Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban, Koreksi Dalil Dan Sejarah Awal Merayakannya

Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban, Koreksi Dalil Dan Sejarah Awal Merayakannya

Fikroh.com - Di antara malam yang dimuliakan dalam Islam adalah malam Nisfu Sya'ban, yaitu malam tanggal 15 bulan Sya'ban. Malam ini sebut malam yang mulia karena di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Namun para ulama masih memperdebatkan keabsahan dasar dalil menjadi pijakan keutamaan dan merayakannya. Berikut ulasan lengkapnya:

Syaikh Ibnu Hajar al-Haitamiy al-Makkiy (w. 995 h) dalam kitabnya Ittihafu Ahlu al-Islam bi Khususi ash-Shiyam menuliskan: "Ada banyak dasar hadits tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban di antara:

Hadist dari riwayat Sayyidina Ali ra:

قال  رسول اللهﷺ : ( إذا كانت ليلة نصف شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها ، فإن الله تعالى ينزل فيها ، أي ينزل رحمته وأمره ، الغروب الشمس ، أي عنده ، إلى سماء الدنيا ، فيقول : ألا من مستغفر فأغفر له ؟ الا من مسترزق فأرزقه ؟ ألا من مبتلى فأعافيه ؟ ألا كذا ألا كذا حتى يطلع الفجر . رواه بن ماجة في السنن ١٣٨٨.

Dari Sayyidana Ali bin Abi Tholib ra, beliau berkata: Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Apabila masuk malam Nisfu Sya'ban, maka bangunlah untuk shalat pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah ﷻ turun pada malam Nisfu Sya’ban (Allah ﷻ menurunkan rahmat dan perintah-Nya di malam itu) saat terbenamnya matahari ke langit dunia. Lalu berfirman: " Tidakkah orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni? Tidakkah orang yang meminta rizeki akan Aku beri dia rezeki? Orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan? Bukankah begitu, bukankah begitu? hingga fajar menyingsing. (HR Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Para ahli hadits berbeda pendapat mengenai status hadits ini. Mayoritas mereka mengangap hadits ini Dhoif (lemah) sementara Ibnu Hibban menilai sebagian hadits ini Shohih dan mencantumkan hadits ini dalam kitab shohihnya.

Hadist dari riwayat Sayyidah A'isyah ra:

قالت : فقدت النبي ﷺ فخرجت فإذا هو بالبقيع رافع رأسه إلى السماء ، فقال : ( أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله ؟) قلت : يا رسول الله ، ظننت أنك أتيت بعض نسائك . فقال :  "إن الله تبارك وتعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا ، فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم الكلب ) . أخرجه أحمد ، والترمذي ، وابن ماجه ، وذكر الترمذي عن البخاري أنه ضعفه.

Artinya: Dari Sayyidah Aisyah ra berkata: “Saya kehilangan Rasulullah ﷺ, tiba-tiba beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau berkata: “Apakah engkau takut Allah ﷻ dan Rasul-Nya berlaku tidak adil kepadamu?” Aku menjawab: “Ya Rasulullah, saya menyangka Anda mendatangi sebagian istri Anda”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam Nisfu Sya’ban ke langit dunia, maka Allah ﷻ mengampuni (orang-orang) lebih banyak dari bulu domba Bani Kalb (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibni Majah). Imam At-Tirmidzi menyebutkan dari Imam al-Bukhari bahwa beliau mendha’ifkan hadits ini.

Dari Abi Musa al-Asy’ari ra: 

إن الله تعالى ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

“Sesungguhnya Allah melihat (makhluk-Nya) pada malam nishfu (pertengahan) Sya’ban lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bertikai.” (HR. Ibnu Hibban).

Dari ‘Utsman bin Abi al-‘Ash ra, Rasulullah ﷺ  bersabda:

إن الله تعالى ليطلع على خلقه ليلة النصف من شعبان ، وينادي مناد : هل من مستغفر فأغفر له ؟ هل من سائل فلا يسأل أحد شيئاً إلا أعطيه ؟ إلا زانية بفرجها أو مشركاً.

"Sesungguhnya Allah ﷻ menampakan pada makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan menyerulah suara penyeru yang berkata:”Apakah ada yang meminta ampun, maka Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta, maka aku akan memberinya?” Maka tidak ada seorang pun meminta kecuali akan diberinya, kecuali perempuan pezina dengan maluannya dan orang Musyrik.” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah dalam kitab Shohihnya).

Sedangkan orang yang pertama kali merayakan  Nisfu Sya'ban dengan ritual ketaatan kepada Allah ﷻ adalah kalangan Tabi'in dari negeri Syam seperti Khalid, Ibnu Ma'dan, Makhul, Luqman bin 'amir dan lainnya. Lalu orang-orang mengikuti jejak mereka merayakan dan mengagungkannya.

Dikatakan, dasar mereka merayakan dan mengagungkan malam Nisfu Sya'ban adalah berita-berita Israiliyat. Ketika kabar perayaan dan pengagungan di malam Nishfu Sya’ban telah tersebar luas di penjuru negeri bersumber berita-berita Israiliyat. Para ulama berbeda pendapat menyikapinya. Sebagian mereka menerimanya seperti kelompok ulama dari kota Bashrah dan lainnya. Sementara dari kalangan ulama Hijaz seperti Atho', Ibnu Abi Malikiyah dan para ulama Fikih kota Madinah yaitu para pengikut Imam Malik serta lainnya. Kemudian dari kalangan ulama Syam yang semangat mengagungkan datangnya malam Nishfu Sya’ban, ada yang menganggap baik menghidupkan dan merayakan malam Nishfu Sya’ban secara massal di masjid-masjid seperti Khalid, luqman dan lainnya. Mereka saat merayakannya mengenakan baju-baju yang terbaik, menggunakan wewangian, bercelak dan qiyamul lail semalam suntuk. Syaikh Ishaq berpendapat bahwa demikian itu tidak termasuk Bid'ah. Di antara mereka ada yang menghukumi makruh berkumpul di masjid merayakannya dengan melakukan sholat secara berjemaah, berbagi kisah dan melantunkan doa namun tidak makruh jika melaksanakan sholat secara pribadi. Ini adalah pendapat dari al-Awza'i dan ulama Syam.

Terdapat riwayat dari Umar bin Abdul Aziz—meski menurut sebagian penghafal Hadits riwayat ini masih dipertanyakan keabsahanya—bahwa beliau pernah mengirimkan surat kepada para pegawainya di Bashroh menuliskan:

عليك بأربع ليال في السنة ، فإن الله يفرغ فيهن الرحمة إفراغاً : أول ليلة من رجب ، وليلة النصف من شعبان ، وليلة الفطر ، وليلة الأضحى .

“Kepadamu lazimkanlah 4 malam dalam setahun karena sesungguhnya Allah ﷻ memenuhi padanya dengan rahmat-Nya, yaitu awal malam dari Rajab, malam Nishfu Sya’ban, malam ‘idul-fithri, malam ‘idul-adha”.
 
Diriwayatkan dari Imam asy-Syafi'i ra, beliau berkata:

بلغنا أن الدعاء يستجاب في خمس ليال : ليلة الجمعة والعيدين ، وأول رجب ، ونصف شعبان . قال : واستحب كل ما حكي في هذه الليالي .

"Telah sampai kepada kami (keterangan) bahwa doa akan dikabulkan dalam 5 malam: Malam Jum'at, dua hari raya, malam permulaan bulan Rajab, malam Nisfu Sya'ban". Beliau mengatakan: "Dan dianggap baik segala kisah baik di malam ini."

Sebagian ulama Hanabilah mengatakan:

ولا نص لأحمد في ليلة النصف من شعبان . وتخرج عنه روايتان في إحياء ليلتي العيد . إحداهما : لا يستحب ، إذ لم ينقل. ثانيتهما : يستحب ، لفعل بعض التابعين ، وكذا ليلة نصف شعبان ، لم يثبت فيها شيء عنه ولا عن أحد من أصحابه رضي الله تعالى عنهم، وإنما ثبت ذلك عن تابعي أهل الشام .

"Bahwa tidak ada keterangan pendapat dari Imam Ahmad tentang malam Nisfu Sya'ban. Dan terdapat 2 keterangan dari beliau dalam menghidupkan dua malam hari raya. Pertama: Tidak disunahkan karena tidak dalilnya. Kedua: Disunahkan karena berdasarkan pekerjaan sebagian Tabi'in, begitu juga tentang malam Nisfu Sya'ban karena tidak ada keterangan satu pun dari dalil (al-Qur'an dan Hadits) tentang hal itu dan juga tidak ada keterangan dari salah satu shahabat ra hanya saja ada keterangan tentang hal itu dari para Tabi'in dari ulama Syam.

Dari Ka'ab bin al-Akhbar ra, beliau mengatakan:

إن الله تعالى يبعث ليلة النصف من شعبان جبريل عليه السلام إلى الجنة فيأمرها أن تتزين ويقول : ( إن الله قد أعتق في ليلتك هذه عدد نجوم السماء وعدد أيام الدنيا وعدد أوراق الشجر وزنة الجبال وعدد الرمال ) .

"Sesungguhnya Allah ﷻ mengutus malaikat Jibril as di malam Nisfu Sya'ban menuju surga, lalu memerintahkan pada surga agar berhias diri dan malaikat Jibril as berkata: "Sesungguhnya Allah ﷻ di malammu ini telah membebaskan (manusia dari neraka) sebanyak hitungan bintang di langit, hitungan hari siang dan malam, hitungan daun-daun pohon, seberat timbangan gunung-gunung dan pasir."

Dari Atha' bin Yasar, beliau berkata: 

ما من ليلة بعد ليلة القدر أفضل من ليلة نصف شعبان ، ينزل الله عز وجل إلى سماء الدنيا ، فيغفر لعباده كلهم إلا لمشرك أو مشاحن أو قاطع رحم .

"Tidak ada malam yang paling utama setelah malam Lailatul Qadar dari pada malam Nisfu Sya'ban Allah ﷻ turun ke langit dunia, lalu memberi ampunan pada semua hamba-Nya kecuali orang Musyrika, orang bertukai atau memutus hubungan sanak kerabat." Waallahu A'lamu

Penulis: Abdul Adzim 

Referensi:
  • Syaikh Ibnu Hajar al-Haitamiy al-Makkiy | Ittihafu Ahlu al-Islam bi Khushushiyat ash-Shiyam| Maktabah Thoyyibah, halaman 366-369.
  • Syaikh Ibnu Hajar al-Haitamiy al-Makkiy (w. 995 h) dalam kitabnya Ittihafu Ahlu al-Islam bi Khususi ash-Shiyam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama