menuduh Pakistan mendukung kelompok militan seperti Jaish-e-Mohammed dan Lashkar-e-Taiba, yang bertanggung jawab atas serangan besar seperti:

  • Serangan Mumbai 2008: Menewaskan 166 orang, termasuk warga asing.
  • Serangan Pulwama 2019: Menewaskan 40 tentara paramiliter India. India kemudian melancarkan serangan udara ke wilayah Balakot, Pakistan, yang memicu ketegangan serius.

Upaya Perdamaian dan Tantangan Diplomatik

Meski hubungan kerap memanas, kedua negara juga beberapa kali mencoba berdamai melalui diplomasi, pertemuan bilateral, serta perjanjian dagang. Namun, upaya ini sering kandas karena perubahan politik domestik, serangan teror, atau provokasi di Kashmir.

Contoh terbaru adalah perjanjian gencatan senjata di LoC pada tahun 2021, yang memberikan harapan baru. Namun, stabilitas tetap rapuh.

Penutup: Konflik yang Tak Kunjung Usai

Konflik India–Pakistan adalah cerminan dari sejarah pahit, rivalitas ideologis, serta pertarungan atas identitas dan wilayah. Selama isu Kashmir belum terselesaikan dan sentimen nasionalisme ekstrem tetap menyala, perdamaian sejati masih sulit dicapai. Kedua negara perlu membangun dialog yang jujur dan mengedepankan kepentingan rakyat, bukan hanya kebanggaan geopolitik semu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama