Fikroh.com - Ubaidillah bin Jahsy adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad ﷺ dari kalangan Quraisy. Ia lahir dari keluarga Bani Asad bin Khuzaymah dan merupakan saudara dari Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah ﷺ. Ubaidillah dikenal sebagai salah satu orang pertama yang memeluk Islam di Makkah. Ia termasuk golongan as-sābiqūn al-awwalūn (orang-orang yang pertama masuk Islam).
Ketika gelombang tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam semakin keras, Ubaidillah bersama istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, ikut hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dalam rombongan hijrah pertama. Namun, di negeri itu, ia mengalami perubahan besar dalam keyakinannya. Sejarah mencatat bahwa Ubaidillah kemudian murtad dan memeluk agama Nasrani.
Benarkah Ubaidillah bin Jahsy Murtad di Habasyah? Telaah Sanad dan Riwayat
Dalam sejumlah kitab sirah disebutkan bahwa Ubaidillah bin Jahsy, salah seorang sahabat Nabi ﷺ, berpindah agama menjadi Nasrani di negeri Habasyah (Ethiopia). Ia berhijrah ke negeri itu bersama istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, sebelum kemudian wafat di sana. Pertanyaannya: apakah benar berita tentang kemurtadannya itu sahih?
Ubaidillah bin Jahsy dalam Catatan Ibnu Ishaq
Ibnu Ishaq menyebut nama Ubaidillah bin Jahsy di antara tokoh-tokoh Quraisy yang meninggalkan penyembahan berhala bersama Waraqah bin Naufal, Utsman bin Huwairits, dan Zaid bin Amru bin Nufail. Mereka berkata satu sama lain:
“Demi Allah, kaum kita ini tidak berada dalam kebenaran. Mereka telah menyimpang jauh dari agama Ibrahim. Apa hebatnya batu yang kita kelilingi, padahal tidak bisa mendengar, melihat, memberi manfaat, atau menolak mudarat? Carilah agama yang benar, sebab kalian tidak berada di atas kebenaran.”
Mereka pun berpencar mencari agama Ibrahim yang hanif. Waraqah akhirnya masuk Nasrani. Ubaidillah, setelah sempat ragu, masuk Islam, lalu hijrah bersama kaum muslimin ke Habasyah. Namun, setibanya di sana ia kembali memeluk agama Nasrani hingga wafat dalam keyakinan tersebut.
Ibnu Ishaq meriwayatkan pula dari Muhammad bin Ja’far bin Zubair, bahwa Ubaidillah pernah melewati para sahabat di Habasyah dan berkata:
“Kami telah melihat kebenaran, sementara kalian masih mencari-cari.” (Ar-Raudhul Unuf, II: 538)
Guru Ibnu Ishaq dalam riwayat ini adalah Muhammad bin Ja’far bin Zubair, seorang perawi tsiqah. Namun riwayatnya mursal karena ia tidak bertemu sahabat.
Riwayat-riwayat Lain tentang Ubaidillah
-
Sirah Ibnu Ishaq
Dalam kisah pernikahan Nabi ﷺ dengan Ummu Habibah, disebutkan bahwa Ubaidillah wafat di Habasyah setelah masuk Nasrani. Riwayat ini tidak menggunakan sanad. -
Ath-Thabaqat Ibnu Sa’d
Ibnu Sa’d meriwayatkan dari jalur Waqidi bahwa Ummu Habibah pernah bermimpi buruk tentang suaminya. Keesokan harinya, Ubaidillah mengaku telah kembali ke agama Nasrani. Riwayat ini menyebut ia kecanduan khamr hingga meninggal dunia. Namun Waqidi adalah perawi matruk (ditinggalkan). -
Al-Mustadrak al-Hakim
Al-Hakim meriwayatkan kisah serupa dari jalur Waqidi dan dari Zuhri secara mursal. Para ulama menilai riwayat ini dha’if. -
Tarikh Ath-Thabari
Hisyam bin Muhammad bin Saib al-Kalbi meriwayatkan bahwa Ubaidillah masuk Nasrani dan mengajak istrinya. Ummu Habibah menolak, hingga suaminya wafat dalam agama tersebut. Namun al-Kalbi dikenal sebagai perawi Syiah yang matruk. -
Ad-Dala’il al-Baihaqi
Baihaqi meriwayatkan bahwa Ubaidillah wafat di Habasyah dalam agama Nasrani. Akan tetapi sanadnya lemah karena melalui Ibnu Luhai’ah (dha’if).
Sikap Ulama Terhadap Riwayat Ini
- Ibnu Katsir menganggap beberapa bagian riwayat aneh dan gharib.
- Imam Dzahabi menilai riwayat mursal Zuhri lebih lemah dibanding mursal lainnya karena ada dua perawi yang gugur sekaligus.
- Ibnu Abdil Bar, Ibnu Atsir, dan Ibnu Hajar tidak menuliskan biografi khusus tentang Ubaidillah, hanya menyebut ia wafat di Habasyah.
- Riwayat shahih dari Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasai tentang pernikahan Nabi ﷺ dengan Ummu Habibah tidak menyebut sedikit pun soal kemurtadan Ubaidillah.
Analisis Keabsahan Riwayat
Dari kumpulan riwayat di atas, dapat disimpulkan:
-
Tidak ada sanad shahih dan bersambung yang menguatkan berita kemurtadan Ubaidillah bin Jahsy. Riwayat yang bersambung datang dari Waqidi (matruk), sedangkan riwayat mursal tidak bisa dijadikan hujjah dalam kasus sebesar ini.
-
Riwayat sahih tentang pernikahan Nabi ﷺ dengan Ummu Habibah tidak menyinggung isu kemurtadan sama sekali.
-
Ubaidillah termasuk golongan pertama masuk Islam dan ikut hijrah. Sulit dibayangkan orang yang rela meninggalkan tanah air demi agamanya kemudian murtad begitu saja, apalagi di saat Islam mulai jaya.
-
Kesaksian Abu Sufyan di hadapan Heraklius (HR. Bukhari) bahwa tidak ada seorang pun dari pengikut Nabi ﷺ yang murtad setelah masuk Islam, semakin memperlemah klaim murtadnya Ubaidillah. Padahal, jika benar, Abu Sufyan pasti akan menjadikannya bahan untuk mendiskreditkan Nabi.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian sanad dan matan, berita kemurtadan Ubaidillah bin Jahsy tidak dapat dianggap sahih. Riwayat-riwayat yang menyebutkannya lemah, mursal, atau datang dari perawi matruk. Sedangkan riwayat sahih hanya menyebut bahwa ia wafat di Habasyah, tanpa penjelasan berpindah agama.
Prinsip dasar dalam Islam adalah menjaga kehormatan seorang muslim selama tidak ada bukti kuat yang membatalkan status keislamannya. Terlebih lagi, Ubaidillah bin Jahsy adalah sahabat Nabi ﷺ dan termasuk golongan pertama yang memeluk Islam. Wallāhu a‘lam.
Posting Komentar untuk "Benarkah Ubaidillah bin Jahsy Murtad? Analisis Hadits dan Sejarah"