Perjalanan Ruh Orang Kafir Setelah Kematian

Perjalanan Ruh Orang Kafir Setelah Kematian
Perjalanan Ruh Orang Kafir Setelah Kematian

Dalam ajaran Islam, perjalanan ruh setelah kematian menjadi bagian penting dari keimanan terhadap kehidupan akhirat. Secara khusus, ruh orang kafir menghadapi perjalanan yang penuh dengan kehinaan dan siksaan sejak saat pencabutan nyawa hingga setelah dikuburkan. Berikut penjelasan berdasarkan hadits-hadits shahih yang diriwayatkan para ulama.

Proses Pencabutan Ruh

Ketika seorang kafir menghadapi ajal, malaikat-malaikat yang bengis dan berwajah hitam turun dari langit. Mereka membawa masuh, yakni kain kasar yang berasal dari neraka. Para malaikat ini duduk mengelilingi mayit sejauh mata memandang.

Kemudian malaikat maut datang dan duduk di samping kepala si kafir. Ia menyeru dengan suara keras:

“Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kemurkaan Allah.”

Ruh si kafir merasa ketakutan luar biasa dan berusaha bersembunyi ke seluruh bagian tubuhnya. Namun malaikat maut menariknya dengan paksa, sebagaimana besi berkait banyak dicabut dari bulu domba basah. Proses ini merobek-robek urat dan mematahkan persendian tubuh.

Ruh itu segera diambil oleh malaikat maut, lalu langsung direbut oleh para malaikat lainnya tanpa memberi jeda sekejap pun. Mereka kemudian membungkus ruh tersebut dengan masuh yang mereka bawa. Ruh itu keluar membawa bau busuk yang sangat menyengat, lebih busuk daripada bangkai terburuk di dunia.

Perjalanan Menuju Langit

Setelah itu, para malaikat mengangkat ruh tersebut ke langit. Setiap kali melewati sekelompok malaikat lain, mereka bertanya,

"Ruh siapakah yang busuk ini?"

Para malaikat pengantar menjawab,

"Ini adalah ruh Fulan bin Fulan,"
seraya menyebutkan nama terburuk yang pernah dipakai orang tersebut di dunia.

Setibanya di langit dunia, mereka memohon agar pintu langit dibukakan, namun permohonan itu ditolak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan firman Allah:

"Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum."
(QS. Al-A’raf: 40)

Allah kemudian memerintahkan,

"Tuliskan catatan amalnya di Sijjin, tempat catatan amal terburuk di bumi paling dasar."

Setelah itu, ruh diperintahkan untuk dikembalikan ke bumi, sesuai janji Allah:

"Dari bumi Kami menciptakan mereka, ke dalamnya Kami akan mengembalikan mereka, dan darinya Kami akan membangkitkan mereka sekali lagi."

Ruh tersebut kemudian dilemparkan ke tubuhnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh."
(QS. Al-Hajj: 31)

Interogasi di Alam Kubur

Setelah ruh dikembalikan ke jasadnya, ia dapat mendengar suara langkah-langkah orang yang meninggalkan kuburnya. Kemudian datanglah dua malaikat dengan suara keras, mendudukkannya, dan mengajukan pertanyaan:

  1. "Siapa Rabb-mu?"
    Si kafir hanya mampu menjawab: "Hah... hah... aku tidak tahu."

  2. "Apa agamamu?"
    Ia tetap menjawab: "Hah... hah... aku tidak tahu."

  3. "Siapakah laki-laki yang diutus di tengah kalian?"
    Ia tidak mampu menjawab dengan benar, hanya mengatakan: "Aku mendengar orang-orang berkata demikian."

Lalu malaikat menggertaknya:

"Itu Muhammad!"
Namun ia tetap tidak mampu memberikan jawaban yang benar.

Atas ketidaktahuannya, terdengarlah suara dari langit:

"Hamba-Ku telah berdusta. Bentangkan baginya hamparan dari neraka dan bukakan satu pintu neraka untuknya."

Dari pintu neraka itu, panas dan racun neraka mulai mengalir ke dalam kuburnya. Kuburannya disempitkan sedemikian rupa hingga tulang-belulangnya hancur berserakan.

Kedatangan Amal Buruk

Kemudian muncullah sesosok makhluk dengan wajah sangat buruk, pakaian kotor, dan bau busuk seperti bangkai. Ia berkata:

"Bawa kabar buruk untukmu! Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu."

Si mayit bertanya ketakutan:

"Celaka untukmu! Siapa kamu ini? Wajahmu membawa keburukan."

Makhluk itu menjawab:

"Aku adalah amal burukmu."

Amal buruk tersebut terus menyesakkannya di dalam kuburnya, hingga kemudian ia diserahkan kepada makhluk buta, tuli, dan bisu. Makhluk ini membawa pentungan besar; seandainya pentungan itu dipukulkan ke gunung, niscaya gunung tersebut hancur menjadi debu.

Makhluk tersebut memukulkannya ke tubuh si mayit kafir hingga hancur menjadi debu, kemudian Allah mengembalikannya ke bentuk semula, dan pukulan itu diulang kembali. Ia pun berteriak dengan suara yang mengerikan, terdengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia.

Penutup

Akhirnya, dibukakan baginya pintu menuju neraka dan diperlihatkan tempatnya di sana. Dalam ketakutan, ia memohon:

"Ya Rabb, jangan Engkau tegakkan kiamat."

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (no. 18543) dan Abu Daud (no. 4753). Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih, demikian pula penilaian Syaikh Al-Albani.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama