Sejarah dan Asal Usul Sekte Druze

Asal usul Druze suriah

Siapakah Kaum Druze? Kaum Druze adalah sebuah komunitas religius yang unik dan misterius, berasal dari cabang Syiah Ismailiyah namun berkembang menjadi aliran tersendiri dengan ajaran yang sangat tertutup dan berbeda dari Islam arus utama. Berasal dari Timur Tengah pada abad ke-11, ajaran Druze menggabungkan unsur-unsur filsafat, mistisisme, dan keyakinan tentang reinkarnasi, menjadikannya salah satu kelompok paling kontroversial dalam sejarah keagamaan Islam. Dalam artikel ini, kita akan mengulas asal-usul sekte Druze, keyakinan mereka, serta pandangan mayoritas ulama terhadap aliran ini.

1. Asal Usul dan Latar Belakang

Aliran Druze adalah sebuah sekte keagamaan esoterik yang muncul pada abad ke-11 M (sekitar abad ke-5 Hijriyah) di wilayah kekhalifahan Fatimiyah Mesir. Sekte ini berasal dari perpecahan internal dalam kelompok Ismailiyah, salah satu cabang Syiah.

Sekte ini kemudian berkembang menjadi kepercayaan tersendiri yang berbeda secara tajam dari Islam pada umumnya, bahkan dari Syiah sekalipun.

Nama "Druze" berasal dari salah satu tokohnya, Muhammad bin Ismail Ad-Durzi, meskipun para pengikut aliran ini sendiri lebih suka menyebut diri mereka Al-Muwaḥḥidūn (Kaum Tauhid).


2. Tokoh Sentral

Tokoh utama dalam penyebaran ajaran Druze adalah:

  • Hamzah bin Ali Az-Zuzani, tokoh intelektual dan spiritual yang dianggap sebagai pendiri ajaran ini.
  • Al-Hakim bi Amrillah, khalifah Fatimiyah ke-6 yang dianggap sebagai manifestasi Tuhan oleh pengikut Druze.

3. Ajaran dan Kepercayaan Pokok

Ajaran Druze sangat tertutup (esoterik), hanya bisa diakses oleh kalangan dalam. Beberapa poin pokok yang dikenal (terutama dari sumber-sumber eksternal) adalah:

  • Penuhanan Al-Hakim bi Amrillah, yang dianggap sebagai penjelmaan Tuhan di dunia.
  • Menolak syariat lahiriah, seperti salat, puasa, zakat, haji (diyakini hanya simbolis).
  • Meyakini reinkarnasi (tanasukh ar-ruh): jiwa tidak mati, tapi berpindah ke tubuh lain setelah kematian.
  • Memiliki kitab suci tersendiri yang dikenal sebagai Rasa'il al-Hikmah (Surat-Surat Kebijaksanaan).
  • Tidak mengakui otoritas Al-Qur’an dan hadits dalam bentuk yang diterima oleh umat Islam.
  • Mereka tidak memiliki tempat ibadah terbuka seperti masjid, dan ibadah dilakukan dalam tempat rahasia.

4. Struktur Sosial dalam Druze

Masyarakat Druze terbagi menjadi dua golongan utama:

  • Al-‘Uqqāl (Para Bijak/Rohaniwan): yang mengetahui doktrin-doktrin rahasia dan menjalani kehidupan spiritual khusus.
  • Al-Juhhāl (Kaum Awam): yang hanya mengikuti petunjuk tanpa mengetahui ajaran dalam.

5. Penyebaran

Hingga saat ini, komunitas Druze tersebar terbatas di beberapa wilayah:

  • Lebanon (terutama di pegunungan Chouf dan selatan Beirut)
  • Suriah (Jabal al-Druze dan sekitar Daraa)
  • Palestina dan Israel (di Galilea dan Dataran Tinggi Golan)

Jumlah mereka diperkirakan sekitar 1 juta orang di seluruh dunia.


6. Pandangan Islam Terhadap Druze

Mayoritas ulama dan mazhab dalam Islam, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah, menganggap Druze bukan bagian dari Islam, karena:

  • Mereka menolak rukun Islam dan rukun iman yang dasar.
  • Mereka meyakini ajaran-ajaran yang bertentangan dengan tauhid.
  • Ajaran mereka tidak terbuka dan tidak memiliki syariat yang dikenal dalam Islam.

Fatwa dari para ulama klasik seperti Ibnu Taymiyyah dan para fuqaha lainnya menyebut bahwa Druze termasuk kelompok batiniyah ekstrem yang keluar dari Islam.


7. Sikap Modern dan Politik

Secara sosial-politik, komunitas Druze saat ini cenderung bersifat loyal pada negara tempat tinggal mereka dan berpartisipasi dalam pemerintahan serta militer, terutama di Lebanon dan Israel. Meskipun jumlah mereka kecil, mereka memiliki pengaruh politik yang signifikan di beberapa wilayah.


Kesimpulan

Aliran Druze adalah kepercayaan yang sangat berbeda dari Islam arus utama, dengan ajaran yang sangat esoterik dan tertutup. Secara teologis dan historis, mereka dikategorikan sebagai kelompok batiniyah ekstrim yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan oleh banyak ulama disebut di luar Islam.

Namun secara sosial dan budaya, mereka adalah komunitas tersendiri yang eksklusif dan memiliki identitas kuat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama