Oleh: Ustadz Rustang Arizal
Fikroh.com - Berbicara tentang pemetaan pemikiran Islam yang telah disinggung oleh pak Abdul Wahab Ahmad pada status beliau, ada sebuah fakta yang mungkin jarang diakses oleh kaum muslimin bahwa Asy'ariyah dari dulu memang tidak pernah senang kepada tokoh-tokoh sentral kaum muslimin.
Sehingga terkesan kalau mereka memang beda madzhab dengan tokoh-tokoh tersebut. Hal ini bisa kita lihat dari sikap dan nyinyiran keras mereka terhadap ulama-ulama besar yang seharusnya dihormati dan dimuliakan. Tokoh-tokoh sentral Islam itu oleh mereka divonis dan dicap sebagai Al-Hasywiyah.
Sebagai contoh misalnya; Imam besar Asy'ariyah Imam Al-Juwaini berkata:
ذهبت الحشوية المنتمون إلى الظاهر إلى أن كلام الله قديم ثم زعموا أنه حروف وأصوات...
"Kalangan Hasywiyah yang selalu memahami wahyu secara zhahir berpendapat bahwa Kalam Allah adalah Qadim lalu mereka mengklaim bahwa Kalam Allah itu huruf dan suara..." (Al-Irsyad Ila Qawathi'il Adillah, hal. 125)
Begitupula Imam Al-Ghazali beliau berkata:
أما الحشوية فإنهم لم يتمكنوا من فهم موجود إلا في جهة...
"Ada pun kalangan Hasywiyah maka mereka tidak sanggup memahami sesuatu yang eksis tanpa menetapkan arah...." (Al-Iqtishad fil I'tiqad, hal. 72)
Imam Al-Amidi juga berkata:
وبهذا ثبت فساد قول الحشوية أن الإيمان هو التصديق بالجنان والإقرار باللسان والعمل بالأركان.
"Dengan argumen ini maka telah rusak perkataan kalangan Hasywiyah bahwa Iman adalah pembenaran dengan hati, pengikraran dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan." (Ghayatul Maram fi 'Ilmilkalam, hal. 311)
Lalu apa sebenarnya makna Al-Hasywiyah?
Mungkin sebagian mengira bahwa label ini biasa saja, serupa dengan label Asy'ariyah atau Kullabiyah atau Karramiyah atau isme-isme lain yang merupakan nisbat kepada beberapa tokoh-tokoh pemikir. Tidak, label ini adalah label celaan yang sangat buruk sekali.
Al-Hasywiyah adalah diksi yang dinisbatkan ke kata Al-Hasywu. Dan menurut Ibnu Manzhur di dalam kitab Lisanul 'Arab :
والحشو من الكلام : الفضل الذي لا يعتمد عليه ، وكذلك هو من الناس . وحشوة الناس : رذالتهم .
"Maksud kata Hasyw dalam ucapan adalah : kata-kata berlebih yang tidak bisa dijadikan sandaran, begitu pula di kalangan manusia (orang-orang yang tidak dianggap perkataannya). Dan Hasywatunnass: Manusia rendahan." (Lisanul 'Arab, vol. 14, hal. 180)
Tentu jika disebut manusia rendahan dalam konteks dialektika maka Al-Hasywiyah adalah manusia yang rendah IQnya yang tidak bisa dijadikan pijakan atau orang-orang dungu.
Lalu siapa yang disebut sebagai Al-Hasywiyah di kalangan ulama Islam?
Untuk mengetahui siapa yang dimaksud Al-Hasywiyah tentu akan lebih tepat jika merujuk kepada ulama Asy'ariyah sendiri. Jika kita merujuk ke statemen Al-Amidi di atas maka kita bisa memahami bahwa di antara ciri Hasywiyah itu di dalam perkara iman, mereka mendefinisikan iman sebagai pembenaran dengan hati dan pengakuan dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan.
Lalu Imam Al-Juwaini mengatakan bahwa kalangan yang menganut definisi iman seperti itu adalah Ashabul Hadits atau para Ahli Hadits. Beliau berkata :
وصار أصحاب الحديث إلى أن الإيمان معرفة بالجنان وإقرار باللسان وعمل بالأركان.
"Dan kalangan Ahli Hadits berpendapat bahwa Iman adalah pengetahuan dengan hati dan pengikraran dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan." (Al-Irsyad Ila Qawati'il Adillah, hal. 306)
Artinya Hasywiyah atau orang-orang dungu itu adalah kalangan ahli hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam.
Dan sudah masyhur di kalangan pembelajar bahwa ahli hadits adalah kalangan yang mengitsbat sifat-sifat Allah ta'ala sesuai zhahirnya.
Dan salah satu tokoh besar dan panutan para ahli hadits yang disepakati sebagai Imam Ahlussunnah waljamaah adalah Imam Ahmad bin Hambal yang juga dikenal sebagai imam yang menetapkan kalam Allah memiliki suara.
Berkata Ibnu Hajar Al 'Atsqalani:
وَقَدْ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ فِي كِتَابِ السُّنَّةِ سَأَلْتُ أَبِي عَنْ قَوْمٍ يَقُولُونَ لَمَّا كَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى لَمْ يَتَكَلَّمْ بِصَوْتٍ فَقَالَ لِي أَبِي بَلْ تَكَلَّمَ بِصَوْتٍ هَذِهِ الْأَحَادِيثُ تُرْوَى كَمَا جَاءَتْ.
"Dan sungguh telah berkata 'Abdullah bin Ahmad bin Hambal di dalam kitab Assunnah : "Aku telah bertanya kepada ayahku mengenai kaum yang mengatakan ketika Allah berbicara kepada Musa, Dia tidak berbicara dengan suara maka ayahku berkata: Bahkan dengan suara. Hadits-hadits ini diriwayatkan sebagaimana datangnya (sesuai zhahirnya)." (Fathul Bari, vol. 13, hal. 460)
Jadi menurut tokoh-tokoh utama Asy'ariyah kalangan ahli hadits - yang merupakan tokoh sentral Islam dan garda terdepan penjaga hadits-hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam dan syariat-syariat Allah ta'ala- adalah kalangan Hasywiyah atau kalangan orang-orang dungu yang tidak bisa dijadikan pijakan dalam pemahaman agama. Ini berarti bahwa mereka memang sedari dulu tidak sudi dikatakan selaras dengan akidah ahli hadits.
Oleh karenanya akan sangat menggelikan jika kalangan kontemporer pendaku Asy'ariyah seperti Pak Abdul Wahab Ahmad ini yang terlalu memaksakan kehendak agar para Imam Ahli Hadits seperti Imam Ahmad dan Imam Bukhari dan lainnya seolah selaras dengan akidah mereka. Seharusnya mereka mendeklarasikan bahwa madzhab Asy’ariyah memang berseberangan dengan madzhab Ahli Hadits agar pemetaan pemikiran mereka jelas. Toh pendahulu mereka memang sudah memberikan contoh sikap tegas tanpa baperan dan tanpa merasa khawatir dicap sesat karena menyelesihi madzhab ahli hadits.
Semoga Allah merahmati para Ahli Hadits Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasa'i dan seluruh ahli hadits lainnya yang telah berjasa besar menjaga hadits-hadits Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Wallahu a'lam.
Posting Komentar untuk "Hasywiyah versus Asy'ariyah"